Iffa rahmawati
Suatu hari, saya
bersama teman saya pergi ke suatu tempat. Dalam perjalanan untuk sampai ke
tempat tersebut memakan waktu yang cukup lama. Akhirnya saya dan teman saya
berhenti sejenak di sebuah masjid terdekat sekitar pukul 09.30 WIB. Kemudian
kami masuk dan bergegas mengambil air wudhu lalu mengerjakan sholat dhuha.
Setelah selesai
mengerjakan sholat dhuha kami keluar. Kami tidak langsung melanjutkan
perjalanan kami, melainkan kita duduk-duduk sebentar di depan teras masjid
untuk menghilangkan rasa capek.
Pada saat itu saya
dihampiri seorang wanita tua berumur 60-an, dan terjadilah perbincangan
diantara kami.
“Dari mana asal
kalian nak?”, tanya wanita tua itu kepada kami.
“Kami dari demak
mau ke kudus buk...”, jawab saya.
“Emm... sudah jam
segini, apakah kalian sudah melaksanakan sholat dhuha?”, tanya ibu itu lagi.
“Syukurlah, sholat
dhuha itu penting nak, walaupun termasuk kategori sunah” tambahnya lagi.
“Mengapa begitu, Bu?”
kali ini teman saya yang bertanya.
“Karena Rosullah saw,
bersabda: “Barangsiapa yang melakukan sholat dhuha dua belas rokaat, niscaya
Allah membangunkan sebuah istana baginya.”(HR. Tirmidzi)”
Kami berdua hanya
terdiam mendengarkan nasehat dari ibu itu, lalu ibu itu menambahkan lagi.
“Aisyah ra juga
berkata, bahwa rosulullah SAW biasanya mengerjakan sholat dhuha 4 rokaat dan
menambah seperti yang dikehendaki Allah” (HR. Muslim)
“Ya sudah kalau
begitu, Nak. Ibu pamit pulang dulu, semoga apa yang Ibu sampaikan tadi
bermanfaat bagi kalian dan terutama bagi ibu sendiri”
“Aamiin...” jawab
kami bersama.
Ibu itu mengakhiri
perbincangan kammi lalu bergegas pulang. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan
lagi agar bisa sampai ke tempat yang kami tuju.
Cerita diatas berdasarkan hadist no.8
وعن عائشىة رضى الله عنه قالت : كان رسول الله ص.م يصلى الضحى اربعا, ويزيد
ما شاء الله (رواه مسلم)
“Aisyah r,a juga berkata, bahwa rosulullah
SAW biasanya mengerjakan sholat dhuha 4 rokaat dan menambah seperti yang
dikehendaki Allah” (HR. Muslim)
Eni Nirnawati
Hadist nomer 11
Suatu
ketika ada seorang pemuda yang melakukan perjalanan bersama kawannya menuju
desa yang terpencil yang berada didaerah kalimantan. Pemuda itu bernama aldi
dan kawannya bernama muhammad. Di tengah-tengah perjalanan yang cukup lama
tidak sengaja mereka meliha jam tangan mereka yang menunjukkan sudah pukul jam
14.00 WIB. Mereka sangat terkejut, karena mereka belum melaksanakan sholat
dhuhur. Ketika mereka berdua ingin melaksanakan sholat dhuhur di tengah
perjalanan mereka tidak menjumpai adanya masjid di pinggir jalan. Selama mereka
melakukan perjalanan yang cukup lama tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul
15.20 WIB. Itu sudah masuk waktu ashar. Akhirnya mereka memutuskan untuk
melaksanakan sholat dhuhur bersamaan dengan sholat asar karena mereka menjumpai
masjid pada waktu asar. Setelah melaksanakan itu mereka melanjutkan
perjalananya kedaerah yang dituju.
Indah Nur Rani
Hadis no. 13
Di
sebuah desa terpencil di daerah Jawa Tengah, terdapat seorang anak yang
rajin,pandai dan disiplin. Dia bernama joko. Pada saat hari raya idhul fitri
dia tidak pergi ke tempat sholat (masjid) dan sehingga dia pergi pergi ke dapur
serta mencari makanan kemudian dia makan terlebih dahulu. Hal itu sangat dianjurkan
oleh Rasulullah saw. Ahmad melakukan hal tersebut setelah mendapat pelajaran
dari ayahnya itu yaitu Pak Umar yang pada waktu itu mengajar anak-anak pada
saat bulan puasa.
Pada
saat itu, Ahmad juga melakukan hal yang berlawanan. Yaitu ketika shalat hari
raya idul qurban dia tidak makan terlebih dahulu sehingga dia melaksanakan
shalatnya terlebih dahulu. Itu juga sangat di anjurkan oleh Nabi Muhammad saw
kepada umat islam.
Sejak
Ahmad mengetahui apa yang dianjurkan rasulullah saw tersebut, pada saat shalat
hari raya idul fitri dan shalat hari raya idul adha Dia selalu melakukan hal
tersebut dan mengamalkan kepada teman-temannya.
Muhammad Ulul Azmi
Pada
hari itu, saya membaca buku yang dimana buku tersebut yang saya baca itu
tentang kisah nabi. Begini ceritanya. Pada hari itu ada dua orang, yang siapa
orang tersebut adalah ibu dan anaknya. Ibu itu pun menyuruh anaknya untuk
belajar dan memahami kisah-kisah nabi. Dan beberapa hari kemudian ibunya si
anak tersebut bertanya kepada anaknya.
Ibu
: “Gimana anakku... apakah kamu sudah bisa memahaminya?”
Anak
: “Iya, Bu. Saya sudah mulai sedikit-sedikit memahaminya”
Ibu:
“Dulu ibu pun pada saat masih sepertimu disuruh nenekmu untuk memahami kisah
nabi. Lha kamu belajarnya sudah sampai mana?”
Anak:
“Iini lho, Bu. Kisah tentang Nabi Muhammad saw melaksanakan 10 rokaat. Yaitu 2
rokaat sebelum dzuhur, 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat sesudah maghrib di
rumahnya, 2 rokaat sesudah isya’ di rumahnya, 2 rokaat sebelum subuh, 2 rokaat
sesudah shalat jum’at di rumahnya.
Ibu:
“Owh... Itu kalau bisa kisah-kisah Nabi itu kamu hafalkan dan ingat-ingat. Serta
yang paling penting kamu lakukan atau perbuat apa yang dilakukan oleh nabi itu
sunah”
Ahmad Yunus
Di
suatu hari tanpa sengaja, saya bertemu segerombolan anak yang sedang duduk di
serambi Masjid Mu’takaf An-Nur. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang tampak
seru. Terdengar dari kejauhan, mereka sedang membicarakan tentang masalah
sholat sunah, Tepatnya sholat sunah yang paling utama dan yang lebih diutamakan
setelah sholat fardhu.
Saya mencoba mendekat di kerumunan musyawarah mereka, salah satu dari
mereka menegaskan bahwa shalat sunah yang paling utama dan diutamakan setelah
sholat fardhu adalah sholat sunah Rowatib, ada juga yang mengatakan sholat
sunah yang paling utama adalah sholat dhuha, ada lagi yang mengatakan bahwa
yang paling utama ialah sholat witir, dengan alasan ان
الله يحب الوتر “Sesungguhnya Allah suka yang ganjil”.
Suasana semakin memanas, karena mereka tidak saling membenarkan satu
dengan lainnya, mereka saling berpegang teguh dengan pendapat masing-masing,
saling adu argumen, saling adu alasan, saling adu kefahaman. Kemudian saya
angkat bicara dengan membacakan salah satu hadist yang diriwayatkan dari Abi
Hurairoh yang berbunyi
قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم : "افضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل " اخرجه مسلم
Yang insyaallah artinya: “Rasulullah S.A.W bersabda: “Shalat yang
paling utama setelah shalat fardhu ialah shalat malam”. HR Muslim
Seketika
suasana hening, semuanya merenungkan hadist yang saya baca. Akhirnya musyawarah
pun di akhiri. Kurang lebihnya mohon maaf Wassalamualikum Wr Wb
Ali Yusuf Fahmi
Di pagi yang cerah terbitlah mentari yang tadzim kepada penciptanya,
kala itu ada seorang pemuda yang sangat aduhai dari desa sebelah, ia bernama si
Casper. Dia ingin mendalami ilmu agama di suatu pesantren yang Casper idam-idamkan.
Singkat cerita Casper pun sudah masuk atau menjadi santri di pondok pesantren
(sensor), Casper sangat bahagia mempunyai teman banyak.
Pesantren tersebut mengkaji kitab kitab antara lain, kitab Tafsir
Jalalain, Fathul Qorib, Bulugul Marom, dan Nahwu Shorof. Casper sangat
bersemangat dalam mengkaji kitab-kitab tersebut dan bercita-cita menjadi penerjemah
bahasa arab.
Akhirnya si Casper menemukan problematika merenung kesana kemari dan
bertanya. Kenapa sih Pak Kyai ketika sholat subuh melafalkan surat al kafirun
dan al ihlas. Datanglah kawan seperjuanganya yang bernama Neymar. Terjadilah dialog
antara Casper dan Neymar
Neymar bertanya, “Ada apa gerangan(casper)”, lagi gegana yaa”.
“Yaa, aku sedang bertanya tanya kenapa sih setiap imam sholat subuh
melafalkan surat al kafirun dan surat al ihklas?”. Casper melontarkan
pertanyaan itu kepada neymar.
Neymar yang merasa senior menanggapi pertanyaan dari casper. “Ohh itu
toh yang kamu geganakan (gelisah galau merana). So imam melafalkan surat
alkafirun pada rokaat pertama dan melafalkan surat al ihklas pada rokaat ke dua
itu di karenakan imam mengikuti perilaku Rosul saw”.
وعن ابى هريرة رضى الله عنه: قرأ فى ركعتي الفجر(قل يا ا يها الكا فرون)
و:(قل هوالله احد) رواه مسلم
Diriwayatkan dari abu hurairoh “sesungguhnya nabi ketika sholat fajar
membaca surat al kafirun dan suratal ihklas.
Casper : “Hmmmm, jadi itu toh referensi imam membaca surat tersebut”
Sekarang Casper sudah tau kenapa imam membaca surat al kafirun dan al
ikhlas, karna imam melakukan sunnah rosul.
Naili Asna Muna
Pak
Fatih adalah seorang imam masjid di kota Papua, ketika itu beliau sedang mengimami sholat dhuhur, dan
jama’ahnya sangat banyak. Maka beliau meringankan sholatnya, beliau tahu ma’mumnya terdiri dari anak kecil, orang tua dan
orang-orang yang lemah, supaya jama’ahnya merasa nyaman dengan sholatnya.
Pak
Fatih sedang jalan-jalan di Jakarta dan dia mengunjungi sebuah masjid di Jongol
untuk melaksanakan sholat asar dan ketika itu imamnya adalah Pak Dani. Pak dani
sangat panjang bacaannya tanpa memperdulikan bahwa ma’mumnya yang kebanyakan
orang tua, sehingga banyak orang tua yang tak khusu’ menjalani sholatnya.
Ketika
selesai sholat Pak Fatih menghampiri Pak Dani dan menasehatinya bahwa surat yang
beliau baca itu sangat panjang. Tapi Pak Dani tidak menggubrisnya. Di tengah
pembicaraan, anak kecil menghampiri Pak Fatih dan Pak Dani. Anak itu bernama Wakwau. Dia mengatakan
bahwa bacaan suratnya sangat panjang sehingga dia lelah berdiri. Setelah cerita
itu Pak Dani baru menyadari kesalahannya.
Pak
Fatih menambahkan kalau kamu sholat sendiri ya terserah kamu dan atas
kehendakmu. Nabi Muhammad saw bersabda dalam hadistnya, “Bila seseorang di antara
kamu mengimami jama’ah, hendaklah ia meringankan sholatnya, karena jama’ahnya
itu terdapat orang yang kecil, orang
tua, orang lemah, dan orang mendesak kebutuhannya”. Setelah kejadian itu Pak
Dani dan Pak Fatih jadi bersahabat dan saling tukar menukar cerita satu sama
lain.
Arin Anda Nafisah
Langit
dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang
berkilauan di matanya tampak sempurna mata ribuan malaikat yang
mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tidak bisa melewatkan pesona ayat-ayat suci
yang maha indah begitu saja.
Sejak
kecil ayahnya sudah sering membangunkannya jam 03.00 pagi. Ayahnya
menggendongnya dan mengajaknya menikmati keindahan surgawi. Kindahan pesona
langit, bintang gemintang dan bulan yang sedimikian fitri. Sehingga ketika ia
sudah remaja, ia menjadi gadis yang taat agama.
Ketika
seruan untuk bersujud pada pencipta alam semesta, anak berusia 12 tahun itu
sudah mengenakan mukena dan bersiap untuk ke masjid untuk melaksanakan sholat. Ia adalah Naila. Sepulang dari masjid,
Naila berjalan sambil menikmati indahnya langit ketika semburat fajar tiba.
Semburat
mentari muncul dengan malu-malu. Naila berangkat sekolah mengenakan seragam
putih biru dengan semangat. Ketika matahari di atas kepala, naila pulang dari sekolah.
Naila tak pernah meninggalkan sholat. Sebelum dhuhur, Naila mengawali dengan sholat dua rokaat
dan menutupnya dengan dua rokaat.
Begitu
pula saat sholat magrib, isya’, dan shubuh, Naila mengawali ataupun mengakhiri
dengan sholat dua rokaat.
Sri Wahyuningsih
Pada
suatu hari ada seorang lelaki yang sudah beristri dan sudah mempunyai 1 anak
perempuan yang di pondokan. Lelaki itu adalah seorang pekerja keras.
Meskipun begitu, keadaan ekonomi keluarganya masih terbatas. Pekerjaannya hanya
seorang nelayan.
Pada
suatu hari Sang Ayah itu pergi berlayar kesuatu daerah yang cukup jauh dari
rumahnya dalam beberapa hari. Bahkan beberapa minggu. Setelah beberapa hari di sana, Sang Ayah merasa bosan, dia sangat merindukan
keluarganya. Tapi dia berusaha menahan rasa bosan dan rindunya itu. Untuk
menghilangkan rasa bosannya Sang Ayah berjalan-jalan ke pasar yang ada di sana bersama teman kerjanya. Ketika di pasar Sang Ayah melihat sebuah
toko sepatu. Setelah melihat toko sepatu itu, tiba-tiba Sang Ayah ingat anak
perempuannya yang ada di pondok. Sang Ayah ingin membelikan sepatu untuk anaknya. Kemudian Sang Ayah membeli sepatu
itu. Setelah beberapa minggu bekerja di daerah
yang jauh dari rumahnya, akhirnya Sang Ayah pun pulang dan menemui anaknya di pondok,
dan memberikan hadiah untuk anaknya. Yaitu sepatu yang dibelinya dipasar daerah
tempat kerjanya. Sang anak sangat bahagia.
Di suatu hari ada
seorang anak. Dia adalah teman dari Uma (anak yang dibelikan sepatu olah ayahnya) anak itu bernama Linda. Linda
adalah anak dari seorang penjual sayur. Pada suatu hari Linda bercerita kepada Uma.
“Ma, aku mau cerita boleh nggak?” kata Linda.
“Kalau mau cerita, cerita aja. Aku siap
dengerin kok”, kata Uma dengan penuh semangat.
“Saat ini aku sedih. Kemarin aku dapat
kabar kalau ayahku sedang sakit dan tidak bisa bekerja. Dan kemarin juga aku
dapat teguran dari ibu guru. Katanya aku disuruh ganti sepatu soalnya sepatu
yang aku pakai sekarang sudah tidak layak digunakan lagi. Aku minta dibelikan
sepatu sama orang tuaku, tapi aku juga tidak tega. Aku harus gimana?”.
“Oh gitu, kemarin aku baru aja dibeliin
ayahku sepatu. Gimana kalau sepatu baru aku itu buat kamu aja?”
“Tidak, itu-kan sepatu baru”
“Gak papa kok. Aku yakin suatu hari nanti
Allah pasti akan mengganti yang lebih baik lagi”
“Kamu bener, Ma?”
“Iya, tentu saja”
“Kamu memang sahabat yang paling baik. Terima kasih ma. Aku doakan semoga
Allah memberi ni’mat yang lebih baik lagi
“Aamiin”.
Akhirnya
sepatu itupun menjadi milik Linda. Kedua sahabat itu saling berpelukan dan
merasakan kebahagian yang luar biasa. Uma juga tidak merasa sedih karna iya tahu kalau ada hadist yang
menerangkan bahwa “Allah mencintai hamba yang bila dianugrahi ni’mat, ia memperlihatkan
bekas ni’matnya”.
Naili Fatimatur Rahma
Cerita hadits ke 14
Langit
menjadi terang, matahari terus menerus mengeluarkan sinarnya. Awan kelabu pergi
dengan sendirinya. Di sudut desa tepatnya di desa buko mengalami kekeringan, nampak warganya yang sibuk mencari air.
Warganya rela berlari-lari, berdesak-desakan mengantri untuk mendapatkan air
walau satu ember. Setiap pagi hari kita semua memperlukan air dalam kehidupan.
Baik untuk mandi, minum, memasak atau mencuci. Semua sawah dan perkebunan warga
mulai mati karena kekeringan. Sedangkan di bidang teknologi air (kincir air) mulai tidak bergerak.
Saat
ini warga mengandalkan sebuah truk yang mengangkut air bersih dari kota Semarang
untuk desa yang memerlukan air itu. Meskipun sudah dikirim air untuk setiap
harinya itupun tidak mencukupi dalam kehidupan sehari-harinya. Dan warga
bersabar menghadapi cobaan yang diberikan Allah itu.
Dan
akhirnya warga sepakat untuk mengadakan sholat istisqo’ dan berdo’a
bersama-sama untuk diberikan hujan lebat dan yang bermanfa’at (اللهم صيبا نافعا)
semua warga melakukan semua itu dengan ikhlas dan penuh penghayatan.
Alif Rahma Fitriani
Tentang sholat jama’ah lebih utama dari pada sholat sendirian
Di
suatu hari, tepatnya adzan subuh berkumandang. Dimana rumah saya diapit oleh
kedua tempat peribadatan yang kira-kira jarak keduanya dari rumah saya hanya
melewati 12 rumah saja. Saya mendengarkan dengan seksama serta menjawab
muadzin yang sedang adzan itu. Saya perhatikan antara masjid A dan B suaranya
berbeda (ya, emang beda, orangnya aja beda J). Maksudnya, Masjid B yang menjadi muadzin
adalah orang yang tinggal di sebelah rumah saya. Ternyata ohhh ternyata.... Pada
lafad setelah حي على الصلاة dia lupa menambahkan
lafad خير
من النوم الصلاة (masih ngantuk kali ya...). Setelah itu di
susul suara yang gk jelas (gubbbrakk) lalu dia melafadkan lafal خير من النوم الصلاة
setelah selesai adzan, saya membaca doa lalu sholat sunah qobliyah subuh di
rumah.
Saya
berjalan menuju pintu. Ketika saya membuka pintu tersebut (kreeeekkkkk)
tiba-tiba saya mendengar suara iqomah dari masjid B. Saya bingung, sama-sama
melewati 12 rumah kan. Sama-sama pegel, jauh, capek, letih, lelah. Tetapi saya
langsung teringat tentang hadis yang baru saja di ajarkan oleh Bapak Ustad
Abdul Gofur MA yaitu tentang sholat yang paling afdhol yaitu sholat jamaah
الجماعة افضل من صلاة الفد
بسبع سنين درجةصلاة
(kembali ke laptop)
Terus
saya menalar, sama-sama masjid tempat sholat, jaraknya juga sama, tapi
iqomahnya yang beda, namun yang penting jama’ah biar dapat 27 derajat, kata pak
Ustadz. Jadi saya bergegas ke masjid B untuk melakukan sholat. Setelah
kira-kira melewati enam rumah, masjid A iqomah (tapi ya... saya abaikan, lagi
pula jaraknya udah berbeda, masjid tadinya 12 rumah-5 rumah jadinya tinggal
melewati 7 rumah sedangkan masjid A, 12 rumah + 5 rumah jadinya tambah jauh.
Jadi 17 rumah). Kata Pak Ustadz lagi, sholat di mana saja boleh, mau deket, mau jauh tapi afdholnya sholat berjama’ah.
Ya... jadi saya teruskan langkah saya ke masjid B saja yang lebih deket yang
penting berjama’ah.
M.Fasfakhis Shofkal Jamil
Hadist ke2
Pada
suatu hari, ada 3 anak muda dari kota yang ingin berlibur ke desa. Mereka
bernama Reza, David, dan Kevin, mereka berlibur ke rumah pamannya Reza yang berada di desa. Pamannya Reza
bernama Pak Joko, ketika mereka sampai di rumahnya Pak Joko, mereka disambut dengan baik oleh Pak Joko. Mereka
langsung istirahat karena lelah telah menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Di saat fajar Pak Joko sholat fajar dan ingin
membangunkan Reza dan kawan-kawan. Pak Joko mengetuk kamar mereka sambil
memanggil-manggil nama mereka, kemudian mereka bangun dan membuka pintu.
“Ada
apa, Paman?”, tanya Reza
“Mari
kita sholat”, jawab Pak Joko
“Tapi
ini masih jam 3 masih fajar belum subuh?”, sahut Kevin
“Iya
belum subuh tapi kita kan bisa sholat fajar sambil menunggu adzan subuh. Nabi bersabda: ركعة الفجر خير من الدنيا وما فيها
“Artinya
apa, Paman?”, tanya Reza
“Dua
rokaat sholat fajar lebih baik dari pada dunia seisinya”, jelas Pak Joko.
Akhirnya
mereka melakukan sholat fajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar