Selasa, 11 Juni 2024

SALAH BAYAR


Kalau lagi capek hindari hal-hal krusial yang butuh ketelitian seperti ngisi pulsa, transfer M-Banking, bagi-bagi warisan, atau jual beli tanah. Pokoknya yang sifatnya harus berpikir matang dan berurusan dengan duit mengko ndisik. Nek capek ya leren dulu, nek ngantuk yo tidur dulu, nek kebelet yo ngising dulu. Jangan sampai anda mengalami semacam kerepotan yang menimpaku.

Sabtu kemarin mungkin jadi hari yang panjang buatku. Aku harus riwa-riwi ngurusi salah transaksi bayar PDAM. Tak seperti biasanya yang selalu tatas, titis, dan tetes soal tronsfar-transferan, hari itu bisa-bisanya aku nggliyeng. Bisa jadi itu adalah efek kecapekan lepas main minton.
 
Saat itu aku perlu melakukan 10 transaksi berbeda meliputi mbayar tagihan listrik, Wifi, dan PDAM melalui aplikasi, sebut saja Ahay. Untuk tagihan listrik dia bisa nyimpan riwayat pembayaran lama sehingga by name bisa muncul dan aku tinggal milih nama, tak perlu nginput manual nomor meterannya. 
 
Sayangnya untuk PDAM dia gaada fitur itu. aku harus selalu input manual nomor meterannya ketika mau melakukan pembayaran. Meskipun ada fitur salin-tempel, aku urung melakukannya karena data pendukungnya dari gambar. Makanya harus diinput manual.
 
Transaksi pertama, kedua, ketiga dan seterusnya lancar. Lha pas transaksi terakhir ndelalah luput olehe nginput. Tiga digit terakhir yang tertera 225 malah ku ketik 885.
Sebenarnya setelah nomor diinput dan di-oke, akan muncul nama dan besaran tagihannya. Namun aku abai pada nama dan hanya fokus di angka, Rp 100.000.
 
Padahal nilai tagihannya tak seperti bulan-bulan biasanya yang hanya Rp 45.000, tapi entah mengapa aku lanjut saja meng-oka-oke. Ku kira itu faktor bulan lalu habis lebaran, penggunaan air melonjak. 
 
Sampai akhirnya muncul tampilan keterangan pelunasan dan nampak kembali nama pemilik meteran.. dan cilugba.. aku baru sadar, "Lho.. kok namanya beda!!". E ladalah.. setelah ku cek lagi jebulnya memang salah input.. Bajigur.. ambil untung Rp 2.000 aja kena rugi Rp 100.000. Alu....alu...
 
Aku sedikit tersenyum getir tertimpa masalah konyol gara-gara keteledoranku sendiri. Di satu sisi aku bersyukur, alah.. cuma 100rb. Di sisi lain, ttap saja ndemimil... dobollll satusewu.. akeh iku....
 
Namun, ndemimilku tak berlangsung lama. tak baca baik-baik sepertinya pemilik meteran pdam tersebut masih orang sekitar sini yang bisa dilacak keberadaannya.

Segera ke dekati Inggres (Nama orang), "Nggres, tahu orang ini?". "Oh itu.. ya. kayaknya rumahnya di sebalah rumah tetangganya", jawabnya. 
 
"Ow.. oke-oke"
"Tapi orangnya udah meninggal"
"Waduhh. Istrinya ada?"
"Hus.. ngawur kamu. Masih aja nyari janda"
"Gundulmu. Bukan gitu maksudnya. Cuma pen tahu namanya aja biar urusane nggenah."
"Oh gitu. Aku ngga tahu namanya, coba tanya Spanyul"
Lalu aku mendekati si Spanyul.
"Nyul, tahu ini orang?"
"Oh.. Deket itu.. Gang nomor dua setengah. Rumahnya yang catnya Avitex"
"Eh Spanyul.. Mana bisa ku tebak merek cat rumah orang?"
"Eheheh maap. Pokoknya yang gentengnya supersokka."
"Terserah nyull.. btw katanya pemiliknya udah meninggal. Lha istrinya namanya sapa?"
"Namanya Greysia Polii"
"Oke gasken"
 
Inggres dan Spanyul paham wilayah ini karena di sanalah mereka biasa main petak umpet dan kenciing sembarangan. Sore itu juga aku oke gas menuju rumah Greysia Polii. Besar harapanku agar dia memaklumi sengketa pilpres ini sehingga uangku bisa kembali. 
 
Di lokasi aku keliling dari pintu ke pintu. orang-orang memandangiku dengan tatapan tajam meski aku nggak punya utang kepada mereka. Seolah dalam hati mereka berseloroh, "Siapa orang asing ini. Mau apa dia? Jangan-jangan.. Intel Narkoboy. Ah.. tapi tampangnya lusuh dan kusam. Penyamaran macam apa ini??"
 
Terus terang aku takut dikira Pengemis. Akhir-akhir ini memang banyak pengemis berkeliaran mencari sesuap nasi dan sekarung duit. Tak apalah aku dikira pengemis asal benar dapat uang kaget MNC TV, dapat bedah rumah RCTI, dan diangkat jadi pembantu SYL dg gaji 35jt/bulan.
Aku berhenti dan mohon petunjuk pada orang sekitar, "Visi Misi, Buk... mau nanya.."
 
"Oh ya.. adek siapa?"
"Saya Ultramen, Buk"
"Dari?"
"Dari Indosiar, Buk"
"Oh ya.. Ultramen dari Indosiar, Paswotnya?"
"Kopi luwak white coffe nyaman di perut nyaman di lambung"
"Oh yaa.. anda benar.. RUmah Greysia Polii ada di ujung sana. Yang Pintunya putih asli"
"Yg asli gimana?"
"Yang ada gambar badaknya"
 
Emezing sekali ibuk ini.. aku belum nanya.. dia udah tahu apa maksud dan tujuanku.
Setelah sampai di lokasi dan bertemu dengan Greysia Polii, aku mengutarakan maksudn dan tujuanku hingga terdampar di sini. Aku berhadapan dengan Greysia Polii beserta anak dan cucunya. Buset.. diadepin banyak orang. Harusnya sekalian aku promo sabun kecantikan.. sayangnya aku nggak cantik.
 
"Wah kok bisa gitu ya mas ya.. Apa masnya nggak ngecek dulu gitu", tanya anaknya Greysia Polii.
"Ya begitulah bu. orang lagi capek ngasal oka-oke jadi berabe"
"Aku biasanya bayar di sebelah. Tak cek dulu ya"
"Oke boskuh"
 
Selang beberapa waktu kemudian dia kembali, menunjukkan struk bulan lalu dan ada kesamaan nama. Namun ada selisih tagihan yang lumayan. Bulan lalu 150rb, bulan ini 100rb.
Aku harus benar-benar memperkenalkan diriku bahwa rumahku di sana, sekolahku dulu di sana, deket sini ada temanku namanya anu, dan sebagainya sehingga pikiran mereka jauh dari khayalan bahwa aku sendang melakukan penipuan. 
 
SUMPAH. Andai dikira aku penipu pun siap. soalnya memang ora umum, nggak kenal, datang-datang minta duit. Mending beneran dikira pengemis kali ya.
 
Setelah melalui persidangan di MK akhirnya mereka meyakini bahwa kulo tiang sae.. sae nggeh bapak/ibu.. sae nopo awon...? Dan mereka bersedia ngulungi uang kepadaku. ALhamdulillah.. duitku rasido ilang. mayan satusewuuuhh.. Kemudian aku berpamitan dan capcus ke rumah pondok mertua indah.
 
Setengah jam kemudian, mbakku nelpon ada orang nyari aku. Siapa??? katanya Greysia POlii.. mau ngoreksi sengketa tadi.
 
Waduhhh ada apa lagi ini?? Biar urusan segera nggenah aku akhirnya segera meluncur menemui mereka.
 
"Ada apa mbak greys?", tanyaku.
"Ini mas. mau ngoreksi", jawabnya
"Walah.. macam skripsi aja perlu dikoreksi"
"Iya, setelah ku cek ulang ternyata struknya beda, nomor meteran beda. cuma emang namanya yg sama. Ini bukan milik saya"
"Lah.... Lha terus??, Greysia yang mana ini?"
"Mungkin itu Greys sebelah, mas. sama-sama Greysia.. saya Greysia Polii, dia Greysia Perjuangan"
"Oalah.. kayak partai aja"
"Jadi mana uangku, mas. kembalikan sekarang. atau aku laporkan ke dinas sosial"
"Eh.. eh.. iya iya.. ini duitnya sekalian laporin pemadam kebakaran aja bundd", ku sodorkan uang satusewu kembali kepadanya.
"Alhamdulillah.. sama-sama ya mas.."
"iya bun... makaseeeehhh"
kuwalik yowisss
 
ku kira masalah sudah usai.. tahu-tahu aku harus kembali berpetualang mencari rumah si Greysia yang kedua.. Greysia perjuangan. Segera ku tancap gas berjuang melawan lelah agar tak kehilangan momen. Pepatah mengatakan, kalau hari ini bisa kenapa harus besok? ya nggak kenapa-napa.
 
terpaksa ku ulangi lagi scane-scane di awal. keliling kampung, door to door, dikira pengemis, disangka intel. Halooo kijang satu kijang 2.. anjing masuk perangkap. eh anjingnya kabur.. ehh dasar si anjinggg..
 
dan ketemulah rumah si greysia perjuangan yang nyelempit di dalam longkang. ku tok-tok beberapa kali hingga ia keluar. dia menahanku di luar, tak jua mempersilakanku masuk apalagi dibuatin kopi dan semangkuk mi ayam. padahal asli aku laper banget. jadilah kami beradu bibir (baca: jagong) di depan pintu sambil berdiri.
 
udah laper, capek pula. aku harus njelasin sejelas-jelasnya pada ini ibuk greysia perjuangan yang berusia kisaran mapuluh taun. 
 
"buk, saya ultramen, rumah di lembah gunung. tahu kan buk? saya temennya godzilla.. kenal? ah ibuk gak kenal. kalau kamenrider tahu? masa ga tau? Azzahir tahu bu? enggak juga?"
"Oh yang iku-iku?
"Iya.. ikuikuikuiku ikuikuikuiku iku saking ulama'"
"alamat alamat alamat alamat"
"ho'oh buk. karempu"
si Ibuk angguk-angguk aja. "Jadi aku bayar berapa?", tanyanya.
"seratus aja buk"
"lha duitnya tak kasihkan ke siapa?"
"ke saya buk"
"tapi saya biasanya mbayarnya ke mbak inem depan sana"
"iya.. nanti ibuk gausah bayar,, kan udah bayar ke saya"
"ohya? bener loh ya?
"iya bener"
"nanti masnya tolong ke rumah mbak inem ya bilangin aku sudah mbayar"
sebenarnya ini nambah kerepotan baru. tapi yaudahlah demi satusewuku ku rela mutar-muter lagi nyari rumah mbak inem.
"Misi buk"
"iya, a'"
"rumahnya mbak inem yang mana ya?"
"inem pelayan seksi?"
"wah kurang tahu ya seksi apa enggak"
"ya kalau saya jadi aa' saya maunya yang seksi"
"haahhh... serah buk.. saya cuma pengen tahu rumahnya mbak inem"
"nah.. gitu dong.. inem yang seksi kan?"
"aarhggghhhhh", aku menggila
 
Lalu sampailah saya di rumah mbak inem. "toktok.. paket..."
"iya.. adapa yaa.."
"ini rumahnya mba inem"
"inem pelayan seksi??"
"aaargggghhhh"
"sebelah a'"
lalu aku pergi ke sebalah,
"toktok... mba inemmm"
 
gada orang gada balasan.. sekali lagi ku coba.
"mba inemmmmmmmmm"
masih sunyi gada orang.
"mba inem pelayan seksssiiiiiiiii"
"iya a', jangan teriak-teriak dong", jawabnya. akhirnya dia keluar juga dan benar emang seksi.
"jadi gini mbak..
..
..
i ilove you"
"ciat ciat ciat.... a' ngomong apa sihh"
"Eh.. ini loh.. cuma ngasih tahu.. bu greysia perjuangan udah bayar pam padaku. jadi ga perlu bayar lagi"
"oh gitu.. yaudah a', mari ngopi dulu...."
"aciat ciat ciat ciattttt"
 
Lega sekali rasanya. Hari itu serasa panjang bagiku, menemui orang-orang baru dengan penuh harap dan serodok mengiba. Meskipun begitu aku bersyukur semua berjalan lancar tanpa hambatan berarti. 
 
Yang perlu antum ketahui, saat pergi ke rumah Greysia Perjuangan aku ditemani duo ponakanku, Sinta dan Jojo. Mereka ini adik berkakak yang suka berantem dalam berbagai hal. Oleh karena itu dalam upaya mendamaikan mereka berdua ku kira dengan mengajak mereka berjalan-jalan mencari alamat palsu, bisa jadi mereka bakal rukun sentosa. 
 
Tapi tidak menutup kemungkinan, alasan faktualnya adalah mereka kujadikan alibi bila nanti Greysia Perjuangan tidak mau membayar uang salah bayar tersebut.
 
"Apa?? kamu yang salah bayar aku yang harus ganti?"
"Lihatlah dua ponakanku ini buk.. mereka masih kecil.. mereka belum makan burger dua hari. kasihani mereka"
 
Ndelalah Greysia Perjuangan bisa diajak kerja sama sehingga aku tak sampai nyuruh Sinta dan Jojo nangis gero-gero dan klesotan di depan rumahnya. Sungguh itu adalah keahlian dua ponakanku yang sempat meraih Silet Award, nominasi akting nangis terbaik tingkat kecamatan tahun 2023.
 
Tapi di sisi lain aku takut dengan aduan masyarakat soal ekspolitasi anak. "Anak kok dijak minta-minta", protes Kak Seto. "Harusnya anak dijak shooteeennggg, kek Rafathur", timpal Rafli Mamad.
 
Sebagai reward karena telah menemaniku meneyelesaikan misi, duo keong racun Sinta dan Jojo ku ajak ke Disneyland dengan kearifan lokal di Bunga. Iyakk... Pasar Malem...
 
"Yok ke pasar malem"
"Ayokkkk"
"Emang kamu punya duit?"
"Enggak"
"Lhaiya"
"Nanti aku nggak jajan kok. Lihat-lihat aja"
"Lha numpak-numpak nggak?"
"Enggak. Lihat-lihat aja"
"Oke. Janji ya.."
 
Dan kamipun berangkat.
Sesampai di sana kami takjub ternyata Disneyland dengan kearifan lokal ini sungguh mempesona. Andai waktu bisa diulang, aku ingin sekali foto prewed di sini. Bayangin saja foto prewed sambil naik umbak-umbul, wah.. ingsaawoh.. lipstike dower kabeh.. kokehan njerit...
 
Sinta dan Jojo masih tampak semangat melihat keramaian yang ada. Para bocil SMP banyak berkeliaran di sana, ngedate. Ya ampun. pengen ngakak melihat duo bocil SMP bergandengan tangan. Ingin sekali ku slentik tangan yang cowok dan ku bisiki, "AYo pulang.. Sana main PS"
Baru saja pengen nylentik, eh si Jojo tantrum minta naik ayunan putar. Sungguh ultramen adalah pribadi yang tak tegaan melihat anak kecil menangis. karena itu langsung saja ku dekati dia,
 
"Jare rak numpak-numpak.. mung ndelok tok. saiki nangis njaluk numpak. ayooo balik konooooo"
 
Itu adlh contoh ucapan ultramen yang kalap. beruntung bagi sinta dan jojo, aku tidak sedang kalap. jadi ku turuti saja permintaan mereka. Sebenarnya aku menawarkan kepada Sinta untuk naik jaranan saja karena dirasa lebih aman. soalnya Sinta masih 4,5 tahun. Tapi ia tetep nyuding-nyuding ayunan dan ingin merasakan sensasinya.
 
Akhirnya aku perlu ikut juga menemaninya agar tidak terjadi hal tidak diinginkan. khawatir dia tidak bisa gocekan dengan nggenah sehingga terpental. Sementara Jojo karena sudah 7 tahun, dia bisa naik sendirian. Akupun beli tiga tiket untuk kami bertiga dengan rasa sesal. haha.
 
Sesal karena kemudian aku sadar, lho.. kan tiket untuk per kursi. lha kursiku kan dipakai berdua sama Sinta. yang kepakai cuma 2 kursi dong. ngapaiin aku beli 3 tiket. bodoh.
 
Halah mung seplewu.. aku mengalihkan sesal itu dan mencoba menikmati wahana ayunan putar ini. sebuah wahana yang tak mungkin lagi ku coba esok hari. soale kan pasar malem gaes.. nek esok yo tutopppp. wakakakk
 
Awalnya semua baik-baik saja.. ayunan berputar pelan, semua orang di pinggir dadah-dadah kepada anaknya. Tapi aku merasakan kejanggalan... bernyambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar