NUZULUL QUR’AN
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : M. Nuruddin, M,Ag
Disusun
oleh :
M.
Abdul Ghofur (1310320005)
Taufiqurrohman (1310320017)
PROGRAM STUDI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban bagi seorang muslim.
Karena,Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin yang menjadi sumber ajaran
Islam yang pertama dan utama. Kitab suci yang harus mereka imani dan
aplikasikan dalam kehidupan mereka agar memperoleh kebaikan di dunia dan di
akhirat.Karena itu, hendaknya kita tidak hanya mempelajari isi dan
pesan-pesannya, tetapi juga berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga
otentitasnya.
Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah turunnya Al
Qur`an, agar iman semakin tumbuh dan teguh. Bagimana sejarah turunnya al
-Qur’an tersebut? Pelajaran apa yang dapat kitaambil dari sejarah turunnya al
-Qur’an? Dan banyak hal yang mesti kita ketahui tentang al-Qur’an ini.
Ulumul Qur’an adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan dalam keilmuan keislaman yang terkait dengan al-Qur’an dari
berbagai seginya. Sebagaimana diketahui begitu al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw., al-Qur’an mendapat perhatian yang demikian besar dari semua
kalangan, Baik dari kaum muslimin sendiri ataupun kaum Quraisy Mekkah yang
masih ingkar dengan kehadiran al-Qur’an.Dengan
adanya pembahasan ini tentunya kami semua berharap semakin memperkaya ilmu pengetahuan kami khususnya tentang Nuzulul
Qur’an.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian Nuzulul
Qur’an?
2.
Bagaimana proses turunnya al-Qur’an ?
3.
Apa wahyu pertama dan
terakhir nabi?
4.
Apa hikmah dibalik turunnya al-Qur’an secara bertahap?
5.
Bagaimana cara pemeliharaan
al-Qur’an?
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Lafadz ‘Nuzul’ secara bahasa berarti “menetap di
suatu tempat” atau “turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya adalah nazala yang artinya “dia telah turun”
atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara
istilah adalah “Peristiwa
diturunkannya wahyu Allah Swt (al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad Saw melalui
perantara Malaikat Jibril As secara bertahap”.
Nuzulul
Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah yang
merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan
rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad Saw.
Peristiwa
Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41
dari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam sebuah
firman Allah :
شهر رمضان الذي انزل
فيه القران هدى للناس وبينات الهدى والفرقان..... الاية
Artinya: “Ramadhan yang
padanya diturunkan al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan
menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara
yang benar dan yang salah” (Surah al-Baqarah, ayat 185)
Menurut
bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja iqro yang berarti bacalah. “Qur’an ” menurut
pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti
“bacaan”, asal kata qara’a. Kata al-Qur’an
itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).Karena Al-Qur’an bukan saja harus
di baca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh
yang mencintainya.Baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Di dalam Al
Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an”
dalam arti demikian sebagal tersebut dalam ayat 17, 18 surah (75) Al-Qiyaamah :
إِنَّ عَلَيْنَا
جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ - فَإِذَا قَرَأْنَـهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ
Artinya:
‘Sesungguhnya
mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan)bacaannya (pada
lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. karena itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.
B.
PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN
Turunnya Qur’an merupakan perstiwa besar yang sekaligus
menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al-Qur’an yang pertama kali pada malamlailatul qadarmerupakan pemberitahuan kepada alam
tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemulian umat Muhammad.
Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat
paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.
1.
Di lauhil mahfudz
﴿بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجيدٌ.
في
لَوْحٍ مَحْفُوظٍ ﴾ البروج :21 - 22
semua orang tidak tau
kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?Ibnu katsir lewat riwayat
ibnu khatam:
“Ma min syai’in qodo
allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil mahfudz”
Artinya: “Apapun yang di qodo’ Allah
sebelum dan sesudah alquran , semuanya itu di letakkan di lauhil mahfudz dan
tak tau dimana itu letaknya dan tidak diijinkan siapaun tau tentang lauhil
mahfudz. Adapun
jumlahnya seklaigus atau jumlatan wahidatan.
2.
Dari lauhil mahfudz
ke baitul ‘izza
Tahap Kedua, Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh
diturunkan ke langit bumi (Baitul ‘Izzah)
Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan. Sebagaimana firman Allah :
Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan. Sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an)
pada malam kemuliaan.”(Q.S Al-Qadr: 1)
Dan firman Allah :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). (Q.S. Al Baqarah: 185)
Dan
firman Allah :
“sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan.”
(Q.S. Ad-Dukhaan: 3)
Tiga
ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Al-Qur’an, diturunkan pada suatu malam
bulan Ramadhan yang dinamakna malam Lailatul Qadar yang penuh berkah. Demikian
juga berdasarkan beberapa riwayat sebagai berikut :
“Riwayat
dari Ibn Abbas ra. berkata : Al-Qur'an dipisahkan dari Adz Dzikir lalu
Al-Qur'an itu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, lalu Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi.”
Dan
hadis riwayat Ibnu Abbas :
“Riwayat
dari Ibnu Abbas berkata : Al-Qur'an diturunkan sekaligus langit bumi (Bait
Al-Izzah) berada di Mawaqi’a Al-Nujum (tempat bintang-bintang) dan kemudian
Allah menurukan kepada Rasul-Nya dengan berangsur-angsur.”
Dan
hadits riwayat Imam Thabrani :
“Riwayat
dari Ibnu Abbas ra. berkata : Al-Qur'an diturunkan pada malam Al-Qadar pada
bulan Ramadhan di langit bumi sekaligus kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur.”
Ketiga
riwayat tersebut dijelaskan di dalam Al-Iqam bahwa ketiganya adalah sahih
sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Suyuthy riwayat dari Ibn Abbas, dimana dia
ditanya oleh Athiyah bin Aswad dia berkata : “Dalam hatiku terdapat keraguan
tentang firman Allah dalam surah Al - baqarah ayat 185 :
“
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran…….”
dan
firman Allah dalam surah Al – Qadr ayat 1:
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”
Sedangkan
Al-Qur’an ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah,
Muharram, Safar dan bulan Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. Ibnu Abbas menjawab
bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar secara
sekaligus yang kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur di
sepanjang bulan dan hari.
Yang
dimaksud dengan nujum (bertahap) adalah diturunkan sedikit demi sedikit dan
terpisah-pisah, sebagiannya menjelaskan bagian yang lain sesuai dengan fungsi
dan kedudukannya.
Al-Suyuthy
mengemukakan bahwa Al-Qurthuby telah menukilkan hikayat Ijma’ bahwa turunnya
Al-Qur’an secara sekaligus adalah dari Lauh Al-Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di
langit pertama.
Barangkali
hikmah dari penurunan ini adalah untuk menyatakan keagungan Al-Qur’an dan
kebesaran bagi orang yang diturunkannya dengan cara memberitahukan kepada
penghuni langit yang tujuh bahwa kitab yang paling terakhir yang disampaikan
kepada Rasul penutup dari umat pilihan sungguh telah diambang pintu dan niscaya
akan segera diturunkan kepadanya.
As-Suyuthy
berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang menyatakan turunnya kepada
umat secara bertahap sesuai dengan keadaan niscaya akan sampai ke muka bumi
secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
Tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya,
maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, turun secara sekaligus kemudian
diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap orang yang akan
menerimanya.
3.
Dari baitul ‘izzah
ke Rasulallah.
Dalilnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, antara
lain :
· “Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat
yang jelas.” ( QS. Al-Baqarah ; 99 ).
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
· “Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi)nya
ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lain
(ada ayat-ayat) yang mutasyabbihat.” ( QS. Ali Imran :7 ).
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ
أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ
زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ
تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
· ”Ia ( Al-Qur’an )
itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin(Jibrl) ke dalam hatimu ( Muhammad )
agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan.”
( QS.Asy – Syu’ara :193 – 194).
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ
· ”Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada
Rasulullah SAW seraya berkata: ”Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu datang
kepadamu? Maka Rasulullah SAW bersabda: “kadang-kadang datang kepadaku seperti gemurunnya bunyi
lonceng, dan itu paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku,
aku telah mengusai apa yang sudah diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat
menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku
kuasai apa yang dikatakannya.” Aisyah lalu berkata: “Saya pernah melihat beliau
wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari
beliau, maka bercucurlah keringat dipelipis beliau.” ( H.R. Al-Bukhari ).
Penurunannya tidak seklaigus, namun berangsur-angsur selama
dua puluh tiga tahunberdasrkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan
permintaan lewat malaikat jibril.
Adapun kitab-kitab samawi yang lain,sepertitaurat, injil, dan
zabur,turunnya sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur.Hal ini
sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya dalam surah al-furqan ayat 32:
“Dan berkatalah orang-orang
yang kafir: ‘mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja?’demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya
kelompok demi kelompok.”(al-furqon
[25]:32).
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً
وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang
terdahulu itu turun sekaligus.Dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh
jumhur ulama. Seandainya kitab-kitab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah
orang-orang kafir tidak akan merasa heran terhadap Qur’an yang turun
berangsur-angsur.Maka kata-kata mereka, “mengapa Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekaligus” Seperti halnya kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab
mereka bahwa ini adalah Sunnah-Nya didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana
Dia menjawab kata-kata mereka dalam surah al-Furqan ayat 7:
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي
الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا
”Dan mereka berkata: mengapa
rasul ini memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar?”(Al-Furqon:7) dengan jawaban:
“Dan kami tidak mengutus
rasul-rasul sebelummu,melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan
dipasar-pasar.”
Tetapi Allah menjawab mereka dengan menjelaskan hikmah
mengapa Qur’an diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya: “Demikiannlah supaya kami perkuat hatimu”, maksudnya:
Demikianlah kami menurunkan Qur’an secara bertahap dan pisah-pisah karena suatu
hikmah,yaitu untuk memperkuat hati rasulullah Saw. “Dan kami membacakannya
kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya seayat demi seayat atau
bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya, karena
tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu lebih dapat memudahkan
hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab kemantapan (didalam
hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan bahwa Qur’an turun menurut keperluan,terkadang turun 5
ayat,10 ayat terkadang lebuh banyak dari itu.
Menurut
saikh al-khudlari dalam bukunya, tarikh tasyi, masa turunnya al-Qur’an yang di mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun
ke 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW hingga akhir turunnya ayat pada 19
djulhijah tahun ke 63 dari usia beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22
hari. Masa ini kemudian di bagi oleh para ulama menjadi dua periode yaitu
periode mekah dan periode madinah.[2]
Periode
mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-ayat
al-Qur’an pada tujuh belas ramadhan,
pada tahun 41 dari kelahiran beliau hingga awal rabiul awal ke 54 dari
kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah meninggalkan mekah menuju
madinah.
Periode madinah dimulai sejak nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah
dan menetap disana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada 9 dzulhijah tahun
ke 10 dari kelahiran beliau. Dengan demikian, periode mekah selama 12 tahun 5
bulan 13 hari dan periode madinah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari.
C.
Ayat yang Pertama Diturunkan :
Terdapat
empat pendapat mengenai apakah yang mula-mula diturunkan mengenai al-Qur ,an :
a. Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih)
setuju yaitu yang pertama diturunkan ialah lima ayat pertama surah al-‘Alaq berdasarkan riwayat ‘Aisyah
yang dicatat oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-Hakim dalam kitab-kitab
hadis mereka. Aisyah r.a. menyatakan:
“Sesungguhnya permulaan wahyu datang kepada Rasulullah SAW. melalui mimpi yang
benar di waktu tidur. Mimpi itu jelas dan terang bagaikan terangnya pagi hari.
Kemudian dia gemar menyendiri dan pergi ke gua Hira. untuk beribadah beberapa
malam dengan membawa bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali kepada
isterinya Khadijah r.a., maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu
sehingga beliau didatangi dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira’ tersebut,
apabila seorang malaikat (Jibril a.s.) datang kepadanya dan mengatakan:
“Bacalah!” Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu
membaca.” Malaikat tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa sesak
nafas, kemudian aku dilepaskannya sambil berkata lagi: “Bacalah!” Maka aku pun
menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Lalu dia memeluk-ku sampai aku rasa sesak
nafas dan dilepaskannya sambil berkata: “Bacalah!” Aku menjawab: “Aku tidak
tahu membaca.” Maka dia memeluk-ku buat ketiga kalinya seraya berkata: “Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan
perantaraan kalam dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Setelah
berlaku peristiwa itu kembalilah Rasulullah SAW. kepada isterinya Khadijah
(membawa ayat-ayat ini) dengan tubuh menggigil………hingga akhir hadis”
(al-Hadis).
Imam-imam yang lain seperti al-Hakim dalam
al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam al-Dala’il dan al-Tabrani dalam al-Kabir
mengesahkan ayat tersebut adalah yang pertama diturunkan.
b Pendapat
lain mengatakan Surah al-Muddatstsir yang pertama kali diturunkan berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah seorang sahabat. Daripada Abu
Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin
‘Abdullah: Yang manakah di antara al-Qur ,an mula-mula diturunkan? Jabir
menjawab,” يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ [3][5] “. Aku berkata,
“Atau iqra bismirabbikal ladzi Khalak“[4]. Dia Jabir
berkata,”Aku katakan kepada-mu apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepada kami:
“Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira’. Maka ketika habis masa diam-ku,
aku turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan
ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat
menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka untuk
menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.
Terjemahnya:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!”
Atau “Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”.
Hadis
ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira’, atau al-Muddassir adalah
surah yang pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat
pertama untuk kenabian ialah Iqra’ dan surah pertama untuk risalah ialah surah
al-Muddassir.
Ayat yang Terakhir
Diturunkan
Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat
ini tidak mengandung sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW.,
malah masing-masing merupakan ijtihad atau dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan
mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar oleh mereka
kepada Rasulullah SAW ketika beliau
hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:
1. Amir al-Sha’bi meriwayatkan
bahawa ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata: “Ayat terakhir diturunkan kepada
Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba.” Firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَاإِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
sisa riba - yang belum dipungut -.” (al-Baqarah:278).
2. ‘Abdullah bin ‘Utbah r.a.
katanya, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata kepada saya: “Adakah anda tahu ayat yang
terakhir sekali turun? Jawab-ku “tahu” yang terjemahnya yaitu :
(Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan)
(al-Nasr: 1). Berkata Ibnu ‘Abbas: “Kamu benar.”
3. Said bin Jubayr mengatakan
orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,
لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ
“Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar.” (An-nisa’:93). Saya menemui Ibn ‘Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: “Ayat ini adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini.”
لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ
“Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar.” (An-nisa’:93). Saya menemui Ibn ‘Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: “Ayat ini adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini.”
Pendapat Ubay bin Ka’ab
Yusuf bin Mihran meriwayatkan kepada‘Abdullah bin
‘Abbas Ubay bin Ka’ab mengatakan
potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,
بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَ دْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ لَقَ ا
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul
dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW,berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min .” (aT-Taubah:128)
Pendapat ‘Aisyah.
Jubayr bin Nufayl berkata, “Aku pergi menemui ‘Aisyah,
yang bertanya kepadaku: Adakah kamu membaca Surah al-Ma’idah? Aku katakan Ya.
Dia berkata: Inilah Surah terakhir yang diturunkan……”
Pendapat ‘Umar bin-Khattab
Abu Sa’id al-
Khudry meriwayatkan kepada ‘Umar bin-Khatab yang memberitahu ayat
terakhir diturunkan ialah pengharaman riba’ (al-Baqarah:275) dan Rasulullah
SAW. wafat beberapa hari selepas itu dan perkara riba’ tersebut tidak
tertinggal tanpa penjelasan.
Sekiranya kita menganalisis pendapat-pendapat di atas, kita akan menghadapi
kesukaran untuk menentukan ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW
disebabkan perbedaan pendapat tersebut. Walau bagaimanapun kita boleh membuat
rumusan berdasarkan logika
a. Ayat 275 hingga 281
surah al-Baqarah nampaknya diturunkan bersama karena ayat ini membicarakan
persoalan riba’ dan hukum berkaitannya. ‘Umar dan ‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan
ayat riba merupakan ayat terakhir
diturunkan kepada Rasullah SAW,
tepat Rasulullah wafat 9 hari setelah
ayat ini diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn
Juraij mengenai ayat 281, surah al-Baqarah.
Kesimpulannya, Surah aT-Taubah sebagai surah panjang
terakhir turun; Surah An-nasr surah pendek terakhir turun; dan ayat 275 hingga
281 Surah al-Baqarah merupakan ayat terakhir diturunkan. Inilah catatan tentang ayat terakhir turun,
yaitu melalui intervensi atau alasan yang lebih mendukung.
D.
HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP
Al-Qur’an
tidak diturunkan kepada Rasulullah SAW. sekaligus satu kitab. Tetapi secara
berangsur-angsur, surat-persurat dan ayat-perayat. sebagaimana yang kita
ketahui segala sesuatu yang Allah kehendaki itu mengandung
hikmah dan memiliki tujuan. Nah begitu juga dengan proses turunnya Al-Qur’an secara
bertahap. Diantara hikmah atau tujuannya adalah sebagai berikut :[5]
1.
Untuk menguatkan
hati Nabi Muhammad Saw
2.
Supaya mudah
dihafal dan dipahami
3.
Supaya orang-orang
mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya
4.
Mengiringi
kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
5.
Untuk melemahkan
lawan-lawannya (mukjizat)
6.
Untuk menantang
orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an
E. Pemeliharaan Al-qur’an
pada masa nabi Muhammad SAW
Pada masa Rosulullah masih hidup Al-qur’an di pelihara sedemikian rupa, di
masa rosul masih hidupnya dalam menyampaikan wahyu kepada para sahabat dan
memerintahkan agar sahabat menghafalnya dengan baik, sehinnga cara yang paling
terkenal untuk memelihara Al-qur’an adalah dengan menghafal dan menulisnya.
Terdapat
3 unsur yang dapat memelihara Al-qur’an yang telah di turunkan, yaitu :
1. Hafalan mereka yang hafal Al-qur’an.
2. Naskah-naskah yang di tulis oleh nabi
3. Naskah-naskah yang di tulis oleh mereka yang pandai
menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.
Ketika nabi wafat, Al-qur’an
tersebut telah sempurna di turunkan dan telah di hafalkan oleh ribuan manusia,
dan telah di tuliskan semua ayat-ayatnya. Semua ayatnya telah disusun dengan
tertib menurut urutan yang ditujukan sendiri oleh Nabi.
Mereka telah mendengar Al-qur’an itu
dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam shalat, dan Khutbah. Pendek kata
Al-qur’an tersebut telah terjaga dengan baik.
Pemeliharan Al-qur’an pada zaman sahabat
Setelah Rosullah SAW wafat,
pemerintahan islam di pegang oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menjabat
menggantikan Rosullah SAW, dia menghadapi beberapa pristiwa-pristiwa besar berkenaan
dengan kemurtadan sebagai orang arab. Karena itu beliau menyiapkan pasukan dan
mengirimkan untuk memerangai orang-orang murtad itu.
Salah satu peperangan yang terjadi adalah peperangan Yahmamah yang terjadi
pada tahun 12 H yang melibatkan para penghafal Al-qur’an, dalam peperangan ini
terdapat 70 qurra’ atau hafis Al-qur’an yang gugur. Umar bin Khatab merasa
resah dengan banyaknya para sahabat penghafal Al-qur’an wafat terbunuh dalam
peperangan, lalu Ubar menghadap ke Abu Bakar dan menyampaikan berita tentang
banyaknya qurra’ yang wafat, setelah
itu Umar mengumpulkan agar Al-qur’an di mushaf
kan agar Al-qur’an tidak di musnakan, karna itu Umar khwatir banyaknya
nanti para penghafal Al-qur’an terbunuh kembali dalam peperangan selanjutnya.
Pada masa khalifah Umar ini tidak
membicarakan Al-qur’an melainkan lebih memfokuskan pada pengembangan ajaran
islm dan wilayah kekuasaan Islam, serta mengendepankan ajaran Islam. Al-qur’an
juga tidak di pahami secara tekstual saja, tapi lebih jauh lagi di pahami secara
kontekstual.
Di masa Ustman bin Affan,
pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan Azarbaiyan di sebelah Timur dan
Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian kelihatan lah bahwa kaum muslimin di
waktu itu telah terpencar-pencar di Mesin, Syariah, Irak, Persia dan Afrika.
Kemanapum mereka pergi dan mereka tinggal, Al-qur’an itu tetap menjadi imam
mereka, di antara mereka banyak menghafal Al-qur’an itu. Pada mereka terdapat
naskah-naskah Al-qur’an, tetapi naskah-naskah yang mereka punya itu tidak sama
susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan tersebut adalah karena Rosullah sendiripun memberikan
kelonggaran kepada kabila-kabilah arab yang berada di masanya untuk membaca dan
melafalkan Al-qur’an itu menurut dialok mereka masinng-masing. Kelonggaran ini
di berikan oleh Nabi supaya mereka ,menghafal Al-qur’an. Tetapi kemudian
terlihat tanda-tanda
Bahwa
perbedaan bacaan tersebut bila dibiarkan akan mendatangkan perselisihan dan
perpecahan yang tidak di inginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Maka khalifa
Utsman bin Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-qur’an yang di
tulis di masa khalifah Abu Bakar yang di simpan olehnya untuk di salin. Oleh
Utsman di bentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketua, Abdullah bin Zubair, sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin
Hisyam.
3. pemiliharaan Al-qur’an pada masa Tabi’in.
Setelah
berakhirnya zaman Khalifah yang empat, timbul zaman Bani Umayyah. Kegiatan para
sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu dan
penyebaran ilmu-ilmu Al-qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran, secara
lisan bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang
sebagai persiapan bagi masa pembukaannya. Orang-orang yang paling berjasa dalam periwayatan ini adalah khalifah yang
empat, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-Asy’an, Abdullah
Ibnu Al-Zubair. Sedangkan dari kalangan sahabat Mujahid, ‘Atha, Ikrimah,
Qatadah, Al-Hasan Al Bashri, Said Ibn Jubair, Zaid Ibn Aslam di Madinah.
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir
Ibn Jarir Al-Thabari. Al-thabari adalah mufassir pertama membentangkan bagi
berbagai pendapat dan mentarjih sebagainya atas lainnya. Ia juga mengemukakan
I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari Al-qur’an). Di abad ke-3 ini juga
lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh , ilmu tentang ayat-ayat
makiah dan madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-Madaniyah. Guru Imam
Al-bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul; Abu “Ubaid Al-Qasim Ibn
Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan keutamaan-keutamaan
Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat turun di mekkah dan
madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II) mengarang kitab
Al-Hawi fi-‘ulum Al-quran
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya
mu’jizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini mu’jizat
tersebut, menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang mengamalkan
ajaran yang terkandung di dalamnya pasti akan selamat di dunia maupun di
akhirat dan barangsiapa yang melalaikan bahkan
tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan
tidak bukan adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang turun melalui perantara malaikat
jibril secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan
Nuzulul Qur’an.
Pengertian
Nuzulul Qur’an secara istilah adalah Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT
(AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS
secara bertahap. Al-Qur’an diturunkannya melalui tiga fase atau tahapan.
Tahap pertama, Al-Qur’an diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Kedua
Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzahdi Langit dunia. Ketiga,
Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Quraisy.
Ayat-ayat
Al Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara
berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang
diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan
sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.
Adapun ayat yang pertama dan terakhir
turun menurut jumhur ulama’ adalah al-alaq ayat 1-5 dan al maidah ayat 3
Dengan
diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan
diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah
difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa
atau kejadian.
2. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Bertahap yaitu :
1)
Untuk
menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.
2)
Untuk
menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an.
3)
Supaya
mudah dihafal dan dipahami.
4)
Supaya
orang-orang mukmin antusias dalam menerima al-Qur’an dan giat mengamalkannya.
5)
Mengiringi
kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan,Manna
Khalil. Studi ilmu-ilmu Qur’an. 2010. Jakarta: Litera antarnusa
Anwar,Rosihan.Ulum Al-Qur’an untuk UIN,STAIN, dan PTAIS. 2010.
CV Bandung: Pustaka Setia.
Hatahilah. Sejarah Al-Qur’an . 2010. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta: Teras
Mukazir AS. 2004. Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka litera Antarnusa
Teuku M. Hasbi ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur.an dan Tafsir, 2009. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Zuhdi masjfuk.. Pengantar
Ulumul Qur’an. 1990. Surabaya: PT Bina Ilmu
[1]Mohammad
GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah.
2013. Yogyakarta: Teras
[2]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013.
Yogyakarta: Teras. Hal. 19
[3]Kitab
Suci Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Lihat Surat AL-Mudazzir) h. 849
[4] Ibid. h. 904
[5]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013.
Yogyakarta: Teras. Hal. 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar