Selasa, 11 Juni 2024

SALAH BAYAR


Kalau lagi capek hindari hal-hal krusial yang butuh ketelitian seperti ngisi pulsa, transfer M-Banking, bagi-bagi warisan, atau jual beli tanah. Pokoknya yang sifatnya harus berpikir matang dan berurusan dengan duit mengko ndisik. Nek capek ya leren dulu, nek ngantuk yo tidur dulu, nek kebelet yo ngising dulu. Jangan sampai anda mengalami semacam kerepotan yang menimpaku.

Sabtu kemarin mungkin jadi hari yang panjang buatku. Aku harus riwa-riwi ngurusi salah transaksi bayar PDAM. Tak seperti biasanya yang selalu tatas, titis, dan tetes soal tronsfar-transferan, hari itu bisa-bisanya aku nggliyeng. Bisa jadi itu adalah efek kecapekan lepas main minton.
 
Saat itu aku perlu melakukan 10 transaksi berbeda meliputi mbayar tagihan listrik, Wifi, dan PDAM melalui aplikasi, sebut saja Ahay. Untuk tagihan listrik dia bisa nyimpan riwayat pembayaran lama sehingga by name bisa muncul dan aku tinggal milih nama, tak perlu nginput manual nomor meterannya. 
 
Sayangnya untuk PDAM dia gaada fitur itu. aku harus selalu input manual nomor meterannya ketika mau melakukan pembayaran. Meskipun ada fitur salin-tempel, aku urung melakukannya karena data pendukungnya dari gambar. Makanya harus diinput manual.
 
Transaksi pertama, kedua, ketiga dan seterusnya lancar. Lha pas transaksi terakhir ndelalah luput olehe nginput. Tiga digit terakhir yang tertera 225 malah ku ketik 885.
Sebenarnya setelah nomor diinput dan di-oke, akan muncul nama dan besaran tagihannya. Namun aku abai pada nama dan hanya fokus di angka, Rp 100.000.
 
Padahal nilai tagihannya tak seperti bulan-bulan biasanya yang hanya Rp 45.000, tapi entah mengapa aku lanjut saja meng-oka-oke. Ku kira itu faktor bulan lalu habis lebaran, penggunaan air melonjak. 
 
Sampai akhirnya muncul tampilan keterangan pelunasan dan nampak kembali nama pemilik meteran.. dan cilugba.. aku baru sadar, "Lho.. kok namanya beda!!". E ladalah.. setelah ku cek lagi jebulnya memang salah input.. Bajigur.. ambil untung Rp 2.000 aja kena rugi Rp 100.000. Alu....alu...
 
Aku sedikit tersenyum getir tertimpa masalah konyol gara-gara keteledoranku sendiri. Di satu sisi aku bersyukur, alah.. cuma 100rb. Di sisi lain, ttap saja ndemimil... dobollll satusewu.. akeh iku....
 
Namun, ndemimilku tak berlangsung lama. tak baca baik-baik sepertinya pemilik meteran pdam tersebut masih orang sekitar sini yang bisa dilacak keberadaannya.

Segera ke dekati Inggres (Nama orang), "Nggres, tahu orang ini?". "Oh itu.. ya. kayaknya rumahnya di sebalah rumah tetangganya", jawabnya. 
 
"Ow.. oke-oke"
"Tapi orangnya udah meninggal"
"Waduhh. Istrinya ada?"
"Hus.. ngawur kamu. Masih aja nyari janda"
"Gundulmu. Bukan gitu maksudnya. Cuma pen tahu namanya aja biar urusane nggenah."
"Oh gitu. Aku ngga tahu namanya, coba tanya Spanyul"
Lalu aku mendekati si Spanyul.
"Nyul, tahu ini orang?"
"Oh.. Deket itu.. Gang nomor dua setengah. Rumahnya yang catnya Avitex"
"Eh Spanyul.. Mana bisa ku tebak merek cat rumah orang?"
"Eheheh maap. Pokoknya yang gentengnya supersokka."
"Terserah nyull.. btw katanya pemiliknya udah meninggal. Lha istrinya namanya sapa?"
"Namanya Greysia Polii"
"Oke gasken"
 
Inggres dan Spanyul paham wilayah ini karena di sanalah mereka biasa main petak umpet dan kenciing sembarangan. Sore itu juga aku oke gas menuju rumah Greysia Polii. Besar harapanku agar dia memaklumi sengketa pilpres ini sehingga uangku bisa kembali. 
 
Di lokasi aku keliling dari pintu ke pintu. orang-orang memandangiku dengan tatapan tajam meski aku nggak punya utang kepada mereka. Seolah dalam hati mereka berseloroh, "Siapa orang asing ini. Mau apa dia? Jangan-jangan.. Intel Narkoboy. Ah.. tapi tampangnya lusuh dan kusam. Penyamaran macam apa ini??"
 
Terus terang aku takut dikira Pengemis. Akhir-akhir ini memang banyak pengemis berkeliaran mencari sesuap nasi dan sekarung duit. Tak apalah aku dikira pengemis asal benar dapat uang kaget MNC TV, dapat bedah rumah RCTI, dan diangkat jadi pembantu SYL dg gaji 35jt/bulan.
Aku berhenti dan mohon petunjuk pada orang sekitar, "Visi Misi, Buk... mau nanya.."
 
"Oh ya.. adek siapa?"
"Saya Ultramen, Buk"
"Dari?"
"Dari Indosiar, Buk"
"Oh ya.. Ultramen dari Indosiar, Paswotnya?"
"Kopi luwak white coffe nyaman di perut nyaman di lambung"
"Oh yaa.. anda benar.. RUmah Greysia Polii ada di ujung sana. Yang Pintunya putih asli"
"Yg asli gimana?"
"Yang ada gambar badaknya"
 
Emezing sekali ibuk ini.. aku belum nanya.. dia udah tahu apa maksud dan tujuanku.
Setelah sampai di lokasi dan bertemu dengan Greysia Polii, aku mengutarakan maksudn dan tujuanku hingga terdampar di sini. Aku berhadapan dengan Greysia Polii beserta anak dan cucunya. Buset.. diadepin banyak orang. Harusnya sekalian aku promo sabun kecantikan.. sayangnya aku nggak cantik.
 
"Wah kok bisa gitu ya mas ya.. Apa masnya nggak ngecek dulu gitu", tanya anaknya Greysia Polii.
"Ya begitulah bu. orang lagi capek ngasal oka-oke jadi berabe"
"Aku biasanya bayar di sebelah. Tak cek dulu ya"
"Oke boskuh"
 
Selang beberapa waktu kemudian dia kembali, menunjukkan struk bulan lalu dan ada kesamaan nama. Namun ada selisih tagihan yang lumayan. Bulan lalu 150rb, bulan ini 100rb.
Aku harus benar-benar memperkenalkan diriku bahwa rumahku di sana, sekolahku dulu di sana, deket sini ada temanku namanya anu, dan sebagainya sehingga pikiran mereka jauh dari khayalan bahwa aku sendang melakukan penipuan. 
 
SUMPAH. Andai dikira aku penipu pun siap. soalnya memang ora umum, nggak kenal, datang-datang minta duit. Mending beneran dikira pengemis kali ya.
 
Setelah melalui persidangan di MK akhirnya mereka meyakini bahwa kulo tiang sae.. sae nggeh bapak/ibu.. sae nopo awon...? Dan mereka bersedia ngulungi uang kepadaku. ALhamdulillah.. duitku rasido ilang. mayan satusewuuuhh.. Kemudian aku berpamitan dan capcus ke rumah pondok mertua indah.
 
Setengah jam kemudian, mbakku nelpon ada orang nyari aku. Siapa??? katanya Greysia POlii.. mau ngoreksi sengketa tadi.
 
Waduhhh ada apa lagi ini?? Biar urusan segera nggenah aku akhirnya segera meluncur menemui mereka.
 
"Ada apa mbak greys?", tanyaku.
"Ini mas. mau ngoreksi", jawabnya
"Walah.. macam skripsi aja perlu dikoreksi"
"Iya, setelah ku cek ulang ternyata struknya beda, nomor meteran beda. cuma emang namanya yg sama. Ini bukan milik saya"
"Lah.... Lha terus??, Greysia yang mana ini?"
"Mungkin itu Greys sebelah, mas. sama-sama Greysia.. saya Greysia Polii, dia Greysia Perjuangan"
"Oalah.. kayak partai aja"
"Jadi mana uangku, mas. kembalikan sekarang. atau aku laporkan ke dinas sosial"
"Eh.. eh.. iya iya.. ini duitnya sekalian laporin pemadam kebakaran aja bundd", ku sodorkan uang satusewu kembali kepadanya.
"Alhamdulillah.. sama-sama ya mas.."
"iya bun... makaseeeehhh"
kuwalik yowisss
 
ku kira masalah sudah usai.. tahu-tahu aku harus kembali berpetualang mencari rumah si Greysia yang kedua.. Greysia perjuangan. Segera ku tancap gas berjuang melawan lelah agar tak kehilangan momen. Pepatah mengatakan, kalau hari ini bisa kenapa harus besok? ya nggak kenapa-napa.
 
terpaksa ku ulangi lagi scane-scane di awal. keliling kampung, door to door, dikira pengemis, disangka intel. Halooo kijang satu kijang 2.. anjing masuk perangkap. eh anjingnya kabur.. ehh dasar si anjinggg..
 
dan ketemulah rumah si greysia perjuangan yang nyelempit di dalam longkang. ku tok-tok beberapa kali hingga ia keluar. dia menahanku di luar, tak jua mempersilakanku masuk apalagi dibuatin kopi dan semangkuk mi ayam. padahal asli aku laper banget. jadilah kami beradu bibir (baca: jagong) di depan pintu sambil berdiri.
 
udah laper, capek pula. aku harus njelasin sejelas-jelasnya pada ini ibuk greysia perjuangan yang berusia kisaran mapuluh taun. 
 
"buk, saya ultramen, rumah di lembah gunung. tahu kan buk? saya temennya godzilla.. kenal? ah ibuk gak kenal. kalau kamenrider tahu? masa ga tau? Azzahir tahu bu? enggak juga?"
"Oh yang iku-iku?
"Iya.. ikuikuikuiku ikuikuikuiku iku saking ulama'"
"alamat alamat alamat alamat"
"ho'oh buk. karempu"
si Ibuk angguk-angguk aja. "Jadi aku bayar berapa?", tanyanya.
"seratus aja buk"
"lha duitnya tak kasihkan ke siapa?"
"ke saya buk"
"tapi saya biasanya mbayarnya ke mbak inem depan sana"
"iya.. nanti ibuk gausah bayar,, kan udah bayar ke saya"
"ohya? bener loh ya?
"iya bener"
"nanti masnya tolong ke rumah mbak inem ya bilangin aku sudah mbayar"
sebenarnya ini nambah kerepotan baru. tapi yaudahlah demi satusewuku ku rela mutar-muter lagi nyari rumah mbak inem.
"Misi buk"
"iya, a'"
"rumahnya mbak inem yang mana ya?"
"inem pelayan seksi?"
"wah kurang tahu ya seksi apa enggak"
"ya kalau saya jadi aa' saya maunya yang seksi"
"haahhh... serah buk.. saya cuma pengen tahu rumahnya mbak inem"
"nah.. gitu dong.. inem yang seksi kan?"
"aarhggghhhhh", aku menggila
 
Lalu sampailah saya di rumah mbak inem. "toktok.. paket..."
"iya.. adapa yaa.."
"ini rumahnya mba inem"
"inem pelayan seksi??"
"aaargggghhhh"
"sebelah a'"
lalu aku pergi ke sebalah,
"toktok... mba inemmm"
 
gada orang gada balasan.. sekali lagi ku coba.
"mba inemmmmmmmmm"
masih sunyi gada orang.
"mba inem pelayan seksssiiiiiiiii"
"iya a', jangan teriak-teriak dong", jawabnya. akhirnya dia keluar juga dan benar emang seksi.
"jadi gini mbak..
..
..
i ilove you"
"ciat ciat ciat.... a' ngomong apa sihh"
"Eh.. ini loh.. cuma ngasih tahu.. bu greysia perjuangan udah bayar pam padaku. jadi ga perlu bayar lagi"
"oh gitu.. yaudah a', mari ngopi dulu...."
"aciat ciat ciat ciattttt"
 
Lega sekali rasanya. Hari itu serasa panjang bagiku, menemui orang-orang baru dengan penuh harap dan serodok mengiba. Meskipun begitu aku bersyukur semua berjalan lancar tanpa hambatan berarti. 
 
Yang perlu antum ketahui, saat pergi ke rumah Greysia Perjuangan aku ditemani duo ponakanku, Sinta dan Jojo. Mereka ini adik berkakak yang suka berantem dalam berbagai hal. Oleh karena itu dalam upaya mendamaikan mereka berdua ku kira dengan mengajak mereka berjalan-jalan mencari alamat palsu, bisa jadi mereka bakal rukun sentosa. 
 
Tapi tidak menutup kemungkinan, alasan faktualnya adalah mereka kujadikan alibi bila nanti Greysia Perjuangan tidak mau membayar uang salah bayar tersebut.
 
"Apa?? kamu yang salah bayar aku yang harus ganti?"
"Lihatlah dua ponakanku ini buk.. mereka masih kecil.. mereka belum makan burger dua hari. kasihani mereka"
 
Ndelalah Greysia Perjuangan bisa diajak kerja sama sehingga aku tak sampai nyuruh Sinta dan Jojo nangis gero-gero dan klesotan di depan rumahnya. Sungguh itu adalah keahlian dua ponakanku yang sempat meraih Silet Award, nominasi akting nangis terbaik tingkat kecamatan tahun 2023.
 
Tapi di sisi lain aku takut dengan aduan masyarakat soal ekspolitasi anak. "Anak kok dijak minta-minta", protes Kak Seto. "Harusnya anak dijak shooteeennggg, kek Rafathur", timpal Rafli Mamad.
 
Sebagai reward karena telah menemaniku meneyelesaikan misi, duo keong racun Sinta dan Jojo ku ajak ke Disneyland dengan kearifan lokal di Bunga. Iyakk... Pasar Malem...
 
"Yok ke pasar malem"
"Ayokkkk"
"Emang kamu punya duit?"
"Enggak"
"Lhaiya"
"Nanti aku nggak jajan kok. Lihat-lihat aja"
"Lha numpak-numpak nggak?"
"Enggak. Lihat-lihat aja"
"Oke. Janji ya.."
 
Dan kamipun berangkat.
Sesampai di sana kami takjub ternyata Disneyland dengan kearifan lokal ini sungguh mempesona. Andai waktu bisa diulang, aku ingin sekali foto prewed di sini. Bayangin saja foto prewed sambil naik umbak-umbul, wah.. ingsaawoh.. lipstike dower kabeh.. kokehan njerit...
 
Sinta dan Jojo masih tampak semangat melihat keramaian yang ada. Para bocil SMP banyak berkeliaran di sana, ngedate. Ya ampun. pengen ngakak melihat duo bocil SMP bergandengan tangan. Ingin sekali ku slentik tangan yang cowok dan ku bisiki, "AYo pulang.. Sana main PS"
Baru saja pengen nylentik, eh si Jojo tantrum minta naik ayunan putar. Sungguh ultramen adalah pribadi yang tak tegaan melihat anak kecil menangis. karena itu langsung saja ku dekati dia,
 
"Jare rak numpak-numpak.. mung ndelok tok. saiki nangis njaluk numpak. ayooo balik konooooo"
 
Itu adlh contoh ucapan ultramen yang kalap. beruntung bagi sinta dan jojo, aku tidak sedang kalap. jadi ku turuti saja permintaan mereka. Sebenarnya aku menawarkan kepada Sinta untuk naik jaranan saja karena dirasa lebih aman. soalnya Sinta masih 4,5 tahun. Tapi ia tetep nyuding-nyuding ayunan dan ingin merasakan sensasinya.
 
Akhirnya aku perlu ikut juga menemaninya agar tidak terjadi hal tidak diinginkan. khawatir dia tidak bisa gocekan dengan nggenah sehingga terpental. Sementara Jojo karena sudah 7 tahun, dia bisa naik sendirian. Akupun beli tiga tiket untuk kami bertiga dengan rasa sesal. haha.
 
Sesal karena kemudian aku sadar, lho.. kan tiket untuk per kursi. lha kursiku kan dipakai berdua sama Sinta. yang kepakai cuma 2 kursi dong. ngapaiin aku beli 3 tiket. bodoh.
 
Halah mung seplewu.. aku mengalihkan sesal itu dan mencoba menikmati wahana ayunan putar ini. sebuah wahana yang tak mungkin lagi ku coba esok hari. soale kan pasar malem gaes.. nek esok yo tutopppp. wakakakk
 
Awalnya semua baik-baik saja.. ayunan berputar pelan, semua orang di pinggir dadah-dadah kepada anaknya. Tapi aku merasakan kejanggalan... bernyambung..

Kamis, 07 Desember 2023

RUMAHNYA YI UTIS

Aku sudah kadung kulino nyeluk dia Yi semenjak kuliah dulu. Pembawaannya yang santri-look membuat kami para teman nyaman saja menaruh nama depan Yi untuknya.
 
Asal kalian tahu, -kalian nggak perlu tahu sih. wkw- rumah yang yang ditinggalinya adalah rumah yang dulu ku ileri saat sibuk penugasan PPL (Praktik Profesi Lapangan). Di sanalah aku merangkai mimpi dan madi jinabat. ehhh
 
Yi Utis bilang bahwa rumah tersebut kosong alias tak berpenghuni. Mengingat dia lebih sering beraktifitas di Pesantren, aku dan teman-teman disegorah untuk asal datang dan manggon di rumahnya. "Kunci di atas pintu, kalau mau leren.. turon-turon.. dan rehat sejenak ala Karni Ilyas bisa mampir", sampainya.
 
Kupikir-pikir daripada nginep di masjid yang terbuka dan rentan, mending aku tidurin saja gulingnya yi utis yang nganggur itu. Itung-itung nyenengin dia, rumahnya dihuni uwong, bukan genderuwo.
 
Rumahnya ada di pemukiman padat penduduk. Jalan kampung lebar, truk gandeng bisa masuk. Depan rumah ada space latar yang cukup buat 1 unit Brio, 1 unit L300 dan 1 unit dokar sak jarane. Yi Utis mau open jasa Driver syari'ah dan Jasa angkut barang. Mau ikut keliling tahu bulat belum siap, soalnya.
 
Bangunan rumahnya minimalis, agak rendah, dan gelap. Minimnya cahaya sedikit memberi kesan angker. Lha ngono ki mentolo malah Yi Utis crita kalau di rumah itu ada penunggunya. edan po. ngono kok meh disewakno. tapi ngono yo ono sing gelem nyewo. 
 
Lha diceritain gitu dikira aku takut apa ya. Sorry ya, sebagai pengamal shalawat nabi. aku ga takut gitu-gituan, aku hanya takut kepada awloh ta'ala. eaaaakkkk. Aku ga bakal lari terbirit-birit bila ketemu hantu. Tapi aku akan terpincang-pincang bila ngedak tembelek.
 
Lah.... kedadean temenan. Di suatu malam.. aku tidur di satu kamar paling pojok, sebelah kamar mandi. Di malam itu entah gimana aku mimpi ketemu kunti naik di atas pohon. Tapi sumpah kunti itu cakep bener cuma sayang bau amis. Terus aku cerita ke yi utis. Dia malah ketawa, "tuh kan, bener".
 
Udah, aku ga mau bahas Kunti. lagian aku lupa minta nomor WA-nya.
 
Aku dan kawan-kawan menjadikan rumah mungil itu sebagai basecamp buat garap bahan ajar. kira-kira sebulan lamanya kami keluar-masuk rumah yi Utis. Garap tugas, makan, tidur, boker, begitu seterusnya. Tentu saja, nonton tv dan telpon mantan tak bisa ditinggal.
 
Rumah ini mengingatkanku pada rumah mbahku. Kala mandi kami harus nimba dulu. Meski ada bau-bau gimana gitu yaudahlah yang penting sabunan dan sikatan. Ingsaawoh bakteri-bakteri jahat mesakno dewe, cah kuliah kok nelongso nemen uripe.
 
Soal makan sebenernya kami punya banyak pilihan. Sebelah rumah jualan rames, depan gang ada bakmi kalau malam. Kalau mau mewah dikit ada sate kambing di deket pasar Doro. Tapi kok sampe sekarang aku belum pernah mampir ya. 
 
Ning begitu Yi Utis malah menyiapkan seperangkat mejikom, ompreng, wajan. Karena Yi Utis tahu bahwa makanan favorit kami adalah..... MIE INSTAN. Walhasil, kami jadi sering godog mi daripada jajan di luar. Wahai Menteri Kesehatan.. Periksalah Ginjal kamiii..
 
Mungkin di sini Yi utis juga mau mengenalkan budayanya selama ini, ngladeni awake dewe. Masak dewe, mbahumbah dewe, nimbo dewe. Pokoke opo-opo dewe. Yaudin sebagai wujud penghurmatan, kami pun menaati aturan-aturan rumahnya. Yakni apa-apa serba dewe. Termasuk di antaranya, pas mbuka lemari ono mie ambek ndog.. rasah kondo yi utis.. langsung masak dewe.. pangan dewe. wonge rasah diumani. hahahah
 
Apakah yi utis marah? oh tidak.. saat dia melihatku makan mie instan dia segera bilang, "sebentar jangan dihabisin dulu". Ku kira dia ngeluarin sate kambing. tak tahunya dia mengeluarkan sebakul nasi, "Nih, tak bawain dari rumah. Makan mie tambah ini biar kenyang".
Ajib... bukan main temenku ini.. Tahu benar kebutuhan rakyat marjinal seperti kamih..
 
Sungguh rumah Yi Utis adalah salah satu saksi perjuanganku merangkai mimpi (perjuangan turu, wkwk). Beneran, rumah jadul di Gulang itu bagai rumah Laksamana Maeda di mana teks proklamasi diketik Sayuti Melik. 
 
Bila kelak aku jadi tokoh nasional, bolehlah rumah Yi Utis itu dijadikan Cagar Budaya. Nanti masuk kena karcis Rp 5rb, parkir Rp 2rb. Dan itu semua biar dikelola oleh ahli waris Yi Utis. Sungguh pertemanan ini sangat bermutu. Meningkatkan produktifitas saat muda, dan membuka lapangan pekerjaan di hari tua.
 
Nanti pengunjung bakal bisa menyaksikan di mana saya dan kawan-kawan berdialektika, beradu gagasan, berdiskusi mengenai kemajuan pendidikan Indonesia. Nantinya pemandu akan menerangkan, "Ini adalah tempat di mana Bapak Ghofur muda mengetik RPP". Lalu seorang anak SMP nyeplos, "Buang waktu sekali. Bisa download ngapain mbuat!"
 
"Bapak/Ibu, ini adalah kamar di mana Bapak Ghofur muda merangkai mimpi memajukan pendidikan bangsa", terang pemandu. "Oh yang ketemu kuntilanak itu ya?", celetuk anak itu lagi.
 
Karena banyak omong akhirnya si pemandu mengikat anak itu dan dikunci di kamar tersebut. Biar dikekep Mbak Kunti. POkoke matjem-matjem, tak culik.
 
Di dapur para pengunjung dibuat takjub dengan mejikom antik yang masih cantik. Beberapa orang berniat membelinya untuk kenang-kenangan. "Mbak, saya mau beli ini mejikom, buleh?", tanya Rondiyah.
 
"Maap, bun. Itu barang cagar budaya sudah terdaftar sertifikat Unesco tidak diperjual belikan. sekali lagi mohon maap, ya", jawab si Pemandu. "Wah sayang sekali, Meskipun mejikomnya teyeng dan jelek, saya berencana un......". Jawab si Rondiyah.
 
Bruk!!!
"Kamu kenapa?", tanya si anak. "Ngomongin mejikom", jawab Rondiyah. "Udah kalian yang tenang. ada tante di sini", tandas Mbak Kunti.
 
Setelah wisuda aku sudah jarang main ke rumah yi Utis. Dengar-dengar rumahnya tengah dikontrakkan. "Lumayan buat celengan rabi", katanya. Sementara itu ia kembali memantapkan diri manggon di pesantren, among anak-anak soleh pergi ke barat mencari kitab suci.
 
Bertahun kemudian Yi Utis betulan rabi dengan pujaan hati. Rumah perjuangan itu akhirnya ia tempati. Sepertinya enak juga ya, manten anyar tinggal di rumah sendiri dan hanya berdua. Setiap hari, pagi-siang-malam bisa berolahraga. hahaaa
 
Lama sekali aku tak main ke rumahnya. Di samping karena sibuk syuting ya sibuk mencintaimuuuu eakkk.. 
 
Dan akhirnya aku ada kesempatan pergi ke Kudus. Sekalian aja ku atur jadwal mampir. Celakanya, aku malah lupa jalan menuju rumahnya. Segera saja aku tilpun yi utis untuk jemput di titik aku kehilangan arah.
 
Sampai di rumahnya aku tak kuasa menahan tangis.. pret!!.. yang betul, aku tak kuasa menahan dahaga. "Yi, ngombe yi..", paksaku. Sungguh calon tokoh nasional ini tak tahu malu. Kapa'ake. Tamu VIP kok. hweheheh.
 
Kami ngobrol asik sekali, tukar kabar masing-masing, keluarga dan tak lupa info-info peluang penghasilan tambahan. Ini yang penting. Jadi laki-laki memang tak mudah. Setiap hari yang dipikir adalah duit-duit-duit dan Nita Gunawan.
 
BTW Sebentar lagi Yi Utis akan punya anak. Istrinya meteng tuo dan siap melahirkan. Topik pembicaraan kami pun beralih soal keribetan calon ayah. Yang harus siap sedia, harus peka, menemani, menyayangi, wangi, dan tentu saja banyak duit.
 
Tak terhitung biaya kontrol di bidan atau RS, beli obat, vitamin, daster baru, cawet baru, aneka perlengkapan bayi, dan biaya lahiran itu sendiri. tak apa siang malam ayah mandi keringat, yang penting anak dan ibu sehat. 
 
Wah, rumah yang dulu tempat aku ngangsu kaweruh dan ngangsu banyu nggo cewok ngising ini, kini akan melahirkan generasi terbaik. Yang dapat melanjutkan perjuangan yi Utis dalam mengamong anak-anak soleh, dan menampung kaum-kaum yang membutuhkan nggon turu sepertiku dulu.
 
Semoga sang jabang bayi akan bersinar seperti mentari yang tegas nan menerangi dan seperti rembulan yang menghangatkan.
 
"Terakhir. Yi, aku meh njemput adiku tapi lali nggowo helm. Tulung silehi ya. Sesok nek ngudus neh tak balikke", kataku sebelum pamit.
 
Lalu yi Utis memberikan helmnya padaku. Dan akupun melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya. Dari jauh Yi Utis mringis sambil ndemimil, "Cah iki ket mbiyen cen rak leren olehe ngrepoti".



Rabu, 13 April 2022

Dear Pejuang

 Beberapa dari kita acap kali melakukan kesalahan bodoh hingga membuat kita larut dalam kesedihan dan penyesalan teramat dalam. Dalam situasi ini muncul paranoid akan penolakan orang lain serta kecemasan akan masa depan. Delusi tentang ketidakberdayaan diri menghadapi masalah mulai berseliweran setiap hari. Ia merasa hidupnya hanyalah sebuah sandiwara dimana ia terpaksa tersenyum mengikuti suasana meskipun batinnya genap tersiksa. 

Dear, pejuang. Apa yang kamu derita saat ini adalah tangga menaiki level kehidupan selanjutnya. Yang pertama perlu dilakukan adalah banyak beristighfar, mohon ampun kepada allah atas segala dosa dan khilaf. Selanjutnya, terimalah masalahmu sebagai masa lalu yang patut disesali. Boleh kamu menangis dan bersedih atasnya, akatetapi sadarilah air matamu tak bisa mengubah apa-apa. 

Ini adalah soal penerimaan diri. Menerima fakta bahwa kita telah melakukan sebuah kesalahan. Sebuah hal yang sebenarnya kita tahu itu salah. Namun kita lepas kendali sehingga berakhir pahit dan menyisakan masalah. 

Dear pejuang, masalah itu tak akan selesai jika bukan kamu sendiri yang menuntaskannya karena kamu adalah tokoh utama dalam hidup yang kamu jalani. Lari bukanlah ide terbaik. Ia hanya mengalihkan perasaanmu untuk sementara waktu. Dan selanjutnya ia tetap ada dan menghantui dirimu sewaktu-waktu. 

Maafkanlah dirimu sendiri. Maafkanlah kebodohanmu di masa lalu. Engkau lebih beaar dari apa yang engkau kira. Bangunlah kepercayaan bahwa kamu bisa menyelesaikan masalah ini dan kamu bisa belajar dari kesalahan sehingga esok kamu bisa menjadi lebih lebih baik. 

Umurmu masih panjang, terlalu dini untuk mengatakan menyerah. Ketuk hatimu agar terbuka sehinhga tersadar bahwa langit senantiasa terbuka mengajarka kebesaran dan keluasan jiwa.

Teringat sedari kecil

 Teringat sedari kecil

Aku berujar dan mengeja

Aku menangis dan terbata-bata

Aku merangkak dan penuh ceria

Engkau pegang erat tanganku

Engkau dekap penuh jiwaku

Pemberi rasa aman dari segala mala

Tepat kembali atas segala tangis dan tawa


Ayah, Ibu, aku ingin selalu ada di sisimu

Menghadapi semuanya bersamamu

Katakanlah, Ayah Ibu selalu dekat

Maka aku akan kuat 

Menyelesaikan ujian setiap saat

Minggu, 10 April 2022

Es Houcek

 


Delapan tahun lalu aku bersama serombong teman kuliah 'mblandang' ke warung makan belakang DPR[D]. Kami sengaja ke sana untuk berwisata kuliner ala-ala anak muda kekinian.

Aku termasuk yang baru bergabung dengan rombongan wara-wiri ini. Satu semester rupanya belum cukup membuatku akrab dengan mereka. Aku masih sibuk dengan pragmatisme kupu-kupu. Tahu mahasiswa kupu-kupu? Itu adalah istilah bagi mahasiswa yang berangkat kuliah seperlunya saja. No dolan-dolan, no nongkrong, no UKM, alias kuliah-pulang. PR di rumah buwanyak.

Demi menjalin tali silaturahmi dan ketok gaul saya ikut saja dengan agenda dolan mereka kali itu, yakni nongkrong santai di kedai minuman Houcek.

Apa itu Houcek? Entahlah. Konon itu bahasa Cina artinya enak. CMIIW. Anw Sebenarnya kami tak berencana memilih warung itu. Toh di antara kami belum ada yang pernah ke sana dan mencicipi hidangannya. Sial, warung yang kami tuju ternyata tutup sehingga angin mendorong kami ke Houcek.

Dari awal masuk kami semua sudah merasakan suasana tidak enak, apakah ini warung yang cocok. Nama warung yang tidak kami mengerti ditambah suasana yg sepi membuat kami bimbang.

Jelas kami ragu apakah hidangan di sini sesuai dg lidah kami dan sangat terang benderang apakah kami adalah target marketing warung ini. Halah.. Aku ki meh ngomong.. Kami serombong ki rak patek nduwe duit. Kami takut menu di sana harganya mahal-mahal. Tiwas mlebu.. Lungguh.. Disodori daftar harga terus nggak jadi kan aneh dan ngisin-ngisini. Di mana harga diri kamih 😩

Namun karena kepalang sore kami memaksakan diri masuk warung itu dan segera memesan makanan.

Dan benar. Harga di sana tidak seperti yang kami rencanakan. Untuk nasi rames yang biasa kami beli dikampus 5rb, di sana 10rb. Es campur di kedai langganan kami berkisar 7rb di sini 12rb dan lainnya.

Selisih 5rb apa masalahnya?
Dear Juragan, tak usah aku ceritakan bagaimana pailitnya kami 😂. Yang jelas kami bukan anak mama yang uang selalu ada. Kami miskiiiiiiinnn.

Jaman itu punya Nokia 1212 sudah lebih dari cukup buat kami. Punya Nexian atau Cross yang dual sim itu sudah tergolong mahasiswaw dan mahasiswiw. Ampun deh. Ewoh aku nek didawakke. Wkwk

Kembali ke Es Houcek. Kami sudah berbaris di meja depan untuk segera memesan. Aku sudah menentukan apa yang ingin aku makan. Aku ngelihhhh. Sementara itu teman-teman hanya saling lempar pandang berbisik satu sama lain.

Mereka kenapa, sih? Batinku. Ah, cacingku mengendalikan tanganku mengambil piring dan memenuhinya dengan nasi. Nasi rames lah. Masa iya nasi tumpeng ayam ungkep. Tak lupa aku memesan Es Jeli kepada si mbak. Segera aku kembali ke meja makan untuk siap santap.

Disclaimer: Tahun itu intine duit angel gak koyo saiki.

Satu per satu teman-teman berkumpul di meja kami. Disusul dengan pelayan membawa nampan berisi mangkuk minuman. Aku tak jua mulai makan sementara mereka sudah srupat sruput slurap slurup es semangkok itu.

"Heh, kalian nggak pada makan?", tanyaku senapsaran. Mereka kompak menjawab, "enggak". Ingin sekali aku teriak.. Jiruuuttt... Lha iki aku mangan didelok wong akeh.

Salah satu dari mereka menimpali. "Halah, santai wae.. Mangano. Ki wes podo wareg kok". Iya sih.. Bukan gitu masalahnya.. Kita kan keluar bareng tujuan semula makan bareng.. Bukan minum bareng.. Tau kalian ngga mesen makan kan aku juga ngga mesen.. Sayang selisih marebu.. 😩.

Jujur aku mesen makan karena nututi mereka aja. Asline sih ngga mau. Lha aku di barisan paling depan dan sudah yakin mereka juga bakal makan. E ternyata.. Anyyyiiingg.. Di situ saya merasa tertipesss.

Akupun sedih dan terpaksa makan dengan lahap. Lahhh mboh eman nek rak lahap. Larang re.. Meskipun rasanya biasa-biasa aja.. Aku tetap menghabisinya. Eh.. Menghabiskannya dengan lapang dada, mata berkaca-kaca dan ditutu dengan doa. Setalah itu glegek'en.

Sial. Ada saja cobaan bagi rakyat jelata. Sudah harga mahal rupanya minumannya tidak enak. Di antara minuman yang kami pesan ada pula minuman yang rasanya kecut. Aku salah satu yang memesannya. Itu adalah Es Houcek. Anyingggg... Es Houcek Es enak. Enak apanyaaaa....

Semangkok es Houcek itu diputar dan diincipi kami serombong. Tidak ada satupun dari kami yang menyukainya. Entah terbuat dari apa minuman ini. Akupun lebih memilih meminum air putih kemasan drpd menghabiskan Es Houcek ini, sambil sesekali meliris es campur temanku. HEH... MELU NGINCIPI NGGONEM.

Dalam hati aku gelo, dientekno rak enak gak dientekno mboh eman. Jiwa miskin kami meronta.

Hari berikutnya ada di antara kami yang mengeluh perutnya sakit lepas sore itu. Entah gara-gara apa.. Atau apa.. Houcek? 

Kami pun pulang dengan hati ndemimil. Jiaannn.. Ra bakal rono meneh. Peristiwa hari itu pun kami kenang sebagai tragedi Houcek dan aku menjadi sasaran candaan itu. Houcek? Enak? Wenaaaaakkkkk...

Kamu lihat wajah teman-temanku di foto ini yang meringis-meringis girang? Percayalah padaku. itu adalah gimik untuk menutupi sesal dalam mereka, ya awoh.. Kok aku kesasar ng kene yaa.. Maksut hati pengen makan enak dan murah malah kena prank Houcek yang nggak houcek.

*Bertahun kemudian diketahui warung itu sudah tidak lagi beeoperasi.