Minggu, 25 Maret 2018

Menggagas Wedung Bersepeda

Oleh: Ghofur

A. Pendahuluan
Seperti yang kita lihat zaman sekarang semakin maju dan teknologi semakin canggih. Dampaknya orang menjadi terbiasa dengan kecepatan. Orang-orang menjadi ingin apa-apa serba cepat dan instan. Termasuk dalam hal transportasi. Sepeda motor menjadi barang yang wajib dan tak dapat ditinggalkan. Sedikit-sedikit naik motor. Bahkan untuk menempuh jarak yang dekat dan sewajarnya dilakukan dengan berjalan kaki.
 
Banyaknya kesibukan kerja bisa jadi melenakan kita akan pentingnya berolahraga. Badan menjadi kaku dan berat untuk melangkah. Hal itu bertolak belakang dengan lincahnya kita sewaktu muda belia. Padahal menjaga kesehatan dan kebugaran sangatlah penting seperti pepatah latin yang mengatakan, mens ana in corpore sano. Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Dan pepatah arab, “al aqlu as salimu fi al jismi al salimi”. Pikiran yang cerdas terdapat pada badan yang giras.

Lebih dari itu, ada masalah pelik dalam lingkungan masyarakat kita. Dapat kita lihat sekarang banyak sekali anak sekolah yang mengendarai sepeda motor di jalan raya. Padahal, perilaku tersebut secara jelas melanggar hukum. Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 menerangkan bahwa mereka yang mengendarai motor/mobil harus berusia minimal 17 tahun. Akibat kampanye serba cepat dan instan tadi, kita –khususnya para orang tua – telah gagal dalam hal pengawasan. Kita telah membiarkan anak-anak mengadu keselamatan anak dengan membiarkan mereka berkendara motor di jalan raya.

Ada banyak faktor penyebab pembiaran ini. Diantaranya adalah isu jarak. Perjalanan dari rumah ke sekolah, dirasa jauh bila ditempuh dengan jalan kaki. Entah karena orang tua yang sibuk bekerja sehingga enggan mengantar, lalu menyerahkan begitu saja sebuah motor kepada anaknya. Atau justru anak itu sendiri yang kebesaran gengsi sehingga terlalu malas berjalan kaki atau bersepeda.

Kita patut prihatin dengan fenomena perubahan sosial yang cenderung negatif, yaitu anak belum cukup umur yang berkendara motor. Hal tersebut berlangsung secara terus-menerus, bertahun-tahun, dan massif. Dan hal itu tidak hanya terjadi di wilayah kecamatan Wedung saja, tetapi di daerah-daerah lainnya. Banyak anak SMA yang berangkat sekolah berkendara motor serta tak sedikit pula anak SMP yang melakukannya. Parahnya orang tua membiarkannya, memfasilitasinya, bahkan mengajarkannya. Dan sepertinya sekolah pun tak mampu membendungnya. Walhasil, muncul salah kaprah dalam batasan usia pengendara. Banyak yang mengira anak berkendara motor bukan sebuah kesalahan. Two wrong make a right. Hal yang salah justru dianggap benar gara-gara pelakunya banyak. Aduh!

B. Isi
Wedung bersepeda merupakan event (kegiatan) sosial non politik dan sara yang digagas oleh Asif dkk. Ini merupakan upaya terobosan dalam hal menyikapi maraknya masalah tersebut di atas. Wedung Bersepeda bersifat terbuka terhadap siapa saja. Kami tidak membatasi siapapun anda, dari manapun anda berasal, dan apapun jenis dan merek sepeda anda. Kami mengajak anda semua untuk bergabung bersama kami dalam sebuah event bertajuk Wedung Bersepeda. 

Kegiatan ini merupakan kegiatan mingguan yang dilaksanakan rutin setiap Ahad pagi dan berkumpul di halaman Masjid Alfalah Wedung. Selain Ahad pagi, Wedung Bersepeda mempunyai agenda Bersepeda Mandiri dengan skala lebih kecil dan dilaksanakan di waktu-waktu yang tidak menentu (insidental). Anggota dapat mengajak anggota lain melalui grup Whatsapp yang telah tersedia. 

Kenapa bersepeda? Kami mengajak masyarakat untuk tidak larut dalam kecepatan sehingga lalai menjaga keseimbangan hidup. Bolehlah kita naik motor, asal jangan lupa bersepeda. Adakalanya kencang ada kalanya santai. Boleh kita memfasilitasi anak dengan sepeda, tapi ingat, ada batas usia yang harus dipatuhi. 

Berbeda dengan motor yang mempunyai stigma cepat dan instan, bersepeda mempunyai stigma santai dan asyik. Kita tidak hendak adu cepat atau adu keren karena bukan itu tujuan bersepeda. Kami mengajak anda untuk menikmati setiap jengkal tanah di sekitar kita dengan hati yang tentram, damai, dan bahagia. Dan hal itu akan semakin asyik apabila dilakukan beramai-ramai. 

Adapun manfaatnya juga banyak dan kembali kepada diri kita. Bersepeda dapat menjadi alternatif bagi anda yang dilanda kebosanan, ingin berolahraga, atau ingin guyub rukun bersama teman-teman. Moda ramah lingkungan dan hemat energi ini membuat badan kita menjadi sehat serta membuat pikiran menjadi segar kembali.

Di samping ramah lingkungan, bersepeda merupakan moda ramah sosial. Bersepeda bersama mendorong satu sama lain untuk memupuk kepekaan sosial terhadap sesama. Perilaku saling tanggap apabila terjadi masalah di jalan seperti ban bocor, putus rantai, dan sebagainya. Dan inilah contoh usaha nyata menyambung tali silaturrahim sesama masyarakat. Dan motto dari Wedung Bersepeda adalah “Sehat dan Bersahabat”.

C. Penutup
Akhirnya, dari ragam permasalahan perilaku berkendara tadi, kita tentu sudah tahu dan hafal akan bahaya anak berkendara motor di jalan raya. Maka dari itu kami berkampanye mengajak para orang tua untuk mengembalikan habitat perilaku berkendara anak. Yaitu dengan bersepeda. Kami juga menggugah para anak muda untuk mencintai sepeda. Sehingga muncul generasi yang sehat, bertanggungjawab dan disiplin. Sehingga pelanggaran lalu lintas dapat ditekan secara signifikan.

Kita semua berharap kegiatan bersepeda dapat menjadi kegiatan yang dicintai masyarakat baik dari kalangan muda maupun orang tua. Kita juga berharap agar bersepeda menjadi hal yang dekat bahkan melekat dalam keseharian masyarakat. Bukan sekadar hobi, tapi menjadi budaya. Terakhir, Wedung bersepeda diharapkan tidak hanya menjadi sekadar gerakan bersepeda yang biasa, namun menjadi gerakan yang inspiratif dan mempunyai kontribusi yang banyak bagi kehidupan masyarakat wedung pada khususnya. 

dokumentasi video by Mas Wawan https://www.youtube.com/watch?v=TfHFLSpjso0