Betapa sedihnya hati saya melihat perkembangan keponakan saya kali
ini. Kelas dua belum bisa membaca dengan baik. Hampir-hampir saja dia tinggal
kelas. Wali kelasnya berusaha semaksimal mungkin agar yang satu ini bisa segera
terampil dan menyusul teman-temannya.
Sekarang dia kelas IV, alhamdulillah kemampuan membacanya sudah
membaik. Sayangnya, hal itu tak diimbangi dengan kemampuannya berhitung. beberapa
kali Saya harus mengehela nafas saat ngelesi dia. Anak segitu masih
belum lancar penjumlahan dan pengurangan. Jangan tanya soal perkalian dan
pembagian, ampun.
Setelah saya telusuri jejek rekam kehidupannya, dan saya bandingkan
dengan teman-temannya, sampailah pada titik temu. Ternyata dia tinggal bersama
ayah dan neneknya. Tanpa ibu. Ya, tanpa ibu. Ayah sibuk bekerja, bahkan kadang
tak pulang beberapa hari. Nenek pun tak bisa baca tulis. Jadi dia tak ada
tempat belajar di rumah, siapa yang membimbing tugasnya? Kepada siapa ia
mengadukan PR-nya?
Barangkali Perhatian orang tua adalah suatu hal yang mahal. Sehingga
banyak orang tua pelit dan eman-eman untuk memberikannya pada anaknya.
Sepenuhnya mereka pasrah sak bongkotan
kepada sekolah tempat anak belajar. Dengan berbagai alasan bapak ibu mengelak
dari tanggung jawab pendidikan di rumah. Bahwa bekerja itu lebih penting, bahwa
uang adalah yang utama, tanpa uang, kita nggak bisa makan, tanpa uang anak
nggak bisa sekolah., dan lainnya.
Sekarang kita balik, kita bekerja agar anak bisa mendapat
pendidikan, lalu setelah mendapat biaya pendidikan, apa guna mereka ke sekolah
jika orang tua tak mau mendukung proses pendidikan itu? Sama saja bohong kan.
Bohong jika mereka berkata peduli pada pendidikan anak, tapi tak mau memberi
bimbingan pendidikan di rumah.
GURU PENGENDALI KELAS
Kelas adalah suatu wadah ruang siswa belajar, bergerak, dan
berkarya. Dalam proses kegiatan anak mulai psikomotorik, afektif, dan kognitif
tak lepas dari pantauan seorang guru. Guru adalah pemandu, fasilitator, dan
juga penanggung jawab manusia-manusia kecil di kelasnya. Ia bak nahkoda yang
memegang kendali atas bahtera pendidikan menuju keberhasilan.
Keberhasilan pengendalian guru atas siswanya ditentukan oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah kecakapan guru dan kuantitas siswa itu
sendiri. Guru yang cakap dipercaya dapat mengendalikan anak-anak pada keinginan
guru sesuai dengan program-program yang telah dicanangkan. Sehingga,
murid-murid dapat menyerap pelajaran yang diajarkan dengan baik. Sebaliknya,
guru yang tidak cakap dalam pengendalian kelas adalah marabahaya bagi dunia
penddikan.
Bagaimana tidak? Sering kali ditemukan peristiwa-peristiwa di luar
dugaan kita semua terjadi di kelas. Dari peristiwa mainstream seperti anak berantem, anak tiduran di kelas, diam tanpa
suara, ada juga yang malah super aktif dan suka mengganggu temannya, hingga
peristiwa anak ngompol di celana.
Peristiwa-peristiwa di atas menggambarkan proses pembelajaran di
dunia anak-anak tidak melulu soal belajar, membaca, maju, nilai 100, nilai nol,
atau tepuk tangan. Namun, ada juga hal-hal rumah yang menjadi pekerjaan
sekolah. Maka dari itu, menurut teropong saya, calon guru ke depannya tidak
hanya dibekali dengan kemampuan mengajar, tapi juga kemampuan ngrumat. Coro
kasare, guru orak mung diajari carane mulang, ning uga diajari carane nyewoki
bocah cilik. Supaya apa? Supaya kejadian-kejadian luar biasa di kelas dapat
diatasi dengan baik dan benar. Memang benar, hasil teropong saya seperti
mengada-ada, tapi memang kenyataannya apa yang saya teropong itu memang ada dan
nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar