LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI
JEPARA
SEMESTER
GASAL TAHUN AKADEMIK 2015/2016
Disampaikan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
Laporan Individu Disusun Oleh:
Muhammad Abdul Ghofur
NIM
1310320005
PROGRAM
STUDI PBA DAN PGMI
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
Laporan
Individu Praktik Kerja Lapangan (PKL) disusun oleh:
Muhammad Abdul Ghofur
NIM
1310320005
Program
Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Jurusan : Tarbiyah
Perguruan
Tinggi : STAIN Kudus
Tempat
Pelaksanaan : Jepara
Waktu
Pelaksanaan : 4
s/d 5 Oktober 2015
telah
disahkan oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk memenuhi tugas akhir dari
mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Kudus,
26 Oktober 2015
Dosen
Pembimbing Lapangan,
Ida Vera Shopya, M.Pd.
NIP. 197903212009012001
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sebagai salah satu mata kuliah yang harus ditempuh
mahasiswa, Praktik Kerja Lapangan (PKL) bisa menjadi momentum indah untuk
memperbaharui niat belajar (tajdid
an-niyat). Di dalamnya terdapat banyak hal baru yang ditemui mahasiswa jauh
dari hiruk-pikuk perkuliahan seperti hari-hari biasanya.
Laporan
ini berisi catatan kegiatan
yang kami ikuti selama pelaksanaan PKL di Jepara. Kami mengucapkan
terima kasih atas dorongan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak yang turut andil mensuksekan
kegiatan ini.
Ucapan
terima kasih kami khususkan kepada:
1. Dr. H. Fathul Mufid, M.S.I. selaku Ketua STAIN
Kudus.
2.
H. Kisbiyanto,
S.Ag.,M.Pd.
selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus.
3.
Ida Vera Shopya, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan
4.
MA Mathalabul Huda Mlonggo Jepara
5.
Dr. Saekan Mukhit, Mustaqim Umar, dan KH. Zainuri Toha yang menjadi
narasumber kegiatan workshop.
Demikian
laporan ini kami susun,
kritik dan saran senantiasa kami harapkan. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Kudus, 26 Oktober
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I : PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A.
MA MATHALABUL HUDA MLONGGO..................................
B.
WORKSHOP MANUSIA BERBUDAYA...................................
C.
WORKSHOP PELUANG DAN TANTANGAN PENDIDIKAN DI PANTURA
D.
WORKSHOP STRATEGI DAKWAH DI PANTURA................
BAB
II : ANALISIS DAN SOLUSI
A.
Analisis.............................................................................................
B.
Solusi................................................................................................
BAB
III : PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
a.
Jadwal PKL..........................................................................................
b. Dokumentasi
atau foto.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PRAKTIK KERJA
LAPANGAN
A.
MA MATHALABUL HUDA MLONGGO JEPARA
1. Profil
PROFIL MA MATHALIBUL HUDA MLONGGO KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
a. Nama Sekolah : MA MATHALIBUL HUDA
1.
Nomor Statistik Madrasah : 131233200013
2.
NPSN
: 20362962
3.
Tahun
Didirikan
:
1985
4.
Status
Sekolah
:
Terakreditasi A No. 003602 Tahun 2009
5.
Alamat
Sekolah
:
Jl. Raya Jepara Bangsri Km. 09 Mlonggo –
6.
Kode Pos :
59452
7.
Kabupaten
:
JEPARA
8.
Propinsi
:
JAWA TENGAH
9.
Telepon/Fax
:
(0291) 599411
10.
E-mail
: aliyah.malida@gmail.com
11. Website
: www.malidaprofetik.sch.id
b. Kepala Sekolah
1. Nama
Lengkap
:
Drs. H. SUGIWANTO, MM.
2. NIP
: 195808121989031003
3. Pendidikan
: -S.1 / IKIP Negeri Malang
a. Fak/Jur:
FIP/KTP
: -S2 / UAB Surakarta
b.
Fak/Jur: Ekonomi/Magister Manajemen
2.
Visi Dan Misi MA Mathalibul Huda Mlonggo
Visi adalah pandangan dasar ke depan
dari suatu lembaga atau kelompok sosial yang memiliki jangkauan kegiatan
kolektif. Muatan visi ini adalah muatan tentang wujud kehidupan atau wujud
pengertian yang merupakan gambaran akhir dari proses panjang kegiatan
yang dilaksanakan lembaga tersebut. Karena itu, visi merupakan rumusan dasar
tujuan yang akan dicapai oleh anggota kelompok tersebut. Untuk merealisasikan
pandangan dasar ini, maka lembaga memiliki rumusan tugas untuk mencapainya yang
biasa disebut Misi.
Visi Madrasah Aliyah MATHALIBUL HUDA
Mlonggo Kabupaten Jepara adalah ingin mewujudkan Madrasah PROFETIK (Profesional
dan ber-Etika) yakni madrasah yang mampu merealisasikan secara terpadu
keberhasilan akademis (pengembangan iptek) dan keberhasilan penanaman
nilai-nilai Islam pada anak didik sebagai landasan etika dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan keterpaduan dua komponen ini
setidaknya madrasah Madrasah Aliyah MATHALIBUL HUDA Mlonggo Kabupaten
Jepara dapat bersaing dengan madrasah/sekolah yang lain, menjadi madrasah
yang besar dan mampu dijadikan rujukan standar kualitas penyelenggaraan
pendidikan madrasah-sekolah lain, bahkan menjadi pusat kegiatan umat Islam
(Center of Islamic Activity).
Untuk mencapai tujuan ini, maka misi
yang diembannya adalah:
a. Mengembangkan kepribadian siswa
berdasarkan nilai – nilai islam.
b. Meningkatkan prestasi akademik siswa
melalui penyelenggaraan proses belajar mengajar yang profesional (selalu
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kontemporer).
c. Mengembangkan bakat siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler.
d. Melakukan pembinaan secara khusus
pada siswa yang bermasalah dan siswa yang berprestasi.
e. Mewujudkan masyarakat profetik
melalui kajian islam yang normative ke tingkat aplikatif sebagai dasar etika
sehari-hari.
f. Menjalin kerja sama dengan
masyarakat umum secara kontinyu untuk mewujudkan kehidupan umat yang
bermartabat.
B.
WORKSHOP MANUSIA BERBUDAYA
Dalam paparannya
Pak Saekhan menyampaikan tentang urgensi dari manusia berbudaya. Apa yang
terjadi di negeri kita ini tidak lepas dari kondisi budaya yang menimpanya.
Realitas melemahnya ekonomi, degradasi moral, ketimpangan hukum, kisruh di
dunia olahraga hingga maraknya ijazah palsu adalah disebabkan dari lemahnya
budaya. Ketika manusia tidak lagi memiliki budaya pada dirinya, maka hancurlah
dunia di sekelilingnya.
Di sela-sela
workshop Pak Saikhan juga memotivasi mahasiswa agar tetap bersemangat mengikuti
kegiatan menyusul pembatalan PKL di Karimunjawa. Di sini (Jepara), beliau
berharap agar kita semua dapat mengambil pelajaran dari hal sekecil apapun
karena perkuliahan tidak hanya sebatas belajar di dalam kelas atau di kampus.
Dimana kita hidup, di situlah kita kuliah atau belajar. Karenanya, seorang mahasiswa
harus mempunyai konsep belajar sendiri.
Berbicara
mengenai pendidikan, pendidikan tidak hanya monopoli orang (yang berkecimpung
dalam jurusan) tarbiyah. Akanetapi, pendidikan adalah milik orang yang
berbudaya. Siapakah orang berbudaya itu? Ialah orang yang mengenal dan memahami
dirinya sendiri. Ia dapat bersikap sesuai norma, sehingga ia tahu apa yang
menjadi hak dan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Pun dia juga mengetahui
kekurangannya sehingga tidak mudah menyalahkan orang lain manakala terdapat
suatu permasalahan.
Orang yang
berbudaya selalu peka dengan apa yang ada di sekitarnya, ia suka hidup di dunia
gagasan, memiliki cita-cita tinggi dan juga ide-ide yang besar. Big think and think Big. Dengan budaya,
manusia dapat meraih kemajuan dan keberhasilan.
Adapun Jepara,
memiliki 3 tokoh wanita legendaris yang hebat, yakni Putri Sima, Ratu
Kalinyamat, dan R.A. Kartini. Ketiganya adalah pioneer manusia berbudaya pada
zamannya. Putri Sima dan Ratu Kalinyamat terkenal akan keadilan dan
ketegasannya dalam menegakkan hukum. Sedangkan R.A. Kartini menjadi ikon
kemajuan wanita dengan gagasan emansipasinya.
C.
WORKSHOP PELUANG DAN TANTANGAN PENDIDIKAN DI PANTURA
Di wilayah
pantura, peluang dunia pendidikan masih sangatlah luas. Namun, sebelum ke arah
sana kita harus menata karakter pribadi terlebih dahulu. Seorang calon pemimpin
masa depan haruslah memiliki kecerdikan, cita-cita, dan keyakinan yang tinggi.
Pada kesempatan
tersebut Pak Mustaqim Umar lebih banyak menceritakan pengalaman pribadinya
dengan harapan para mahasiswa dapat mengambil banyak petikan pelajaran yang
dapat memacu gairah mahasiswa untuk terus berjuang dalam dunia pendidikan.
Masa kecilnya
dilalui dengan penuh lika-liku kehidupan yang serba pas-pasan. Beliau mengaku
bahwa semasa mudanya mengimpikan menjadi pemain sepakbola. Karena kalah
bersaing, akhirnya beliau memutuskan untuk serius menekuni bangku sekolah.
Beliau juga aktif berorganisasi baik saat SMA maupun kuliah. Yang menarik
adalah biaya perkuliahannya beliau tanggung sendiri dengan menjadi loper koran.
Selepas lulus
kuliah Pak Mustaqim melanjutkan karyanya menjadi guru SMEA. Uniknya di tengah
kesibukan mengajar beliau juga sempat dipercaya untuk mengatur ketenagaan di
sebuah perusahaan meubel. Dengan bekal kemahiran organisasinya beliau dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.
Berkat keaktifan
berorganisasilah beliau dapat terus berkarya hingga menduduki posisi penting di
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jepara. Dan kini, Beliau bersama
rekan-rekannya menjadi pemrakarsa berdirinya SD Unggulan Terpadu Bumi Kartini
Jepara.
Mahasiswa
diharap mempunyai kegersahan intelektual, pandai membaca situasi dan segera
bergerak. Beliau berpesan agar kami nantinya, jangan hanya puas sekadar menjadi
guru (biasa). Akantetapi, jadilah guru yang inspiratif yang dapat membantu anak
didik mengejar angannya.
D.
WORKSHOP STRATEGI DAKWAH DI PANTURA
Pada masa permulaan kenabian dakwah Rasul Saw berlangsung secara diam-diam. Selang
beberapa tahun barulah kemudian dakwah berlangsung secara terang-terangan.
Berangkat dari firman Allah QS an-Nahl [16]: 125 yang berbunyi:
ادْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØَسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠ Ù‡ِÙŠَ Ø£َØْسَÙ†ُ Ø¥ِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ†ْ ضَÙ„َّ عَÙ†ْ سَبِيلِÙ‡ِ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِينَ
Berdakwah bukan hanya kewajiban kiai, ustadz, dan ulama. Namun, berdakwah
adalah kewajiban bagi semua muslim karena Islam adalah agama dakwah. Setiap
individu wajib berdakwah, mulai
dari keluarga hingga ke masyarakat.
Dakwah dapat
dilakukan dengan lisan (seruan) maupun tindakan. KH. Zainuri Toha menjelaskan
bahwasanya dakwah dengan lisan
dalam dunia pendidikan dinilai cukup
lemah karena tidak dapat diukur dengan pasti. Sebagai solusi, lembaga harus
menerapkan karakter atau akhlaq yang dicapai. Dari sana, target menjadi jelas
dan mudah untuk dievaluasi.
Karakteristik penduduk pantura, Jepara khusunya, adalah masyarakat yang
keras. Keras dalam artian gaya bicara yang terus terang dan blak-blakan juga
sering disertai dengan nada yang tinggi. Masyarakat pantai kebanyakan tergolong
termasuk ke dalam masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Yang menjadi sorotan
adalah pola pengaturan finansial masyarakat. Saat musim air laut tenang dan
para nelayan mendapat banyak hasil tangkapan, mereka lupa untuk menabung. Uang
hasil bekerja sesegera mungkin digunakan untuk memenuhi keinginan yang belum
didapat. Seperti perabot, perhiasan, dan sebagainya. Akibatnya, di musim ombak
para nelayan tidak mempunyai persediaan tabungan saat tidak melaut.
Di sini, peran da’i bisa jadi sangat strategis. Da’i dapat mengajak
masyarakat agar menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk ditabung. Dengan
membangun BMT (Baitul Mal Wattamwil) atau sejenis koperasi nelayan. Sehingga
diharapkan, ke depannya masyarakat nelayan lebih pandai dan bijak dalam
mengelola keuangannya.
Pak KH. Zainuri menambahkan, dakwah tidak hanya melalui ceramah dalam
pengajian, justru dakwah dengan tindakan dinilai lebih mulia dan tepat sasaran.
Senada dengan pepatah, “Lisanul hal afshahu min lisanil maqal” (tindakan lebih
baik daripada perkataan). Dan juga dakwah tidak hanya mengajak masyarakat untuk
melakukan ibadah mahdhah, tetapi juga harus menyentuh bidang kehidupan
sehari-hari masyarakat tersebut.
Menelik masyarakat Karimunjawa yang semakin ramai, kita dituntut untuk
semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Dengan datangnya warga asing yang
mempunyai latar belakang budaya berbeda, umat islam harus bersiap dan sedia
membentengi diri. Jangan sampai nilai-nilai luhur keislaman dan kearifan lokal
tergerus oleh kemajuan global.
Seorang da’i diharuskan mempunyai mental baja. Karena kondisi masyarakat
yang akan dihadapi terkadang berbeda dengan tempat ia berasal. Selain itu,
seorang da’i haruslah berpenampilan yang sopan, serta gaya bicaranya
komunikatif dan to the point agar pesan yang akan disampaikan dapat
diterima masyarakat dengan baik.
E. SENAM PAGI
Kegiatan ini menjadi menarik karena tidak hanya diikuti oleh mahasiswa,
melainkan juga diramaikan dengan turut sertanya Bapak/Ibu dosen DPL. Kegiatan
berlangsung sekitar 90 menit waktu normal. Dalam pembukaannya, Pak Kis mengajak
mahasiswa untuk hidup sehat dan bugar karena dalam tubuh yang sehat terdapat
jiwa yang kiat atau mensana incorporesano.
Senam pagi dipimpin oleh Bp. Sulthon yang mana juga menjabat sebagai
kepala prodi PGMI. Mahasiswa mengikuti senam dengan kompetensi seadanya. Harap
maklum, para mahasiswa jarang atau bahkan tidak pernah melakukan senam sejak
lulus sekolah dasar.
BAB II
ANALISIS DAN
SOLUSI
A.
ANALISIS
1.
MA MATHALABUL HUDA
Saya tertarik dengan visi MA
Mathalabul Huda yang sangat simpel, yakni “Menjadi Madrasah Profetik”. Seperti
yang dituturkan Pak Kisbiyanto, bahwasannya sebuah lembaga yang baik tidak
perlu membuat visi yang kompleks. Cukuplah sederhana dan padat, namun syarat
makna. Bahkan beliau menambahkan, semakin singkat sebuah visi, maka semakin
bagus.
Dengan membawa spirit
kenabian, MA Mathalabul Huda berhasil menunjukkan ke khalayak ramai bahwa
sejatinya “madrasah” mampu bersaing dengan “sekolah”. Munculnya unen-unen “Amal
yang terbaik adalah ikhlas, perbuatan yang terbaik adalah shalat, shalat yang
terbaik adalah berjamaah, jamaah yang terbaik adalah di masjid” sungguh luar
biasa. Ungkapan ini dapat mementik semangat warga madrasah dalam menjaga diri
agar tidak melupakan tuhan di setiap hal yang dilakukan.
Nilai unggul profetik telah
terbukti mampu mengubah peradaban manusia menjadi lebih baik. Nilai karakter
profetik atau kenabian yang utama adalah sifat-sifat wajib bagi rasul yaitu
jujur (shiddiq), amanah, komunikatif (tabligh), dan cerdas (fathanah). Kontekstualisasi
dari keempat sifat kenabian itu ialah terbentuk figur sebagai berikut:[1]
Pertama, selalu berpedoman
pada nurani dan kebenaran, tidak mengikuti hawa nafsu dan pengaruh lingkungan
yang negatif, bahkan ia yang telah terinternalisasi nilai profetik akan
menebarkan kebenaran dan nilai kemanusiaan ke berbagai kalangan.
Kedua, figur tersebut juga
menjaga profesionalisme dan komitmen. Apa yang ia dikatakan akan dilaksanakan
dengan konsekuen. Ia menjadi seorang figur yang mampu menjaga amanah, tugas
pokok, dan fungsinya sehingga tidak tenggelam dalam rayuan nafsu untuk
menguasai jabatan atau kekayaan. Ia akan terus berbuat sesuai dengan mandat
yang ia terima.
Ketiga, figur ini menguasai
keterampilan berkomunikasi dengan berbagai kalangan dan strata. Ia tidak
membedakan suku, agama, partai politik, dan golongan. Kebenaran ia tegakkan dan
komunikasikan ke berbagai kalangan dengan niatan untuk memberi kemanfaatan dan
kedamaian hidup. Ucapan dan perilakunya sekaligus menjadi duta yang mampu
menerjemahkan apa yang ada di hatinya secara jujur.
Keempat, ia menjadi figur
yang mampu menyelesaikan masalah karena memiliki multikecerdasan. Ia menjadi
sosok kunci (key person) yang mampu menyelesaikan berbagai kasus dan
problem yang muncul. Ia juga sosok yang mampu memanfaatkan fasilitas dan
lingkungan baik fisik maupun sosial untuk mendukung pencapaian tujuan mulianya.
MA Mathalabul Huda mempunyai
banyak prestasi baik akademik maupun non akademik. Hal itu tidak lepas dari komitmen
kuat dari dewan guru untuk memajukan pendidikan sangat mengagumkan. Diantaranya
adalah upaya untuk mendisiplinkan siswa yang tinggi, seperti memaksimalkan
tingkat kehadiran siswa dengan menerapkan peraturan, “Orang tua harus datang
untuk menyampaikan izin manakala siswa berhalangan hadir.” Hal ini
berdampak pada tingkat absensi siswa yang rendah sehingga siswa dapat maksimal
dalam mengenyam jam pembelajaran di madrasah.
Sebuah terobosan baru
dilakukan MA Mathalabul Huda dengan klasifikasi kelas yakni kelas blended
(campuran), kelas profetik, keterampilan, dan tahfidz. Hal ini sangat bagus guna
mengarahkan siswa sesuai potensi yang dimilikinya.
Kegiatan ekstrakurikuler
yang beragam dan bersifat kekinian seperti jurnalistik, English club, dan
lainnya menjadikan madrasah sebagai wahana penempa kepribadian dan keterampilan
siswa yang ideal. Siswa dapat memilih jenis kegiatan yang diminati guna
mengembangkan skill agar kelak dapat menjadi modal dan nilai plus dalam menghadapi
persaingan global ke depan.
Bimbingan akademik bagi
siswa yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi sangat tepat guna. Siswa
dapat lebih siap dan terbantu untuk menghadapi tes masuk PTN maupun PTS yang
diinginkan.
Dan satu hal lagi,
penggunaan bahasa yang baik sangat
dibutuhkan demi meraih hati publik. Seperti yang dilakukan MA Mathalabul Huda,
dalam membangun gedung baru, pihak madrasah tidak menggunakan frasa “Biaya Uang
Gedung” melainkan “Uang Perawatan Gedung” yang mana terkesan lebih terjangkau
dan rasional.
Untuk bisa menghasilkan
mutu, menurut Slamet (1999) terdapat empat usaha mendasar yang harus dilakukan
dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu :
1.
Menciptakan
situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan situasi
“kalah-menang” diantara fihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders).
Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus
terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu
produk/jasa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
2.
Perlu
ditumbuhkembangkan motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam
proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh motivasi
bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat terus menerus,
terutama sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna/langganan.
3.
Setiap
pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka
pendek, tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan
lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan
adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah
diantara mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut.
Mereka adalah satu kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain untuk menghasilkan mutu sesuai yang diharapkan. [2]
2.
WORKSHOP MANUSIA BERBUDAYA
Dalam paparannya
Pak Saekhan menyampaikan tentang urgensi dari manusia berbudaya. Apa yang
terjadi di negeri kita ini tidak lepas dari kondisi budaya yang menimpanya.
Realitas melemahnya ekonomi, degradasi moral, ketimpangan hukum, kisruh di
dunia olahraga hingga maraknya ijazah palsu adalah disebabkan dari lemahnya
budaya. Ketika manusia tidak lagi memiliki budaya pada dirinya, maka hancurlah
dunia di sekelilingnya.
3.
WORKSHOP PELUANG DAN TANTANGAN PENDIDIKAN DI PANTURA
Budaya global memaksa individu tanpa sadar untuk mengikuti pola yang ditawarkan
oleh penguasa informasi. Budaya global secara perlahan mencerabut budaya lokal
dan nasional, sehingga jatidiri bangsa dapat tergeser dengan sendirinya. Hal
yang terjadi dalam globalisasi adalah homogenitas budaya. Upacara adat, musik
tradisional, kesenian lokal, atau makanan khas daerah semakin tidak diminati
oleh sebagian besar masyarakat. Penanaman nilai-nilai budaya oleh orang tua
sulit diterima oleh generasi berikutnya yang lebih memilih pola hidup yang
ditawarkan media massa. Globalisasi mampu mengubah pandangan hidup masyarakat,
bahkan ideologi sekalipun. Runtuhnya ideologi komunisme tidak terlepas dari
globalisasi yang dimainkan oleh kaum kapitalis. Demikian pula ideologi
Pancasila dapat dimungkinkan hilang dari benak bangsa.[3]
4.
WORKSHOP STRATEGI DAKWAH DI PANTURA
Dakwah dapat
dilakukan dengan lisan (seruan) maupun tindakan. KH. Zainuri Toha menjelaskan
bahwasanya dakwah dengan lisan
dalam dunia pendidikan dinilai cukup
lemah karena tidak dapat diukur dengan pasti. Sebagai solusi, lembaga harus
menerapkan karakter atau akhlaq yang dicapai. Dari sana, target menjadi jelas
dan mudah untuk dievaluasi.
Metode dakwah bil
lisan biasanya diaplikasikan dalam bentuk ceramah, seperti khutbah, ceramah
di majelis taklim dan sebagainya. Metode dakwah bil kitabah diaplikasikan
dalam bentuk tulisan, seperti menulis artikel Islam pada media cetak, surat
kabar, majalah, dan bulletin. Sedangkan metode dakwah bil hal diaplikasikan
dalam bentuk aksi nyata, seperti membangun masjid, lembaga
pendidikan,memberdayakan lembaga-lembaga sosial dan lembaga potensial lainnya
yang dapat mengangkat masyarakat kepada kondisi yang lebih baik.[4]
Dalam keadaan demikian, umat manusia ditantang untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan yang ada dalam kehidupan manusia di masa depan. Batas-batas
wilayah, politik, ekonomi, budaya bahkan jati diri bangsa sedang mengalami
tantangan. Tidak bisa lain sumber daya Manusia (SDM) menjadi kata kunci yang
harus segera diantisipasi pemecahannya.[5]
Pentingnya
strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan
adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus perhatian ari ahli dakwah memang penting untuk
ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah
secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri. Dengan
demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi
ganda, yaitu :
Menyebarluaskan
pesan-pesan dakwah yang bersifat informative, persuasif dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Menjembatani "Cultur
Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya
media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai dan
norma-norma agama maupun budaya.[6]
5.
PERSPEKTIF PRIBADI
Ada banyak hal yang dapat kita ambil pelajaran dari
praktik kerja lapangan kali ini. Kami merumuskannya menjadi tiga jenis, yaitu manajemen waktu, manajemen mental, dan manajemen
perilaku.
1.
Manajemen waktu.
Dengan waktu yang singkat, mahasiswa dituntut untuk
menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya. Baik di lokasi objek kunjungan lembaga
pendidikan, yakni MA Mathalabul Huda Mlonggo, di dalam bus saat perjalanan, serta
saat workshop di Hotel D’Season Premier Jepara. Mahasiswa harus mampu belajar
dari hal sekecil apapun yang ada di sekelilingnya.
Dalam waktu 24 jam, kami bergerak dari kampus STAIN
Kudus yang beralamat di Jalan Conge Ngembalrejo Kudus menuju MA Mathalabul Huda
Mlonggo yang beralamat di desa Jambu Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Kami
sempat gamang melihat situasi jalanan yang macet, berapa lama waktu yang
terbuang karena hal ini. Akibatnya, kegiatan kunjungan di MA Mathalabul Huda
Mlonggo saya rasa kurang masimal dikarenakan keterbatasan waktu. Andai kami
dapat sampai lebih awal tentu kami mendapatkan durasi waktu berdialog yang
lebih panjang.
Sesampai di hotel, kami tidak dapat sesegera mungkin
untuk check in dan menunaikan shalat ashar. Diperlukan waktu hingga setengah
jam lebih agar kami dapat masuk ke kamar. Sekali lagi waktu terbuang percuma.
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian.
2.
Manajemen mental.
Mental mahasiswa terasah saat ia berhadapan dengan
kenyataan bahwa PKL tidak jadi dilaksanakan di Karimunjawa karena kendala
pelayaran. Mendengar kabar itu, para mahasiswa merespon dengan berbagai
pandangan. Ada yang positif, banyak pula yang negatif. Akantetapi, setelah
mendapat klarifikasi yang rasional dari para dosen, mahasiswa menjadi tabah dan
menerima dengan ikhlas. Segala pikiran negatif
yang mereka munculkan, mereka sesalkan.
Sebelumnya, bayangan lokasi pengganti yang tidak enak
sempat menghantui. Namun, hal itu sirna saat mahasiswa menjejakkan kakinya di
hotel. Kegembiraan dan kebahagiaan menggelayuti sedari kedatangan hingga
kepulangan. Kini, mahasiswa dapat belajar arti husnuzzhon yang sesungguhnya.
Seperti yang dikatakan bu Farida, bilamana kita
beranggapan positif pada suatu hal, maka akan muncul pula suasana positif pada
diri kita. Dan sebaliknya, bila kita memandang negatif pada suatu hal, maka
suasana negatif juga akan menimpa kita. Oleh karenanya, mahasiswa diharap agar
membangun semangat positif selama kegiatan ini berlangsung, dan menjalar hingga
ke hari-hari selanjutnya.
Mental mahasiswa juga teruji selama mengikuti
pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan baik di aula MA Mathalabul Huda Mlonggo
maupun di ballroom Hotel D’Season Jepara. Mahasiswa pemalas mempunyai
perspektif miring di segala sesi. Rentetan kegiatan yang disajikan hanya
dianggap sebagai penuntas kewajiban tanpa ada ghiroh untuk menggali
wawasan baru. Mereka cenderung abai dengan makna-makna terkandungnya.
Berbanding terbalik dengan mahasiswa yang rajin. Ia
mengikuti semua sesi dengan baik. Datang lebih awal, siap menerima materi, dan
tidak sekadar mendengarkan. Namun juga merenungkan apa yang sampai di telinga.
Akhirnya, muncul gagasan-gagasan baru yang akan ia wujudkan di hari mendatang.
3.
Manajemen perilaku.
Praktik kerja lapangan berarti praktik bekerja di
lingkungan kerja kita nantinya. Di sana kita belajar bagaimana cara kita
berbaur dengan populasi yang ada. Diperlukan adaptasi sedini mungkin agar tidak
terjadi miss yang memalukan. Adab bersosial menjadi kunci utama untuk menjalin
komunikasi dengan lingkungan. Saat komunikasi berjalan dengan baik, insyaallah
kinerja dapat berjalan lancar sesuai harapan.
Hal buruk saya temukan saat para mahasiswa menghadapi
segala sesuatu yang berhubungan dengan antrian. Baik antrian pengisian daftar
presensi, maupun antrian saat makan (ini yang lebih parah). Mereka berebut
tempat satu sama lain untuk menjadi yang terdepan. Menyenggol kanan kiri tiada
peduli dengan urutan antrian. Alhamdulillah, tidak sampai pada taraf gontok-gontokan
maupun adu mulut.
Yang paling saya sayangkan adalah perihal kebersihan.
Saya masih ingat, beberapa jam sebelumnya Pak Kisbiyanto menerangkan tentang
betapa kotornya madrasah. Sungguh tamparan keras bagi sekalian umat madrasah.
Saya pribadi merasakan kegelisahannya. Menginjak di hotel berbintang yang
terjaga kebersihannya dan para mahasiswa pun menikmatinya, nyatanya belum
membuat mahasiswa untuk merubah perilaku negatifnya, yakni membuang sampah
sembarangan. Sungguh sangat mengenaskan.
B.
Solusi
MA Mathalabul Huda bukan
hanya kebanggaan masyarakat Jepara, tetapi kebanggaan kita semua. Yang lebih
membanggakan menurut saya secara pribadi adalah MA Mathalabul Huda adalah
madrasah NU. Sehingga dakwah aswaja dapat menggaung tinggi ke angkasa.
Sepatutnya kita turut mengapresiasinya dengan banyak hal. Diantaranya adalah
dengan mendukung dan mempercayakan putra-putri kita di lembaga pendidikan NU, khususnya madrasah.
Bagi pengelola
lembaga pendidikan, kita dapat meniru terobosan yang dilakukan MA Mathalabul Huda. Kita harus mampu
menunjukkan ke mata dunia bahwa Madrasah Unggul, NU Unggul.
Madrasah harus mampu
mewujudkan konsep-konsep keislaman, khususnya di bidang kebersihan. Jangan
sampai madrasah yang manjadi ladang untuk menanam insan-insan mulia justru
dijejali dengan lingkungan yang kotor dan menjijikkan. Karena lingkungan yang
bersih nan menyehatkan merupakan cerminan kepribadian dan karakter umat islam.
Untuk
workshop-workshop selanjutnya, mahasiswa jangan hanya sekadar mendengarkan,
namun juga harus mencerna baik-baik apa yang disampaikan oleh pemateri.
Harapannya, kita dapat menuai manfaat lebih besar dari isi pesan yang
disampaikan. Sehingga muncul gagasan baru yang dapat berpengaruh signifikan
pada peubahan hidup ke arah yang lebih baik.
Kebersihan
hendaknya diperhatikan baik-baik oleh segenap mahasiswa. Sungguh memalukan
seorang dewasa, seorang civitas akademika, dan calon guru, dengan tanpa dosa
dan rasa bersalah meninggalkan sampah berserakan di mana-mana. Kalau ita
demikian, bagaimana cara mengajarkan kebersihan pada putra-putri nantinya?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Membangun lembaga yang baik diawali dengan komitmen kuat dari
masing-masing individu. Dengan
tujuan dan arah yang jelas, pengembangan lembaga pendidikan dapat berlangsung
lebih baik dan lebih pesat. Diperlukan kemampuan managering yang handal
untuk memimpin sebuah lembaga menjadi lembaga yang unggul. Sebuah lembaga
pendidikan harus benar-benar dapat menjadi wahana penempa potensi dan daya
kreatifitas siswa.
2.
Kita dapat belajar dari segala sesuatu yang ada di depan mata dan harus
membangun pendangan positif dari dalam jiwa agar hal positif juga mendatangi
kita. Seorang mahasiswa harus mempunyai keyakinan tinggi dan cita-cita yang
kuat.
3.
Strategi yang digunakan dalam berdakwah
harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Seorang dai harus
mengetahui kondisi geografi dan demografi lingkungan yang akan dijadikan tempat
berdakwah. Dakwah dengan lisan tidak cukup untuk menjawab permasalahan
masyarakat. Namun dakwah berupa tindakan justru lebih efektif dan tepat
sasaran.
4.
Mahasiswa peserta PKL masih kurang disiplin dalam hal kebersihan.
B. Saran
Sebagai
mahasiswa prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, saya lebih tertarik studi
di lembaga yang setingkat dengan lembaga tempat kami bekerja nantinya, bukan
setingkat MTs ataupun MA. Melihat obyek kunjungan lembaga pendidikan, saya
harap untuk angkatan PKL ke depannya pihak STAIN Kudus lebih menekankan
ke-prodi-annya daripada ke-reguler-an atau ke-elka/elte-annya. Dengan asumsi,
mahasiswa PGMI reguler maupun LK dapat bersama-sama melakukan PKL di lembaga
MI/SD. Kalaupun menemui kendala kuota, setidaknya dapat bergabung bersama prodi
PGRA.
Pembagian
kelompok yang berbaur antarprodi kali ini, saya merasa tidak ada pengaruh
signifikan, bahkan cenderung tidak efektif. Faktanya, pembagian kelompok hanya
berpengaruh pada pembagian kendaraan dan pengerjaan laporan kelompok. Melihat
realita kelompok kami yang berbaur dengan mahasiswa Ekstensi Lintas Transfer
(ELT), membuat kami kesulitan dalam mengerjakan tugas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Moh. Ali. Maret 2015. Tantangan Pendidikan Islam di Era Global. Dalam Jurnal
TARBAWIYAH Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
Nurdin, Muhammad. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Rajagukguk, Bresman. Juni 2009. Paradigma Baru dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Tabularasa Pps Unimed, Vol.6 No.1,
http://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.php/hadharah/article/view/294/227
, diakses 11 Oktober 2015
Roqib,
Moh. Oktober 2013. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Profetik. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun
III, Nomor 3, http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2747/2278, diakses
10 Oktober 2015
Siregar, Mawardi. 2013. Mendakwahi
Orang-Orang Yang Sudah Percaya: Pembentukan Perilaku Sosial Masyarakat Nelayan
Pesisir Kuala Langsa Propinsi Aceh. Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 1 Tahun
2013
Mahmuddin.
2013. Strategi Dakwah Terhadap Masyarakat Agraris. Dalam Jurnal
Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 101 - 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kegiatan
Senam Pagi
MA Mathalabul
Huda Mlonggo
|
A. LEBIH DEKAT
DENGAN MA MATHALABUL HUDA
1.
Sejarah Berdirinya MA Mathalibul Huda Mlonggo
Sejarah berdirinya MA MATHALIBUL
HUDA Mlonggo Kabupaten Jepara tidak
terlepas dari berdirinya Madrasah Diniyah, MI, PGA, MTs Mathalibul Huda Mlonggo
Kabupaten Jepara, karena semua itu merupakan embrio berdirinya MA Mathalibul
Huda , oleh sebab itu dalam pemaparan sejarah ini dimulai dari awal berdirinya
yaitu Madrasah Diniyah.
Madrasah MATHALIBUL HUDA Mlonggo
Kabupaten Jepara mulai dirintis sejak tahun 1930, atas hasil pemikiran Bapak
Moechsin Astroredjo (almarhum) Jambu Timur dkk. Pada perkembangan selanjutnya
supaya madrasah tersebut resmi menjadi sarana pendidikan, maka diupayakan untuk
mempunyai ijin resmi dari pihak pemerintah kemudian diberi beselit (Piagam)
oleh Bupati Jepara Bapak Sukahar.
Setelah madrasah ini ditangani
dengan baik, akhirnya dapat berkembang dan pada tahun 1946 (setelah
kemerdekaan), mulai dirintis untuk diberi pelajaran umum dan berbentuk Madrasah
Ibtida’iyah (MI) khusus putra. Mulai tahu 1948 inilah mulai dirintis dan dibuka
madrasah putri (banat), yang dulunya hanya madrasah putra (banin).
Tahun 1958 mulai ada peraturan
pemerintah dalam pendidikan, yaitu yang asalnya MI diganti nama menjadi MWB
(Madrasah Wajib Belajar), ini merupakan program pemerintah yang pelaksanaannya
sampai 8 tahun, dengan perincian 6 tahun belajar teori, untuk yang 2 tahun
pelajaran praktek kerja, dan diharapkan lulusannya dapat bekerja di masyarakat.
Namun tidak lama, MWB diganti lagi dengan nama MINU (Madrasah Ibtidaiyah
Nahdlatul Ulama). MINU hanya berjalan 3 tahun, kemudian diganti lagi dengan
nama MI Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara , Sampai sekarang.
Madrasah Mualimin berdiri secara
resmi pada tanggal 01 Maret 1963, hanya bertahan sekitar 1 tahun ajaran, diganti
sekolah keguruan, yaitu Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun Nahdlatul Ulama,
yang sering dikenal dengan sebutan PGA NU. PGA ini sekarang, setingkat SMP/MTs.
Dasar pemikiran didirikannya PGA
ini, karena berorientasi pada kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Pada saat itu,
kebutuhan guru-guru agama Islam di SD dan MI sangat mendesak. Dan dalam
kerangka sistem pendidikan Nasional, diharapkan lulusan PGA dapat membantu
mewujudkan kualitas pandidikan dasar.
PGA secara legal berdiri tahun 1964,
dalam perkembangan berikutnya, Pada masa kritis sesudah G 30/S PKI ini, tentu
saja sekolah-sekolah yang bernafas agama terus dipacu, agar tetap eksis dan
diminati masyarakat. Bp. Basuki Rahmad dalam memperjuangkan PGA ini tidak
sia-sia, karena terbukti, pada masa ini minat masyarakat untuk masuk di PGA
cukup banyak, tidak hanya masyarakat Mlonggo Kabupaten Jepara saja, tetapi di
luar Mlonggo Kabupaten Jepara pun banyak yang daftar.
Pada tahun 1975 PGA yang semula
berlabel Nahdlatul Ulama (NU), mulai diganti nama Mathalibul Huda (MH), kembali
nama asli sejak pendirian tahun 1930. Dengan
berbagai pertimbangan, PGA 4 tahun (tingkat SLTP) yang sudah berdiri sejak
tahun 1964 tersebut, terasa perlu untuk dilengkapi tingkat lanjutan yang lebih
atas. Maka pengururs Yayasan, mulai memacu diri berpikir membuka PGA 6 tahun
(tingkat SLTA). PGA 6 tahun mulai dirintis tahun 1975. Dengan demikian, para
lulusan PGAP (4 tahun), langsung dapat meneruskan ke PGAA (PGA 6 Tahun). Namun
PGAA tidak bertahan lama, hanya berjalan 3 tahun, dan baru meluluskan tiga
lulusan. Setelah itu, tidak menerima lagi, karena ada peraturan pemerintah
penghapusan PGA Swasta.
Dengan adanya peraturan pemerintah
tersebut, PGA swasta dihapus, maka sebagai gantinya adalah PGA menjadi MTs
mulai tahun 1978. Bahkan menurut data yang ada, MTs MH Mlonggo Kabupaten Jepara
termasuk MTs terbesar muridnya se Kabupaten Jepara.
Dalam proses perkembangan,
ditengah-tengah meningkatnya para lulusan MTs, maka pengurus yayasan, dewan
guru dan para wali murid MTs mempunyai pemikiran untuk membuka Madrasah Aliyah
(MA). Pemikiran ini didasarkan pada kondisi obyektif, yaitu banyaknya lulusan
MTs Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara sendiri dan MTs-MTs lain yang ada
di Mlonggo Kabupaten Jepara yang berkeinginan untuk meneruskan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Selain pertimbangan tersebut, pendirian MA ini
didasarkan pada kondisi pendidikan di Mlonggo Kabupaten Jepara pada sa’at itu (
sekitar tahun 1985 ) untuk jenjang pendidikan SLTA nyaris tidak ada.
Karena alasan di Mlonggo Kabupaten
Jepara belum ada sekolah tingkat SLTA, baik SLTA umum maupun Agama, maka
Yayasan Pendidikan Islam Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara yang sudah
mengelola MI dan MTs, bertekad untuk membuka jenjang pendidikan tingkat
menengah atas yaitu Madrasah Aliyah (MA).
Berdirinya MA Mathalibul Huda
Mlonggo Kabupaten Jepara secara resmi, tanggal 17 Juli 1985. Kenyataannya,
dalam membuka MA ini, tidak mudah dan mulus jalannya. Banyak hambatan dan
rintangan yang menghadang di depannya. Pihak-pihak yang tidak sefaham, selalu
berusaha menghalangi dan menggagalkan pendirian MA tersebut. Pihak yang tidak
merasa berkepentingan, selalu merekayasa agar MA Mathalibul Huda Mlonggo
Kabupaten Jepara, tidak mendapat murid.
Walaupun demikian, karena kegigihan
dan perjuangan keras dari pengurus yayasan, dewan guru dan para wali murid,
akhirnya MA dapat berdiri dan keberadaannya sampai sekarang, masih terus
berjalan dan bahkan dari tahun ketahun mengalami perkembangan. Karena prinsip
dasar utama pendirian MA ini, tidak didasarkan pada ambisi, tetapi betul-betul
karena tuntutan kebutuhan masyarakat akan adanya pendidikan, dan juga karena
ridla Allah SWT.
Dengan kemelut adanya masalah waktu
pendirian MA Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara ini, maka sampailah
berita ini di Kanwil Depag Prop. Jawa Tengah. Sehingga pada saat itu, Kepala
Bidang Pembinaan Perguruan Agama Islam (Kabid Binrua Islam) Kanwil Depag.
Propinsi Jawa Tengah, Bp. Drs. Syukron, Bc.Hk. datang langsung ke MA Mathalibul
Huda untuk menjelaskan persoalan, memberi pengarahan dan pembinaan, adanya
proses pendirian dan pembinaan berikutnya. Selain do’a restu pendirian MA
Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara dari Kabid Binrua Islam tersebut, juga
mendapat dukungan sepenuhnya dari Bp. Soejadi, selaku Pengawas Pendidikan Islam
Kanwil Depag. Propinsi Jawa Tengah, untuk wilayah Jepara. Dengan dukungan Pak
Jadi ini,akhirnya MA Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara mampu berjalan
dan bertahan hingga sekarang.
Madrasah mulai berdiri tahun 1985
sampai tahun 1997 dipimpin oleh Bp. Drs. Mustaqim (alumnus PGA Mathalibul Huda
Mlonggo Kabupaten Jepara ini), dan kini beliau menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang dan juga menjadi dosen INISNU Jepara, kemudian mulai
tahun 1997 sampai sekarang dipimpin Drs. H. SUGIWANTO, MM selain menjadi Kepala
Madrasah beliau juga sebagai Dosen INISNU Jepara, Ketua MWC NAHDLATUL ULAMA
Kecamatan Mlonggo. (Sumber: http://pemerintahdesajambu.blogspot.co.id/2015/05/madrasah-aliyah-matholibul-huda.html)
2. Keadaan
Guru Dan Karyawan MA Mathalabul Huda Mlonggo
a. Tenaga Pengajar / Pendidik
Ijazah
Tertinggi
|
JENIS GURU
|
||
DPK Depag
|
Jumlah Tetap (GT)
|
Jumlah Tidak Tetap (GTT)
|
|
S.2
S.I
D.3
D2 / DI / SLTA
|
1
|
0
16
1
2
|
2
9
-
2
|
1
|
20
|
12
|
b. Tenaga Administrasi/Pegawai
Ijazah
Tertinggi
|
JENIS
TATA USAHA
|
|
Jumlah TU Tetap
|
Jumlah TU Tidak Tetap
|
|
Sarjana
|
-
|
2
|
D3
|
-
|
1
|
D2
|
-
|
-
|
SLTA
|
-
|
2
|
SLTP
|
-
|
-
|
SD
|
-
|
1
|
3. Keadaan Siswa Dan
Kelulusan
Kondisi Masukan / Input 8
Tahun Terakhir
Tahun
Pelajaran
|
Jumlah Siswa
|
|
Pendaftar
|
Diterima
|
|
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
2013/2014
|
303
339
306
293
329
|
239
260
226
205
253
|
Data Nilai Ujian Nasional
Siswa Baru.
Tahun
Pelajaran
|
Jumlah DANEM
|
||
Tertinggi
|
Terendah
|
Rata – Rata
|
|
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
2013/2014
|
32.30
48.65
33.75
34.60
35.75
|
15.44
29.60
21.20
15.75
15.95
|
25.15
42.11
27.87
25.51
27.85
|
Komposisi Siswa
Kelas /
Program
|
Jumlah
Rombongan Belajar
|
Jumlah Siswa
|
X MIA
X IIS
XI-IPA
XI-IPS
XII-IPA
XII-IPS
|
2
5
1
4
1
4
|
192
38
151
38
159
|
Jumlah
|
17
|
639
|
Data Tamatan
Tahun
Pelajaran
|
Tamatan
|
Rata – Rata NEM
|
Siswa Yang Melanjutkan ke PT
|
|||
Jumlah
|
Target
|
Hasil
|
Target
|
Jml
|
Target
|
|
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
2013/2014
|
191
195
205
218
200
|
191
195
205
218
200
|
37.34
42.11
46.94
42.11
41.33
|
39.00
45.00
48.00
46.00
46.00
|
66
21
28
30
71
|
100
110
100
100
100
|
4. Kegiatan
Ekstrakurikuler
1.
Pramuka
:
THOYYIBIN, S.Pd
2.
Bola
Volly
:
IBNU AFIF, S.Pd
3.
Sepak
Bola
:
SUDARSONO, S.Ag
4.
Rebana
Modern
:
Drs. SUTARLIM
5.
Tenis
Meja
:
SYAIFUL HUDIN, S.Ag
6.
Jurnalistik
:
KUAT PUJIANTO, S.PdI
7.
Tata
Busana
:
ZAIN MUHIBBI, SE
8.
Tata
boga
:
NUR AZIZAH, S.Ag
9.
Kaligrafi
:
MUHAMMAD ALI
10.
Tilawatil
Qur’an
:
MUKHAMMAD KHABIB
11.
Palang Merah Remaja
(PMR) : NUR FAIZIN, S.Pd
12.
Atletik
:
TANTRI FITROTUN N, S.Si
13.
Majalah dinding
(Mading)
:
M. HUSAIN HAEKAL, S.Pd
14.
Patroli Keamanan
Sekolah
:
MUHAMMAD RENDI
15.
Malida English
Club
:
AYIK DZULKARNAEN, S.Pd
16.
Pencak Silat
:
di bawah kesiswaan
17.
Malida English Club
(MEC)
:
di bawah kesiswaan
18.
Tenis Meja
:
di bawah kesiswaan
19.
Karate
:
di bawah kesiswaan
5. Sarana dan
Prasarana
Dalam rangka mendukung
terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif dan mampu memberikan
pelayanan yang maksimal kepada peserta didik, tentu harus dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai. Ketersediaan sarana dan
prasarana ini sangat mempengarui kelancaran proses pembelajaran. Sarana dan
prasarana yang ada di MA Mathalibul Huda Mlonggo Kabupaten Jepara meliputi :
a) Data Keadaan Tanah
Luas Tanah
: 6.124 m2
b) Penggunaan Tanah:
1.
Untuk
Bangunan : 792 m2
2.
Untuk Halaman/Taman : 3.000 m2
3.
Lapangan Olah Raga
:
135 m2
4.
Kebun
: 813 m2
5.
Lain-lain
: 1.384 m2
Fasilitas
– Sarana Prasarana Gedung
No
|
Nama Ruang
|
Jumlah
|
Luas
(M2)
|
Keterangan
|
1
|
Ruang Kelas
|
16
|
896
|
|
2
|
Ruang Kepala Madrasah
|
1
|
28
|
|
3
|
Ruang Guru
|
1
|
56
|
|
4
|
Ruang Tata Usaha
|
1
|
28
|
|
5
|
Ruang Laboratorium IPA
|
1
|
72
|
|
6
|
Ruang Komputer
|
1
|
56
|
|
7
|
Ruang UKS/BP-BK
|
1
|
9
|
|
8
|
Ruang OSIS
|
1
|
13
|
|
9
|
Ruang Alat Olah Raga
|
1
|
5
|
|
10
|
Ruang Ganti
|
1
|
5
|
|
11
|
Kantin
|
2
|
12
|
|
12
|
Toilet Guru
|
2
|
16
|
|
13
|
Toilet Siswa
|
9
|
10
|
|
14
|
Komputer Administrasi
|
5
|
||
15
|
Komputer Lab.
|
34
|
||
16
|
Printer
|
3
|
||
17
|
Telpon
|
2
|
||
18
|
Mesin Ketik
|
-
|
||
19
|
Photo Digital
|
1
|
||
20
|
TV
|
3
|
||
21
|
Pengeras Suara
|
1
|
||
22
|
Tape Recorder
|
2
|
||
23
|
Alat Olah Raga
|
Cukup
|
||
24
|
Alat Kesenian
|
Cukup
|
||
25
|
Alat Laborat IPA
|
Cukup
|
||
26
|
Lapangan Olah Raga
|
2 lokasi
|
||
36
|
6. Prestasi Madrasah
No Urt
|
Jenis / Nama
|
Juara
|
Tahun
|
Tingkat
|
Lomba
|
||||
1
|
PMR K-5
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
2
|
PMP K-5
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
3
|
PMR Kreasi Remaja Pa
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
4
|
PMR Kreasi Remaja Pi
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
5
|
PMR Promosi Kesehatan
Pa
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
6
|
PMR Paper Ilmiah
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
7
|
PMR
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
8
|
PMP
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
9
|
Olimpiade Matematika
|
H. I
|
2013
|
Kabupaten
|
10
|
Competition Matematika
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
11
|
Rebana
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
12
|
Debat Bahasa Indonesia
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
13
|
Menulis Artikel
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
14
|
Mata Pelajaran Biologi
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
15
|
Mata Pelajaran Bahasa
Arab
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
16
|
Mata Pelajaran
Matematika IPS
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
17
|
Mata Pelajaran Ekonomi
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
18
|
Mata Pelajaran Kimia
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
19
|
Kaligrafi (HAB Kemenag
ke-68)
|
III
|
2013
|
Provinsi
|
20
|
Lari (Pa) 100 M (HAB
Kemenag ke-68)
|
II
|
2013
|
Provinsi
|
21
|
Lari (Pi) 100 M (HAB
Kemenag ke-68)
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
22
|
Lari 400 M Pa (HAB
Kemenag ke-68)
|
III
|
2013
|
Provinsi
|
23
|
Lari 400 M Pi (HAB
Kemenag ke-68)
|
I
|
2013
|
Provinsi
|
24
|
Orasi (persami Saka
Wira Kartika)
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
25
|
Melukis Poster
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
26
|
Pawai Taaruf Maulid
Nabi
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
27
|
Kejuaraan Karate
Inkanas Kls Kata’ 55kg
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
28
|
Kejuaraan Karate
Inkanas Kls Kumite 55kg
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
29
|
Juara Lomba senam
lantas & LBB
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
30
|
Paduan suara Porseni
IPNU-IPPNU
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
31
|
Bulu tangkis porseni
IPNU/IPPNU
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
32
|
Kompetisi Bola Volly
Kali telon Cup 1
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
33
|
Lomba MTQ Porseni
IPNU-IPPNU
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
34
|
Kompetisi Bola Volly
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
35
|
KSM Mapel Matematika
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
36
|
KSM Mapel Fisika
|
II
|
2013
|
Kecamatan
|
37
|
KSM Mapel Ekonomi
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
38
|
KSM Mapel Geografi
|
I
|
2013
|
Kabupaten
|
39
|
Olimpiade Matematika
(HIMATIKA) IAIN WALISONGO
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
40
|
Raicab (Wirakarya)
Kategori Sendra Tari
|
III
|
2013
|
Kabupaten
|
41
|
Perkemahan Wira Karya
V Kategori K5
|
II
|
2013
|
Kabupaten
|
42
|
Perkemahan Wira Karya
V Kategori Cipta Ruang Hijau
|
I
|
2014
|
Kabupaten
|
43
|
Perkemahan Wira Karya
V Kategori Tergiat
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
44
|
Olimpiade PMR Pi
Kategori Cerdas Tangkas
|
1
|
2014
|
Kabupaten
|
45
|
Olimpiade PMR Pa
Kategori Cerdas Tangkas
|
1
|
2014
|
Kabupaten
|
46
|
Debat Bahasa Inggris
IAIN Walisongo Semarang
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
47
|
Olimpiade PMR Pa
Kategori Perawatan Keluarga
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
48
|
Olimpiade PMR Pi
Kategori Perawatan Keluarga
|
3
|
2014
|
Kabupaten
|
49
|
Paskibra HUT RI Ke -
69 Pa
|
1
|
2014
|
Provinsi
|
50
|
Paskibra HUT RI Ke -
69 Pi
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
51
|
Lomba Baca Puisi HUT
RI Ke-69
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
52
|
Senam Lantas HUT POLRI
|
3
|
2014
|
Kabupaten
|
53
|
Lomba Cipta Puisi
|
3
|
2014
|
Kabupaten
|
54
|
Lomba Orasi
"Festival Hijau"
|
1
|
2014
|
Kabupaten
|
55
|
Olimpiade Matematika
OPTIKA UIN Jakarta
|
H1
|
2014
|
Kabupaten
|
56
|
Lomba Duta Lantas
|
H3
|
2014
|
Provinsi
|
57
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Al Quran Hadits
|
H3
|
2014
|
Kabupaten
|
58
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel SKI
|
3
|
2014
|
Kabupaten
|
59
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Matematika IPA
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
60
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Fisika
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
61
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Geografi
|
1
|
2014
|
Kabupaten
|
62
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Ekonomi
|
3
|
2014
|
Kabupaten
|
63
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Sosiologi
|
3
|
2014
|
Kabupaten
|
64
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel TIK
|
2
|
2014
|
Kabupaten
|
65
|
Lomba Mapel Ke-4 KKMA
02 Mapel Ke-NU-an
|
1
|
2014
|
Provinsi (Wil)
|
[1] Moh.
Roqib. Oktober 2013. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Profetik. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun
III, Nomor 3, http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2747/2278, diakses
10 Oktober 2015
[2] Rajagukguk, Bresman. Juni 2009. Paradigma Baru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.dalam Jurnal Tabularasa Pps Unimed, Vol.6
No.1, http://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.php/hadharah/article/view/294/227
, diakses 11 Oktober 2015
[3]Moh. Ali Aziz. Maret 2015. Tantangan Pendidikan Islam di
Era Global. Dalam Jurnal TARBAWIYAH Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY
[4] Mawardi Siregar. 2013. Mendakwahi
Orang-Orang Yang Sudah Percaya: Pembentukan Perilaku Sosial Masyarakat Nelayan
Pesisir Kuala Langsa Propinsi Aceh. Jurnal Dakwah, Vol. XIV, No. 1 Tahun
2013
[6] Mahmuddin.
2013. STRATEGI DAKWAH TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS. Dalam Jurnal Dakwah
Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 101 - 113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar