Oleh: Ghofur
A.
Pendahuluan
Seperti
yang kita lihat zaman sekarang semakin maju dan teknologi semakin canggih.
Dampaknya orang menjadi terbiasa dengan kecepatan. Orang-orang menjadi ingin
apa-apa serba cepat dan instan. Termasuk dalam hal transportasi. Sepeda motor
menjadi barang yang wajib dan tak dapat ditinggalkan. Sedikit-sedikit naik
motor. Bahkan untuk menempuh jarak yang dekat dan sewajarnya dilakukan dengan
berjalan kaki.
Banyaknya
kesibukan kerja bisa jadi melenakan kita akan pentingnya berolahraga. Badan
menjadi kaku dan berat untuk melangkah. Hal itu bertolak belakang dengan
lincahnya kita sewaktu muda belia. Padahal menjaga kesehatan dan kebugaran
sangatlah penting seperti pepatah latin yang mengatakan, mens ana in corpore
sano. Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Dan pepatah arab, “al
aqlu as salimu fi al jismi al salimi”. Pikiran yang cerdas terdapat pada badan
yang giras.
Lebih
dari itu, ada masalah pelik dalam lingkungan masyarakat kita. Dapat kita lihat
sekarang banyak sekali anak sekolah yang mengendarai sepeda motor di jalan
raya. Padahal, perilaku tersebut secara jelas melanggar hukum. Berdasarkan UU
nomor 22 tahun 2009 menerangkan bahwa mereka yang mengendarai motor/mobil harus
berusia minimal 17 tahun. Akibat kampanye serba cepat dan instan tadi, kita
–khususnya para orang tua – telah gagal dalam hal pengawasan. Kita telah
membiarkan anak-anak mengadu keselamatan anak dengan membiarkan mereka
berkendara motor di jalan raya.
Ada
banyak faktor penyebab pembiaran ini. Diantaranya adalah isu jarak. Perjalanan
dari rumah ke sekolah, dirasa jauh bila ditempuh dengan jalan kaki. Entah
karena orang tua yang sibuk bekerja sehingga enggan mengantar, lalu menyerahkan
begitu saja sebuah motor kepada anaknya. Atau justru anak itu sendiri yang
kebesaran gengsi sehingga terlalu malas berjalan kaki atau bersepeda.
Kita
patut prihatin dengan fenomena perubahan sosial yang cenderung negatif, yaitu
anak belum cukup umur yang berkendara motor. Hal tersebut berlangsung secara
terus-menerus, bertahun-tahun, dan massif. Dan hal itu tidak hanya terjadi di
wilayah kecamatan Wedung saja, tetapi di daerah-daerah lainnya. Banyak anak SMA
yang berangkat sekolah berkendara motor serta tak sedikit pula anak SMP yang
melakukannya. Parahnya orang tua membiarkannya, memfasilitasinya, bahkan
mengajarkannya. Dan sepertinya sekolah pun tak mampu membendungnya. Walhasil,
muncul salah kaprah dalam batasan usia pengendara. Banyak yang mengira anak
berkendara motor bukan sebuah kesalahan. Two wrong make a right. Hal
yang salah justru dianggap benar gara-gara pelakunya banyak. Aduh!
B.
Isi
Wedung
bersepeda merupakan event (kegiatan) sosial non politik dan sara yang
digagas oleh Asif dkk. Ini merupakan upaya terobosan dalam hal menyikapi
maraknya masalah tersebut di atas. Wedung Bersepeda bersifat terbuka terhadap
siapa saja. Kami tidak membatasi siapapun anda, dari manapun anda berasal, dan apapun
jenis dan merek sepeda anda. Kami mengajak anda semua untuk bergabung bersama
kami dalam sebuah event bertajuk Wedung Bersepeda.
Kegiatan ini
merupakan kegiatan mingguan yang dilaksanakan rutin setiap Ahad pagi dan
berkumpul di halaman Masjid Alfalah Wedung. Selain Ahad pagi, Wedung Bersepeda
mempunyai agenda Bersepeda Mandiri dengan skala lebih kecil dan dilaksanakan di
waktu-waktu yang tidak menentu (insidental). Anggota dapat mengajak anggota
lain melalui grup Whatsapp yang telah tersedia.
Kenapa
bersepeda? Kami mengajak masyarakat untuk tidak larut dalam kecepatan sehingga
lalai menjaga keseimbangan hidup. Bolehlah kita naik motor, asal jangan lupa
bersepeda. Adakalanya kencang ada kalanya santai. Boleh kita memfasilitasi anak
dengan sepeda, tapi ingat, ada batas usia yang harus dipatuhi.
Berbeda dengan motor yang mempunyai stigma cepat dan
instan, bersepeda mempunyai stigma santai dan asyik. Kita tidak hendak adu
cepat atau adu keren karena bukan itu tujuan bersepeda. Kami mengajak anda
untuk menikmati setiap jengkal tanah di sekitar kita dengan hati yang tentram,
damai, dan bahagia. Dan hal itu akan semakin asyik apabila dilakukan
beramai-ramai.
Adapun manfaatnya juga banyak dan kembali kepada diri
kita. Bersepeda dapat menjadi alternatif bagi anda yang dilanda kebosanan,
ingin berolahraga, atau ingin guyub rukun bersama teman-teman. Moda ramah
lingkungan dan hemat energi ini membuat badan kita menjadi sehat serta membuat
pikiran menjadi segar kembali.
Di samping ramah lingkungan, bersepeda merupakan moda
ramah sosial. Bersepeda bersama mendorong satu sama lain untuk memupuk kepekaan
sosial terhadap sesama. Perilaku saling tanggap apabila terjadi masalah di
jalan seperti ban bocor, putus rantai, dan sebagainya. Dan inilah contoh usaha
nyata menyambung tali silaturrahim sesama masyarakat. Dan motto dari Wedung
Bersepeda adalah “Sehat dan Bersahabat”.
C.
Penutup
Akhirnya,
dari ragam permasalahan perilaku berkendara tadi, kita tentu sudah tahu dan
hafal akan bahaya anak berkendara motor di jalan raya. Maka dari itu kami
berkampanye mengajak para orang tua untuk mengembalikan habitat perilaku
berkendara anak. Yaitu dengan bersepeda. Kami juga menggugah para anak muda
untuk mencintai sepeda. Sehingga muncul generasi yang sehat, bertanggungjawab
dan disiplin. Sehingga pelanggaran lalu lintas dapat ditekan secara signifikan.
Kita
semua berharap kegiatan bersepeda dapat menjadi kegiatan yang dicintai
masyarakat baik dari kalangan muda maupun orang tua. Kita juga berharap agar
bersepeda menjadi hal yang dekat bahkan melekat dalam keseharian masyarakat. Bukan
sekadar hobi, tapi menjadi budaya. Terakhir, Wedung bersepeda diharapkan tidak
hanya menjadi sekadar gerakan bersepeda yang biasa, namun menjadi gerakan yang
inspiratif dan mempunyai kontribusi yang banyak bagi kehidupan masyarakat
wedung pada khususnya.