PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA DAN UNSUR SPIRITUAL
SEBAGAI BENTENG PERADABAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Izah Ulya Qadam, M.Pd.I
Oleh :
1. M. Abdul
Ghofur (1310320005)
2. Nurul Hidayah (1310320013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014
KATA PENGANTAR
بسم الله ارحمن الرحيم الحد لله رب
العا لمىن حمدا كثيرا والصلاة والسلام علي من ارسله بشيرا و نذيرا وعلي اله
الطاهرين واصحابه الطيبين
Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam. Salawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya,
dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk membuat makalah yang berjudul “Proses Masuknya Islam di Indonesia dan Unsur
Spiritual Sebagai Benteng Peradaban”. Dan Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam ”
tepat pada waktunya.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah
yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Berangkat dari hal ini kritik dan saran kami harapkan dari
pembaca sekalian, terutama dari Ibu dosen, guna
perbaikan makalah kami yang akan datang. Terima kasih
.
Kudus, 25 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi semua umat). Ia
bersinar dari jazirah Arab dan melingkupi jazirah-jazirah di sekelilingnya.
Setelah Ali Ra dilengserkan Muawiyah ibn Abu Sofyan, pusat pemerintahan
berpindah dari Kufah ke Damsyik. Di sana, Muawiyah mendirikan dinasti baru yang
bernama Dinasti Umayah. Upaya perluasan wilayah kembali digalakkan. Mulai dari
Afrika Utara, Andalusia, Eropa, Cina, Persia, hingga Indonesia.
Di Indonesia sendiri banyak ditemukan peninggalan-peninggalan materil yang
berbau Arab atau Islam seperti nisan makam, masjid, ataupun peninggalan budaya
seperti selamatan, dan ritual-ritual lainnya.
Lalu bagaimanakah, proses masuknya Islam ke Indonesia. Maka dari itu di
sini penulis akan membahas proses masuknya Islam di Indonesia serta unsur-unsur
spiritual peradabannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah proses masuknya
Islam ke Indonesia?
2.
Bagaimanakah tanggapan
masyarakat Indonesia atas kedatangan Islam?
3.
Apa yang dimaksud dengan
spiritual?
4.
Apa urgensi unsur speiritual
dalam peradaban Islam?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui proses masuknya
Islam ke Indonesia
2.
Mengetahui tanggapan
masyarakat Indonesia atas kedatangan Islam
3.
Mengetahui pengertian
spiritual
4.
Mengetahui urgensi unsur
speiritual dalam peradaban Islam
BAB II
PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
A. Proses masuknya Islam ke Indonesia
Menurut Ahmad
Mansur proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia terdapat 3 teori
yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.[1]
1.
Teori Gujarat
Teori Gujarat berpendapat
bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari
Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah adanya batu nisan Sultan
Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
2.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori
baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori
ini adalah:
1)
Pada abad ke 7 yaitu tahun
674 H di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab) :
dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di
PKanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
2)
Kerajaan Samudra Pasai
menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada
waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut
mazhab Hanafi dan beraliran syiah.
3)
Raja-raja Samudra Pasai
menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
3.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa
Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
1)
Peringatan 10 Muharram atau
Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di
junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut
disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan
pembuatan bubur Syuro.
2)
Kesamaan ajaran Sufi yang
dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
3)
Penggunaan istilah bahasa
Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda tanda bunyi Harakat.
4)
Ditemukannya makam Maulana
Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5)
Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah
Gresik.
Ketiga teori tersebut, pada
dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu
berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa
Persia dan Gujarat (India).
B. Jalur Penyebaran Islam di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan
dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang
berkembang ada enam, yaitu saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf,
pendidikan, kesenian dan politik.[2]
1)
Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia
pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di
bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim
(Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan
saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini
menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
Dijelaskan di sini
bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi
dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha
melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan
dan perpecahan. Secara umum Islamisasi melalui perdagangan itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Para pedagang yang berdatangan
diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk
menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan.
Perkampungan pedagang Muslim dari negeri-negeri asing disebut Pekojan.
2)
Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari
saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan
merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu.
Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti
masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan
yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga merupakan bagian
yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan
dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui
perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang
muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk
menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih
dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin
luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan
muslim.
3)
Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu
saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang
berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan
bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal
itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia.20 Dalam hal ini
para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati
kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Jalur
tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu
ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan
nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima.
4)
Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja
berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui
pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat
pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini
diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah
belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu
pesantren itu maka akan kembali ke masingmasing kampung atau desanya untuk
menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi.
Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan
pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
5)
Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti
seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya
pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung
Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan
sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari
oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama
Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan
tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
6)
Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan
besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka
rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat
tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya.
Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam
setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
BAB III
UNSUR SPIRITUAL SEBAGAI BENTENG PERADABAN
A. Pengertian Spiritual Islam
Secara etimologi
kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya
berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa
hidup.” Dalam perkembangan selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas
lagi. Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan
1.
kekuatan yang
menganimasi dan memberi energi pada cosmos,
2.
kesadaran yang
berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi,
3.
makhluk immaterial,
4.
wujud ideal akal
pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).[3]
Sementara itu, Allama Mirsa Ali Al-Qadhi dikutip dalam bukunya Dr. H. M.
Ruslan, MA mengatakan bahwa spiriritualitas adalah tahapan perjalanan batin seorang
manusia untuk mencari dunia yang lebih tinggi dengan bantuan riyadahat dan
berbagai amalan pengekangan diri sehingga perhatiannya tidak berpaling dari
Allah, semata-mata untuk mencapai puncak kebahagiaan abadi.[4]
Selain itu, dikutip pada buku yang sama, Sayyed Hosseein Nash salah
seorang spiritualis Islam mendefinisikan spiritual sebagai sesuatu yang mengacu
pada apa yang terkait dengan dunia ruh, dekat dengan Ilahi, mengandung
kebatinan dan interioritas yang disamakan dengan yang hakiki.
Spiritualitas menurut Ibn ‘Arabi adalah pengerahan segenap potensi
rohaniyah dalam diri manusia yang harus tunduk pada ketentuan syar’I dalam
melihat segala macam bentuk realitas baik dalam dunia empiris maupun dalam
dunia kebatinan.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1.
Berhubungan dengan
sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
2.
Menemukan arti dan
tujuan hidup,
3.
Menyadari kemampuan
untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4.
Mempunyai perasaan
keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi
B. Spiritual Sebagai Benteng Peradaban Islam
Sebagai
benteng peradaban Islam unsur spiritual sangat urgen dalam membentengi jati
diri umat Islam. Apapun model gerakan yang dibentuk, semuanya harus memiliki
tujuan untuk membangun peradaban yang sesuai dengan ajaran Islam.
Contoh
spiritual dalam membentengi peradaban Islam yaitu jika
tawaran dari Barat tidak bertentangan dengan Islam, maka boleh diambil, tetapi
jika sebaliknya, maka harus ditolak. Artinya, apa yang datang dari Barat tidak
semuanya ditolak (negative), karena dunia saat ini dunia berada di bawah
genggaman mereka, tetapi peradaban yang datang dari mereka juga harus difilter
dengan tekat dan semangat untuk membengaun peradaban islam dan diseleksi, agar
masyarakat muslim di Indonesia tidak terkena virus Westernisasi. Sebab jika
peradaban Barat diterima sepenuhnya, bisa berakibat pada munculnya masyarakat
jahiliyah abad modern. Padahal bangsa Arab dan masyarakat Barat maju karena
Islam. Untuk itu, gencarnya arus modernisasi Barat harus selalu dibentengi
dengan ajaran Islam yang kuat atau dapat kita katakana sebagai unsur spiritual.
Dengan
menjadikan Barat sebagai acuan dalam membangun peradaban, maka masyarakat Islam
akan bergantung kepada Barat. Saat ini saja sudah dapat dilihat bagaimana
hampir seluruh negara muslim bergantung kepada Barat, sehingga mereka tidak
mampu menentukan sikap di saat harus berhadapan dengan kekuatan Barat.
Bagaimana konflik di Palestina sebagai bukti lemahnya kekuatan politik
negara-negara Islam, di mana umat Islam tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan
saling mendahulukan kepentingan negaranya untuk mencari dukungan diplomatis
dari Barat.
Padahal,
peradaban Barat yang kini terbentuk merupakan hasil
yang dicuri dari peradaban Islam. Banyak
pemikiran, penemuan dan buku-buku yang diplagiat atau diambil secara tidak
jujur. Yang perlu dicatat lagi adalah bahwa kemajuan peradaban yang dialami
Barat hanya sebatas tekhonologi, bukan spiritual.
Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh mengalami inferiority complex
(rendah diri) melihat peradaban Barat yang semu. Apalagi banyak yang memprediksikan bahwa peradaban Islam abad 21
ini akan muncul di Asia Tenggara, di antaranya di Indonesia dan Malaysia.
Bagaimana masjid, pesantren, lembaga pendidikan Islam, gerakan masa yang muncul
dari umat Islam di Indonesia, bahkan semangat berpolitik pun sudah diwarnai
oleh sentimen keagamaan yang tinggi. Maka perhatian dunia Barat kini pun
tertuju kepada Indonesia dan Malaysia, dengan memberikan banyak suplai dana
kepada lembaga-lembaga yang mampu melemahkan kelompok-kelompok Islam di Indonesia.
Dalam sejarahnya, ketika filsafat Romawi dan Yunani "mati"
mereka tidak mampu menghidupkannya kembali. Lalu, oleh al-Kindi, filsuf Islam,
pemikiran-pemikiran seperti Aristoteles dan Plato dimodifikasi dan
diklasifikasikan. Dalam kajiannya, Plato mengatakan bahwa tuhan hanya
"duduk manis", kemudian dirubah oleh al-Kindi tuhan adalah tuhan
al-Khalik (pencipta). Begitu juga ketika Aristoteles mengatakan tuhan the
first (yang pertama), al-Kindi merubahnya menjadi tuhan al-Haq (yang
benar). Masih banyak lagi bukti, bahwa peradaban dan tradisi ilmu Islam jauh
lebih maju ketimbang eropa dan Barat ketika itu. Peradaban Islam itu dibangun
dengan tradisi ilmu.
Maka Dengan demikian tugas umat Islam saat ini adalah membangun peradaban
Islam, dengan cara sering memunculkan wacana dan konsep mengenai peradaban
Islam. Jangan hanya rajin turun ke jalan tetapi tidak tahu bagimana konsep
membangun peradaban. Peradaban Islam yang harus dibangun di dunia modern
sekarang ini adalah peradaban
Islam modern yang mandiri, yaitu peradaban yang sesuai dengan kebudayaan
masyarakat Islam modern, bukan kebudayaan pra-Islam atau kebudayaan asing yang
merusak generasi muslim. Yaitu, peradaban yang berpijak pada teks al-Qur’an dan
Hadits, karena masa kejayaan Islam di Masa Nabi, ketika al-Qur'an dan Hadits
sebagaim pedomannya, hingga kini tidak dapat tertandingi. Hal itu penting karena asas dari sebuah peradaban adalah
pemikiran. Pemikiran Islam harus bersumber dari al-Quran dan Hadits.
Jika
di atas disebutkan bahwa peradaban Barat hanya dalam bentuk fisik, sementara
peradaban Islam dibangun dalam bentuk fisik dan spiritual, maka dalam membangun
peradaban Islam modern juga demikian, harus memperhatikan aspek spiritual.
Dengan begitu, peradaban fisik tidak akan merusak generasi muslim dari sisi
spiritualnya, tidak sebagaimana peradaban Barat, yang telah banyak merusak
generasi muda.
Iqbal
sendiri memberikan apresiasi yang tinggi terhadap peradaban fisik dan pemikiran
yang dikembangkan oleh Barat. Tetapi, sikap mengabaikan pilar dzikr dinilainya
sebagai sebuah sarang yang ditaruh di atas dahan yang rapuh dan tidak akan
bertahan lama. Menurut Iqbal dalam membangun peradaban Islam yang modern, harus
mengintegrasikan fisik dan spiritual secara baik. Dalam perspektif historis,
ketika Nabi ingin membangun kota Madinah, yang beliau bangun pertama kali
adalah masjid. Demikian pula dengan yang dilakukan oleh umat Islam pada periode
kreatif dan dinamis, ketika dunia Islam menjadi pusat dari seluruh dunia
beradab, yang pertama dilakukan ketika menaklukkan sebuah kota adalah
mendirikan masjid dan sekolah. Dua
bangunan ini melambangkan betapa generasi awal itu telah berpikir jauh ke dunia
abstrak yang diwujudkan dalam bentuk bangunan konkret: masjid adalah simbol
dari dzikr, sedangkan sekolah adalah lambang dari aktivitas fikr.
Tidak satu umat dalam perjalanan sejarah manusia yang begitu jelas merumuskan
eksistensinya di permukaan bumi. Dzikr dan fikr adalah dua pilar
peradaban yang kokoh.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses masuknya Islam ke
Indonesia terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
Berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke-7. Sedangkan proses islamisasi Indonesia melalui saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, politik.
Spiritualisme di dalam agama adalah kepercayaan, atau
praktek-praktek yang berdasarkan kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang berangkat
(saat meninggal) tetap bisa mengadakan hubungan dengan jasad. Hubungan ini umumnya dilaksanakan melalui seorang medium yang masih hidup.
Ada keterlibatan emosional yang kuat, baik pada penolakan maupun penerimaan
terhadap spiritualisme ini yang membuat sulitnya suatu uraian imparsial dipakai
untuk membuktikannya.
Unsur spiritual sangat
mendukung dalam peradaban islam, terbukti dalam sejarah, dalam membangun
peradaban Islam harus memperhatikan aspek spiritual. Dengan begitu, peradaban
fisik tidak akan merusak generasi muslim dari sisi spiritualnya, tidak sebagaimana
peradaban Barat, yang telah banyak merusak generasi muda.
DAFTAR PUSTAKA
Masyhur, Amin M. Sejarah Peradaban Islam. 2004. Bandung: Spirit Indonesia Foundation
Ruslan, H.M. Menyingkap Rahasia
Spiritualitas Ibnu ‘Arabi. 2008. Cet.I; Makassar:Al-Zikra
Yatim, Badri. Sejarah Islam di Indonesia. 1998. Jakarta: Depag.
Al Ishlah, Ahmad Zaenudin. Interaksi Peradaban Islam
dengan Peradaban Modern. 19 Mei 2014 http://akhmadrowi.blogspot.com/2014/04/akhmadrowi.html pada 20.00
Pendekatan Aspek Spiritual. 20 Mei 2014. https://www.academia.edu/3998531/Pendekatan_Aspek_Spiritual pada 11.30
Nora, Fikter Frilondani. Pengaruh
Spiritualitas Terhadap Pola Hidup Masyarakat Modern, 20 Mei 2014 http://fikternora.16mb.com/2012/11/tugas-kuliah/ , pada 10.04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar