Pelajaran
Ke-5
Wahai saudara-saudara pendengar yang mulia semoga keselamatan, rahmat dan
berkah Allah tetap tercurahkan kepada kalian semua, selanjutnya: Islam menyeru
untuk menuntut ilmu dan mendorong untuk produktif, sebagian dalil terkuat
tentang hal ini diantaranya ayat pertama alqur’an yang turun kepada Rasulullah
saw, yakni (Bacalah, dengan nama Tuhanmu Dzat Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajar manusia sesuatu
yang tidak diketahui) dalam ayat ini Islam menyeru manusia untuk membaca dan
belajar, Islam mengarahkan manusia pada kewajiban menghubungkan ilmu yang ia
cari kepada Allah Tuhan semesta alam,
Pencipta semua manusia, karena Dia Maha Mengetahui apa yang hambaNya butuhkan dengan memberikan yang patut untuknya dan memenuhi yang menjadi harapannya (Bukankah Allah menciptakan (alam semesta beserta isinya) Maha mengetahui (segala sesuatu)? Dan dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui). Mengaitkan Islam dengan Allah Swt adalah proses belajar, di dalamnya terdapat pedoman bagi para pencari ilmu untuk menjadikan niatnya murni menhagarap ridha Allah Swt mulai dari awal mencari ilmu hingga menghasilkannya, sesungguhnya hal ini adalah kode etik dasar dari beberapa etika ulama’ muslimin. Sesungguhnya ilmu itu seperti pisau bermata dua, ia dapat digunakan pemiliknya dalam hal kebaikan maupun kejelekan, ketika seseorang mengaitkan keilmuannya dengan ilmu Allah Swt maka terdapat tanggung jawab untuk menggunakannya dalam hal kebaikan dan bermanfaat bagi manusia, bukan untuk hal kejelekan dan menyakiti orang lain, karena itu Rasulullah Saw bersabda: (Barang siapa belajar ilmu karena selain Allah atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka).
Pencipta semua manusia, karena Dia Maha Mengetahui apa yang hambaNya butuhkan dengan memberikan yang patut untuknya dan memenuhi yang menjadi harapannya (Bukankah Allah menciptakan (alam semesta beserta isinya) Maha mengetahui (segala sesuatu)? Dan dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui). Mengaitkan Islam dengan Allah Swt adalah proses belajar, di dalamnya terdapat pedoman bagi para pencari ilmu untuk menjadikan niatnya murni menhagarap ridha Allah Swt mulai dari awal mencari ilmu hingga menghasilkannya, sesungguhnya hal ini adalah kode etik dasar dari beberapa etika ulama’ muslimin. Sesungguhnya ilmu itu seperti pisau bermata dua, ia dapat digunakan pemiliknya dalam hal kebaikan maupun kejelekan, ketika seseorang mengaitkan keilmuannya dengan ilmu Allah Swt maka terdapat tanggung jawab untuk menggunakannya dalam hal kebaikan dan bermanfaat bagi manusia, bukan untuk hal kejelekan dan menyakiti orang lain, karena itu Rasulullah Saw bersabda: (Barang siapa belajar ilmu karena selain Allah atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka).
Karena pentingnya akhlak ini bagi ulama muslimin, kita temukan bahwa Rasulullah
Saw menunjukkan kita cara berpaling dari mencari ilmu karena tidak mengharap
ridha Allah Swt, Rasulullah melarang kita dengan banyak hadits, diantaranya
hadits yang diriwayatkan Jabir ra - dengan perkataannya : Rasulullah Saw bersabda
(jangan kalian mempelajari suatu ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama’,
untuk menghina orang-orang bodoh, dan untuk menarik perhatian majlis, barang
siapa yang melakukannya maka api adalah api (dia di dalam neraka). Dalam
riwayat Ka’ab bin Malik dari ayahnya berkata: aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
(Barang siapa mencari ilmu karena hendak mendebat para ulama atau
berbangga-bangga di hadappan orang-orang bodoh atau ingin perhatian orang maka
Allah memasukkannya ke neraka).
Sesungguhnya penyebab ancaman keras ini diperuntukkan bagi ulama’ yang
mencari ilmu bukan karena mengharap ridha Allah Swt adalah mereka akan menjadi
fitnah bagi diri mereka sendiri dan orang lain, seperti ujub, sombong, riya’,
munafiq, menyibukkan diri dengan mendekat ke pemerintah dan orang kaya untuk
memperoleh dunia. Pun mereka akan menjadi fitnah bagi orang lain sebagai panutan
dalam mengutamakan dunia daripada akhirat, membiarkan orang-orang bodoh dalam
perkataannya, atau diam atas keadaannya. Bergaul dengan orang kaya semata-mata
mengharap pengidupan dunia, bukan untuk memanfaatkan mereka dalam hal urusan
agama, dan memperbaiki keadaan mereka dan mengembalikan mereka ke jalan Allah Swt,
dengan demikian ulama’ diatas mempunyai perilaku orang bodoh dan dungu, seperti
ulama’ yang mencari ilmu bukan karena mengharap ridha Allah Swt. Dalam hal ini
imam muhaddis Muhammad bin Husein al Ajiri berkata : (Barang siapa yang mencari
ilmu untuk kesombongan, riya’, berdebat, dan mencela, makan bersama orang-orang
kaya, duduk bersama raja-raja dan kerabatnya agar memperoleh dunia dan dia menasbihkan
dirinya bahwa dia adalah ulama’, sedang perilakunya adalah perilaku orang bodoh
dan tak berguna, fitnah yang paling keji, lidahnya lidah ulama’, namun
perilakunya perilaku orang dungu.
Saudara pendengar yang mulia: sesungguhnya Rasulullah Saw mendorong kita, untuk
mencari ilmu karena mengharap ridha Allah swt, bukan berarti - seperti yang
disalahpahami sebagian orang- kita tidak diperbolehkan mengambil manfaat ilmu untuk
menghasilkan apa yang orang butuhkan seperti harta untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan mengatur mata pencahariannya. Sesungguhnya ketakutan menjadi
jalan untuk menghasilkan harta dengan cara yang haram seperti seenaknya sendiri
dalam mnegeluarkan fatwa, lalu menamakannya syariat, padahal tidak demikian.
Atau mengajarkan orang-orang bertahayul dalam hukum-hukum Allah Swt demi
mempermudah dan memudahkan, atau meletakkan sesuatu yang syubhat dan haram demi
pengembangan dan fleksibilitas fiqh Islam, atau menghiasi pemerintah dengan
mengeluarkan undang-undang dan peraturan, atau mengerjakan amal-amal yang
melenceng dari agama Allah demi kemaslahatan dan kemanfaatan, karena
sesungguhnya dalam semua contoh ini dan sejenisnya terdapat bencana besar dan
fitnah keji yang mengalir marabahaya dan penderitaan bagi para hamba dan negara.
Wahab bin Manbah berkata : Allah Awj berfirman tentang celaan terhadap orang-orang
pandai Bani Israil: Kalian saling berpandai-pandai dalam hal selain agama,
belajar tanpa mengamalkannya, dan menjual dunia dengan amalan akhirat, memakai
kulit domba namun menyembunyikan jiwa srigala, kalian mengkhawatirkan jatuhnya
debu pada minuman kalian, namun berani menelan keharaman yang sebesar gunung,
berat dalam hal agama, lama dalam sholat, memutihkan pakaian namun mengurangi
harta anak yatim dan para janda, demi keagunganKu Aku bersumpah akan menyiksa
kalian dengan fitnah, dan pemikiran yang menyesat pemikirnya serta pengetahuan
pemiliknya.
Sesungguhnya etika ulama dalam menuntut ilmu karena mengharap ridha Allah Swt
merupakan jalan penentu ilmu yang bermanfaat bagi mereka, baik bagi umat,
kebahagiaan bagi seluruh manusia, karena itu mereka akan merasakan betapa besarnya
tanggungan ilmu yang mereka bawa, pertama sekiranya mereka mengamalkan ilmunya,
kedua mengajarkannya kepada orang lain, ketiga menyeru umat untuk menyebarkan
ilmu, karena itu kita menemuan mereka berdoa kepada Allah agar diajarkan ilmu yang
bermanfaat dan dapat mengamalkannya sehingga tidak termasuk orang-orang dalam
firmanNya: (Hai orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan). Karena iman merekaakan dihisab di akhirat kelak, hadits Rasulullah
Saw: (Tidak akan bergeser tapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia
ditanya tentang 4 perkara yaitu tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang
jasadnya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya darimana ia mendapataknnya dan
kemana ia meletakknnya, dan tentang ilmunya apa yang telah ia amalkan). Seperti
yang kita temui mereka tidak hanya menggunakan ilmunya untuk diri pribadi saja
tapi mereka juga menyebarkannya kepada umat manusia sebagai pengajaran dan
pedoman. Memerintah pada kebaikan dan melarang kemnukaran, Rasulullah Saw
bersabda: (ajarkanlah , mudahkan lah dan jangan kau persulit.. 3 kali).
Sesungguhnya Beliau Saw bersabda : (Semoga Allah mencerahkan orang yang
mendengar hadits dariku lalu ia menghafalnya hingga kemudian ia menyampaikannya
kepada orang lain. Terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada
orang yang lebih paham darinya dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak
memahaminya). Allah berfirman: (dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kabajikan. Menyuruh kepada kyang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar). Sehingga tiada lagi seperti Bani Israil yang telah difirmankan Allah: (orang-orang
kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam yang
demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas, mereka tidak
saling mencegah perbuatan yang selalu mereka perbuat seungguh sanagt buruk apa yang
mereka perbuat).
Sebagai penutup : betapa butuhnya umat Islam kita memperbanyak ulama seperti
ini shg mereka menjadi ulama yang bermanfaat, pemimpin bagi para pelajar dan anak-anaknya,
seperti halnya sahabat Rasulullah saw, generasi tabiin setelahnya dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat wassalamualaikum wr wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar