Tim LDK MTs TU Wedung |
Cuaca mendung menyambut pagi menyembunyikan sang mentari. Awan seakan
menguji semangat kami yang akan menuju puncak acara LDK Osis MTs Tarbiyatul
Ulum Wedung. Setelah seminggu yang lalu dilaksanakan di madrasah, kini kami akan
melanjutkannya di Camping Ground Nglimut Limbangan Kendal. Letaknya dekat
perbatasan antara Kabupaten Kendal dan Kota Semarang.
Semula kami berjumlah 67 orang berencana berangkat dari Wedung menaiki
truk, sayangnya, perkiraan meleset, truk tak muat sehingga beberapa orang menggunakan
motor dan mobil. Setelah cek barang, berbaris dan berdoa bersama, tim cabut
dari lokasi pukul 8.00 WIB. Mengusir jauh kebosanan dan kepenantan, sepanjang
perjalanan kami isi dengan bernyanyi, berbalas pantun, tertawa bersama, dan
ngobrol ngalor-ngidul satu sama lain. Yah, walaupun beberapa anak akhirnya
mabuk juga.. huwek-huwek gitu lah.. Teman-teman lainnya tak tinggal diam. Kita
saling membantu dan menjaga. Ada yang mijitin, ngipasin, dan doain. Hehehe.
terminal transit |
Singkat cerita, pukul 10.00 WIB tim sampai buper dengan selamat. Hawa
sejuk dataran tinggi menyapa tubuh hangat kami. Beberapa anak mloya-mlayu
mengitari terminal transit. Mereka tampak girang dan terpesona dengan
lingkungan sekitar. Memang, banyak di antara kami baru pertama kali merasakan
yang namanya naik gunung. Sementara itu, ada juga yang terduduk manis di
emperan toko dan warung yang ada. Sepertinya mereka kecapaian setelah dua jam
berperang melawan dahsyatnya kelokan jalan menuju buper. Bahkan kami sering
menjerit-jerit histeris karena gas-rem gas-rem pak sopir. Oh, bagai naik jet
coster..
Setelah barang-barang perbekalan diturunkan, tim berbaris dan
mendengarkan arahan dari Pak Saeroni selaku Pembina dan penanggung jawab kami
di kegiatan alam terbuka kali ini. Kemudian tim bergegas ke buper dan segera
memasang tenda. Gotong royong adalah nafas kami, sehingga satu sama lain bahu
membahu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hitungan menit, tiga tenda pun berdiri
kokoh dan siap untuk ditempati.
Peserta |
Tak terasa, waktu shalat dhuhur telah datang. Kami bergegas untuk
menunaikan shalat wajib dengan berjama’ah. Selanjutnya, kami melaksanakan
kegiatan sesuai dengan jadwal. Permainan kekompakan ‘Kereta Balon’ dan ‘Ring
Berpindah’ antarkelompok menjadi pembuka outbond siang itu. Semuanya antusias
dan semangat mengikuti jalannya permainan. Sepintas pun tak nampak rona-rona
kelelahan atau kepenatan dari jauhnya rute perjalanan tadi pagi. Panitia dan
pendamping pun bertambah semangat melihat kegembiraan dan keceriaan adik-adik.
Oh Tuhan, hari yang indah..
Perjalanan Pendakian |
Suasanan masih dalam persaingan antarkelompok, tetapi tetap dalam
ikatan tali persaudaraan. Kegiatan berlanjut ke pemandian air panas. Hanya ada
dua pos di sini, yakni di pangkal dan ujung perjalanan. Kami menuju lokasi
bersama-sama menuju pos I. Di pos ini peserta di minta untuk mengisi pipa
berlubang sampai penuh. Permainan di lakukan di tengah aliran air dingin yang
menyegarkan. Sembari menunggu giliran, anak-anak lainnya ikut nyemplung ke
sungai kecil tersebut. Sepertinya mereka sudah tak sabar ingin menikmati
dinginnya air gunung. Satu, dua, dan tiga, mendadak semua anak ikut guyub dan
selulup di sungai. Segarnya itu lho.. bikin ngiler.. tak ketinggalan, para
pendamping yang sudah tuwir - emm maksudnya, sudah senior - juga terjangkit iler
anak-anak. Akhirnya, tanpa dikomandopun semuanya nyemplung bersama dan tertawa
bersama.. ha ha ha..
Kolam Dingin |
Menuju ke pos kedua, medan begitu licin dan curam. Mengingat tim dalam
jumlah besar, kami diminta untuk tidak memisahkan diri dari kelompok yang ditentukan.
Dengan harapan, tidak ada anak yang tersesat bahkan hilang entah kemana. Oh..
No.. Beberapa kali kami bersua dengan para pengunjung yang juga menikmati
harumnya bau gunung. Sampai di lokasi, kami disambut dengan tiga kolam. Satu
kolam besar air dingin dan dua kolam kecil air hangat dengan uapnya yang
ngawe-ngawe. Di sini permainan berupa lomba balap balon di kolam dingin.
Masing-masing kelompok melingkari balon dengan bergandengan tangan dan
membawanya menuju seberang. Permainan bertambah seru dengan teriakan panitia
dan pendamping menyemangati adik-adik peserta. Dan baa.. setelah selesai
semuanya kembali nyemplung ke kolam. Padahal, saat di pos satu tadi mereka
berteriak kedinginan dan ternyata, di pos dua mereka malah nambah lagi.. oh..
ketagihan rupanya.. tak lupa, tim juga mencoba merasakan wahnya berendam di
kolam panas. Badan yang semula menggigil kedinginan kini diuji dengan pansnya
air belerang. Perasaan mereka semuanya hanyut dalam kolam itu, cengengesan dan
pringisan mereka seperti sudah ada yang memandu. Ajiib...
Kolam Panas |
Pret..pret..pret... suara dari megaphone pendamping yang menyerukan
agar segera beranjak dari kolam dan menunaikan shalat di mushalla. Setelah
semuanya seselsai shalat, tim pun kembali ke buper melalui medan yang sama.
Perjalanan dipercepat mengingat hari sudah sore, semuanya juga terlihat tidak
sabar dengan acara nanti malam. Mengagumkan..
Malam pun tiba, pencahayaan tak segelap yang kukira. Lampu sorot besar
dipasang menerangi lapangan utama.
Selepas shalat maghrib berjamaah, kami
menyambungnya dengan tahlil dan doa. Ritual suci ini membawa kami pada lintasan
religius. Kemah kami bukanlah kemah hura-hura dan ‘lupa’. Akantetapi, kemah
kami adalah kemah bercinta dengan alam yang bermuara pada cinta Sang
Mahapencipta. Dimana kita berada, Allah selalu bersama menemani kita. Tiada
canda dan gurauan, tiada omong kosong selama doa-doa dipanjatkan. Karena kami
sedang menikmati aduhai munajat bersama mendekat kepada Tuhan Mahakuasa.
Syahdunya.... Hutan Pinus |
Amin ya robbal alamin, tiba saatnya kultum disampaikan. Pak Saeroni
menggali ingatan kami sedari pagi hingga kini. Apa saja yang telah kami perbuat
dan apa saja yang telah kami ambil manfaat. Beliau mengajak kita untuk
senantiasa mawas diri dan mensyukuri apa yang telah Allah beri, dari kesehatan,
makanan, pakaian, dan lainnya. Lebih-lebih nikmat iman, islam dan ihsan. Ya
salaam..
Makan bersama |
Tut-tut-tut.. Makan malam dihidangkan, semua membaur menabung (memakan
nasi bungkus) bersama di tempat itu juga. Walau hanya nasi, mie, dan ikan
presto yang kedinginan, peserta melahap dengan mantap. Sesuai ajaran Rasul,
keluh kesah atas makanan adalah larangan dalam adab menghadapi hidangan. Hal
tersebut kami praktikkan dalam kegiatan ini. Tak lupa, sebagai bukti cinta
alam, semuanya membuang bungkus makanan di tempatnya dengan kesadaran, tanpa
paksaan. Betapa indahnya kebersihan..
Setelah shalat isya’, sekarang.. saatnya pentas dan panggung hiburan..
api unggun dinyalakan sebagai penghangat suasana malam itu. Masing-masing
kelompok berlomba menampilkan pertunjukan terbaiknya. Ada yang menampilkan
koor, lagu dangdut, juga drama. Beberapa kali pertunjukan peserta membuat gelak
tawa penonton. Adapun lagu-lagu yang didendangkan juga menghipnotis penonton
untuk ikut berjoget bersuka ria. tak-dung tak-dung.. tun diundang mbokmu..
Bernyanyi bersama |
Pukul 21.30 WIB, Jadwal untuk beristirahat memisahkan kami satu
persatu. Ada yang langsung tidur, ada
yang jajan di warung, ada juga yang masih bergerombol di luar tenda untuk
sekedar bernyanyi bersama. Bergitar dan beralun menyalurkan hobi yang dipunya.
Malam itu kami saling pandang, tersenyum tertawa, merasakan hangatnya keluarga.
Dinginnya malam yang menusuk tulang memaksa semuanya untuk menyelimuti badan
dengan sarung, jaket, kupluk, juga kaos tangan serta kaki. Dan, nyanyian kami
berhenti bersamaan dengan padamnya api unggun yang dibuat. Akhirnya, gerombolan
ini merebahkan badan seraya memimpikan apa ya kado Allah esok pagi?.. kasih tau
nggak ya..???
Bulan separo menatap dari atas kepala.. Bintang berceceran di langit
yang megah.. Pohon Pinus berjejeran membentengi pasukan.. Suara-suara khas
hutan belantara mengantar mimpi indah.. Aji oh Aji kenapa kau tersenyum.. Macam
mana aku tak senyum.. Allah Mahasempurna..
Pukul setengah lima mendatangi badan-badan yang melengker menggigil
ini. Satu demi satu bengun-membangunkan anak-anak lain. Entah kenapa, dingin
yang melanda tiada menghalangi kami untuk shalat berjamaah. Oh Tuhan, terima
kasih.. kegiatan terus berlanjut tanpa jeda berarti, sehingga hawa kantuk dan
dingin yang menggoda sedari tadi merasa terusir dan lenyap begitu saja.
Para peserta diajak Pak Jay untuk senam bersama untuk menjaga kebugaran
badan. Jujur saja hal yang jarang kita lakukan di rumah. Keringat menetes dari
tubuh kami, alhamdulillah.. dan teng-teng-teng.. sarapan datang.. saatnya
mengisi perut kami yang sudah keroncongan dari tadi. Sarapan kali ini diselingi
dengan nyanyian panitia.. tak lupa, foto-foto menjadi momen yang pas untuk
sekedar beralay ria.. oh my god..
Tangki terisi penuh, this is it.. The Real Climbing.. Pendakian yang
Sebenarnya.. Pendamping mengajak tim untuk ziarah ke Curug Lawean, air terjun
yang indah dan menkjubkan serta ke Kebun Teh Desa Medini yang hijau dan wangi.
Ok, fix..
jalur pendakian |
Sama halnya seperti kemarin, tim diminta untuk saling menjaga satu sama
lain. Jangan sampai ada yang tertinggal apalagi terperosok jatuh ke jurang..
ih.. serem.. emang iye.. medan kali ini tidak securam kemarin, tetapi “sangat
amat curam sekali banget”.. nah lo.. atut kan?. Naik-naik ke puncak gunung
tinggi-tinggi sekali, akhirnya lirik lagu itu dapat kami praktikkan walau sama
sekali tidak kami jumpai pohon cemara. Jalan yang berlumpur, dan sempit menguji
mental dan fisik peserta. Fokus pada jalan, tetapi nyanyian boleh
diperdengarkan agar tidak stres di perjalanan. Tongkat menjadi kaki ketiga kami
dalam mengarungi megahnya hijau-hijau Nglimut. poto dulu ah...
Coba Tebak, Siapa Dia? |
Sebelum sampai di Curug Lawean, kami beberapa kali berhenti di pos-pos
dadakan. Sekadar untuk nyebur-nyebur di sungai sambil selfie-selfie unyu-unyu
getoh.. yuk lanjut, pendamping disebar untuk memandu adik-adik. Ada yang di
depan, di tengah, dan di belakang. perjalanan tim diwarnai dengan kehati-hatian
ekstra mengingat medan yang wah dan tak terbayangkan. Bismillah..
Dan.. hal yang tak diinginkan itu terjadi. Rombongan terpecah menjadi
dua. di depan dan di belakang. Kami yang di belakang kaget dengan terputusnya
barisan peserta. Pendamping segera menenangkan adik-adik dan berusaha mengejar
rombongan depan. Teriakan anak-anak memanggil-manggil Pak Saeroni yang
meninggalkan kami tiada terrespon sama sekali. Sempat cemas akan tersesat,
bayangan kelam melintas di pikiran. Dan tiba-tiba, kami ada di persimpangan
jalan. Antara kanan atau kiri, bingung mana yang akan diambil. Apa jadinya
kalau kita salah arah, berapa hari harus tersesat di sini. Apalagi kami tak
bawa mie instan, ntar kalau kelaparan gimana?? Menuruti kata hati, akhirnya
kami memutuskan mengambil jalur kiri. Keputusan besar dalam hidup kami,
menentukan jalan yang benar dan lurus. Kami berani melenggang ke arah itu
karena mengingat ada pedoman berupa papan penunjuk kecil di atas pohon yang
bertuliskan “Ke Curuk Lawean”. Wakwaw..
Curug Lawean |
Setelah beberapa puluh meter, sahutan kami terbalas. Bayangan kelam itu
jatuh ke jurang dan mengalir bersama arus sungai yang deras. Ternyata rombongan
depan sudah sampai terlebih dahulu di Curug. Bahkan beberapa sudah bersemedi di
bawah hujaman air terjun. Oh.. Mahabesar Allah. Air terjun setinggi ‘mbuh’
terjun bebas mengaliri tanah Indonesiaku. Masyaallah.. alangkah indah ciptaanmu
ini ya Allah.. tahmid dan takbir menggema di hati kami. Pemandangan yang
menyejukkan mata, badan, dan pikiran. Sekali lagi, tanpa komando semuanya
menyerbu ke sungai dan menikmati hujaman air terjun. Rasanya seperti gerimis,
jutaan pasukan tirta menyentuh kulit lembek manusia-manusia manja ini. Please
deh..
Tak lama di sana, kami segera menuju destinasi kedua yakni kebun teh
desa Medini. Medan masih sama yaitu berupa tanjakan-turunan yang
berkelok-kelok. Akantetapi tanah di sini tidak sebecek di bawah. Di sini kering
dan enak diinjak, so.. kekhawatiran kami akan terpeleset mulai berkurang.
Beberapa saat kemudian.. teriakan dari depan memancing kami untuk mempercepat
langkah. Rupanya tim sudah sampai di tujuan.
Berfoto di kebun Teh Medini |
Kebun Teh Desa Medini.. ku pandangi kanan dan kiri.. rasanya aku tak
asing dengan tempat ini.. ini kah surga?.. atau mini surga?.. ah entahlah..
kegembiraan ini memang tak bertepi..
Hamparan tanaman teh membuat kami seperti sedang main film. Inilah,
daun yang kita minum hampir setiap hari.. oh.. harumnya.. segera tim berkumpul
dan mendengarkan penjelasan dari pembina ihwal kebun teh ini dan apa kegiatan
kita selanjutnya. Yaitu kita akan berkunjung ke pabrik pengolahan teh. Sesudah
itu, kita akan kembali ke buper basecamp kita semula.
Medan perjalanan ke camp jauh berbeda dengan keberangkatan tadi, di sini
jalannya rata, lebar, dan tidak begitu licin karena ini adalah jalan desa yang
merupakan jalan utama untuk ke bawah. Yah meski beberapa ada turunan miris..
Pukul 12.00 WIB tim singgah di mushalla kampung untuk menjalankan shalat
dzuhur. Pokoknya shalat yang nomor satu..
Pemandangan dari atas |
Masih semangat? Ayo.. jalur menurun kami lalui, beberapa kali kami
berpapasan motor dan mobil yang hilir mudik. Capek, beberapa peserta mulai
merasakan nyeri di kaki. Berhenti sejenak dan lanjut lagi, mereka masih kuat
untuk melanjutkan perjalanan. Kabut putih melayang-layang di atas jurang. Oh..
Allahu Akbar. Pandangan kami tertuju ke sana.. dari atas semua tampak kecil.. semuanya
menunjuk-nunjuk hamparan bumi Allah yang luar biasa. bagaimana cara
membuatnya?. O.. Kami yang kerdil dan tak bisa apa-apa, ampuni kami atas
kecongkakan dan kekhilafan.. astaghfirullah..
Sampailah di camp pukul 14.00 WIB, semua menuju ke tenda untuk berkemas
pulang. Sesuai rencana, tim akan tiba di pangkalan (Madrasah) pukul 4 sore.
Namun, Tuhan punya rencana lain. Tiba-tiba hujan deras mengguyur buper. Jam
kepulangan tertunda untuk beberapa puluh menit hingga hujan benar-benar reda. Langit
masih mendung, hujan berganti gerimis ringan. Kemudian, aksi bersih-bersih
dilakukan demi menjaga kebersihan lingkungan. Kita datang dengan baik-baik,
pulangpun harus meninggalkan kesan yang baik. Baris, bagi tugas, dan menuju
terminal transit.
Semua naik truk, mobil, dan motor.. saatnya pulang.. perjalanan pulang
tak jauh berbeda dengan keberangkatan. Bernyanyi, bergurau, hanya saja tidak
selama sebelumnya. Para peserta sudah kelihatan cepeknya, muka-muka lelah
berjejer rapi bak buku perpustakaan. Kami mampir ke komplek masjid makam Syekh
Jumadil Kubro untuk shalat ashar dan sedikit mengganjal perut. Dan lanjut ke
pangkalan. Pukul 6 petang tepat kami sampai di madrasah tercinta. Menurunkan
muatan, berbaris, berdoa, serta sepatah dua patah pesan dan kesan dari Pembina.
Tim membubarkan diri, beberapa singgah dulu di masjid, selebihnya segera
kembali ke rumah masing-masing. Pegel coey..
Perjalanan ini luar biasa.. aku tak bisa diam begitu saja.. liburan
kali ini liburan yang berbeda.. tak biasa.. luar biasa.. indah.. memukau..
menakjubkan.. istimewa.. oh.. jangan sampai hal seperti ini terhenti.. antara
dingin.. menggigil.. capek.. miris.. terjal.. curam.. melelahkan.. atau
menantang.. melatih.. mengingatkan.. menyadarkan.. kekompakan.. kesederhanaan..
kekuatan.. persaudaraan.. dan kegembiraan..
Naik Gunung, Kapok atau Candu?
Ghofurdz
Wedung, 01:25
01/01/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar