PERADABAN ISLAM;
PENGAWAL KEMAJUAN PERIODE KLASIK
Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas akhir semester
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen : Izah Ulya Qadam, M.Pd.I
Oleh :
Muhammad Abdul Ghofur
(1310320005)
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURURSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semua produk peradaban besar selalu bersifat hibrida, yaitu
terdapat berbagai keunggulan unsur dari peradaban lain. Istilah hibrida lazim
digunakan dalam dunia tumbuh-tumbuhan untuk menemukan jenis unggul dengan cara
mengawinkan dari jenis bibit pohon yang berbeda. Kebudayaan dan peradaban
hibrida semakin berkembang subur di era global. Tetapi, sesungguhnya bagi Islam
fenomena ini tidak asing. Dalam sejarahnya kebudayaan Islam pernah memiliki
masa kejayaan sekitar abad ke-8 hinggake-12
dengan ditandai keterbukaannya menerima dan mengapresiasi budaya lain. Waktu
itu Islam menjadi kekuatan dan model peradaban dunia yang tak tertandingi, yang
warisannya masih sangat mudah disaksikan, antara lain secara fisik adalah
bangunan-bangunan kuno di Spanyol. Bagi yang pernah jalan-jalan ke Alhambra dan
Cordova di Spanyol lalu diteruskan menyeberang ke Maroko maka warisan masa lalu
keunggulan peradaban Islam sangat nyata.[1]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran pendidikan Islam pada masa periode klasik?
2. Bagaimana peran Islam sebagai peradaban yang unggul?
3. Dimanakah pusat-pusat peradaban Islam pada masa periode klasik?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran pendidikan Islam pada masa daulah Abbasiyah
2. Mengetahui peran penting Islam sebagai peradaban yang unggul
3. Mengetahui kota-kota pusat peradaban Islam pada masa periode klasik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
·
Perpindahan
tampuk kekuasaan dari bani umayah kepada bani abbasiyah membawa dampak yang
luar biasa sekali. Islam semakin berkembang dan gaungnya
sampai ke langit Eropa.
·
Ide
cemerlang Harun Al-rasyid untuk membuat Baitul Hikmah menjadi tonggak awal
kemajuan Islam. Baitul hikmah berfungsi sebagai balai ilmu dan perpustakaan.
Tempat para sarjana berkumpul dan berdiskusi masalah ilmiah. Selain itu, baitul
hikmah juga berfungsi sebagai balai penerjemah bahasa asing. Dimana buku-buku
karangan ilmuwan Romawi dan Yunani diterjemahkan ke dalam bahaa Arab untuk
kemudian diperbanyak dan dipelajari umat Islam.
·
Munculnya
tokoh-tokoh pemikir Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, Al-kindi,
Al-Farabi, Ibnu Yunus, diiringi dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat.
B. Analisis
Dinasti
Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti
Umayyah. Terdapat beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan
dinasti ini. di antaranya adalah: meningkatnya kekecewaan kelompok Mawaali
terhadap dinasti bani Umayyah, pecahnya persatuan antarsuku-suku bangsa Arab,
dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka memiliki
pemimpin kharismatik. [2]
1.
Gambaran
pendidikanIslam pada masa daulah Abbasiyah
Selama
22 tahun memimpin dinasti Abbasiyah, Al-Manshur telah menunjukkan prestasi
besardalam mengkonsolidasikan situasi politik. Ia adalah pendiri dinasti
Abbasiyah yang sesungguhnya. Ia memiliki beberapa karakter yang bertentangan.
Sebagai penguasa, ia sangat keras dan kejam terhadap lawan-lawannya (musuh
negara). Namun, ia adalah kawan yang setia dan baik hati sebgai seorang muslim,
Al-Manshur adalah pribadi yang saleh dan penuh keteladanan. Ia merupakan figur
penegak keadilan yang sejati. Ia tidak malu-malu mendatangi sidang pengadilan
sebagaimana rakyat biasa atas gugatan seorang pemilik unta. Dan ia menyanjung
hakim dan memberinya penghargaan tinggi atas keputusannya yang adil dan tidak
memihak, sekalipun keputusan tersebut tidak menguntungkan khalifah.[3]
Popularitas
daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809)
dan puteranya Al-Makmun (813-833), kekayaan negara dikunakan untuk keperluan
rakyat. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi didirikan. Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada masa ini. Pada masa inilah
kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan , dan kebudayaan
serta kesusasteraan berada di zaman keemasannya. Al-Makmun, pengganti
Al-Rasyid, dikenal sebgai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku
Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut
agama lain yang ahli. Ia juga mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya
adalah pembangunan Baitul Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada maas al-Makmun inilah
baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.[4]
Philip
K. Hitti mengatrakan bahwa pendidikan tingkat dasar diselenggarakan di masjid
dimana al-Qur’an menjadi buku teks wajib. Selain itu terdapat juga
kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran di tempat-tempat umum lainnya.
Terdapat 3000 lembaga sekolah-masjid yang menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan
pada masa Abbasiyah tidak hanya diikuti oleh anak-anak pada tingkat dasar.
Tetapi Baitul Hikmah sebagai salah satu cabang pendidikan tingkat tinggi.
Madrasah Nizamiyah yang didirikan Nizam Muluk, seorang wazir sultan Seljuk
merupakan pusat lembaga pendidikan agama yang terbesar pada maas dinasti
Abbasiyah.
Pada
masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah dinasti Fatimiyyah, terdapat seorang
mahaguru bernama Ibnu Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan
ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakimi diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya
diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan
ahli optika. Hasan menemukan teori sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan
keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
2.
Peran
penting Islam sebagai peradaban yang unggul
Masa
pemerintahan dinasti Abbasiyah membuka era baru dalam bidang ilmu pengetahuan
dan kesusasteraan. Pada masa awal era Abbasiyah telah tercipta karya-karya
kebudayaan yang sangat berpengaruh dalam mendorong lahirnya ilmu dan peradaban
sejati. Harun al-Rasyid memajukan langkah pendahulunya dalam bidang kegiatan
pendidikan dan pengetahuan. Al-makmun mendatangkan buku-buku dan naskah-naskah
dari seluruh penjuru dunia. Ia mengajukan permohonan kepada kaisar Bizantine
agar mengirimklan orang-orang terpelajar ke Bagdad untuk ditukar dengan emas.[5]
Kontribusi
umat Islam sangat besar dalam bidang kedokteran, filsafat, kimia, matematika,
geografi, huku, teologi, dan filologi. Bangsa Eropa sangat berhutang budi
terhadap umat Islam. Ilmuwan muslim menerjemahkan karya-karya asing ke dalam
bahasa Arab. Dan buahnya mengalir ke Eropa melalui pintu Syria, Spanyol, dan
Sicilia. Karya-karya tersebut sungguh sangat berguna bagi perkembangan
peradaban manusia. Tanpa jasa ilmuwan Islam, niscaya pemikiran Aristoteles,
Galen, Pluto, akan lenyap begitu saja.
Sikap
mayoritas khalifah Abbasiyah yang terpelajar dan cinta akan ilmu pengetahuan
membuat jalan pendidikan dan peradaban semakin cerah. Sinergitas ini membuat
Islam bercahaya dalam kegelapan dunia. Peradaban Islam menjadi peradaan yang
dikagumi dan menjadi teladan bagi semua negeri.
Spanyol
adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya benyak menghasilkan pemikir.Masyarakat Spanyol Islam
merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara
dan Selatan), al-Muwalladun (orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar
(umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (umat Islam
yang berasal dari Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan
dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen
Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir memberikan saham intelektual
terhadap terbentuknya lingkunagn budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan
Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol..[6]
a.
Filsafat
Atas
inisiatif AL-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
timur dalam jumlah besar. Sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan
universitas-universitasnya mampu menyaingi baghdad sebagai pusat ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan pemimpin dinasti Umayah Spanyol
ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa
sesudahnya.
Tokoh
utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn
Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Selain itu ada ibnu Thufail
dari Granada dengan karyanya Hay ibn Yaqzhan. Dan di akhir abad ke-12
tampillah Ibnu Rusyd yang terkenal cermat dan berhati-hati dalam hal filsafat
dan agama, seorang pengikut Aristoteles, dengan karya besarnya Bidayah
al-Mujtahid.
b.
Sains
Ilmu
kedokteran, astronomi, dan kimia berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas
masyhur dalam bidang kimia dan astroomi. Ialah orang pertama yang menemukan
pembuatan kaca dari batu. Ibrahin ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dengan
keahliannya menentukan kapan terjadinya gerhana matahari dan lama peristiwanya.
Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menghitung jarak antara
tata surya dan bintang-bintang.
Dalam
bidang geografi, Islam memiliki Ibn Jubair dari Valencia yang menulis tentang
negeri-negeri muslim Mediterania dan Ibn Bathutah dari Tangier yang pernah
sampai di Samudera Pasai dan Cina.
c.
Fiqih
Diantara
ahli fiqih yang terkenal adalah Munzir ibn Sa’id, Ibn Hazm, Ibn Yahya, Hisyam
ibn Abd Al-Rahman, an Abu Bkr Ibn Al-Quthiyah.
d.
Musik
dan seni
Dalam
bidang musik dan seni suara, spanyol Islam mencapai kecermelangan dengan tokoh
Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan
pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia
juga terkenal sebagai penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya ia turunkankepada
anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga
kemasyhurannya tersebar luas
Seni
musik mengalami kemajuan pesat pada masa Abbasiyah. Ulaiyah merupakan salah
satu perempuan yang tersohor sebagai seorang pakar musik masa itu.[7]
e.
Bahasa
dan sastra
Bahasa
Arab menjadi bahasa resmi dalam pemerintahan Islam baik di Baghdad maupun di
Andalusia. Hal itu diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Banayak ahli
bahasa Arab bermunculan seperti Ibn Sayyidih, Abu Ali Al-Isybili, Ibn Khuruf,
dan Ibn Malik pengarang Alfiyah.
Seiring
dengan kemajuan bahasa itu, banayak juga karya-karya sastra yang terbit seperti
Kitab al-Qalaid karya Al-Fath ibn Khaqan, Al-‘Iqd al-Faraid karya
Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam,
dan banyak lagi yang lain.
3.
Pusat-pusat
peradaban Islam
Selama tujuh
abad Daulah Abbasiyah berkuasa, terdapat kota-kota penting sebagai pusat
perdaban Islam. Antara lain adalah Baghdad, Kairo, Isfahan, Samarkand, Bukhoro,
dan Andalusia.
a.
Baghdad
Kota
baghdad didirikan oleh khalifah abbasiyah kedua, Al-Manshur (754-755) pada
tahun 762 M. Setelah mencari-cari daerah strategis untuk ibu kotanya, pilihan
jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak di pinggir sungai
Tigris. Al-Manshur sangat cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan
dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan
mempelajari lokasi. Bahkan, ada beberapa orang di antara mereka yang
diperintahkan tinggal beberapa hari di tempat itu pada musim yang berbeda,
kemudian para ahli tersebut melaporkan kepadanya tentang keadaan udara, tanah
dan lingkungan. Setelah penelitian seksama itulah daerah ini ditetapkan sebagai
ibu kota dan pembangunan pun dimulai. Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat
peristirahatan Kisra Anusyirwan, raja persia yang masyhur, di musim panas.
Baghdad berarti “taman keadilan”. Taman itu lenyap bersama hancurnya kerjaan
Persia. Akan tetapi nama itu tetap menjadi kenanagan rakyat.[8]
Kota
Baghdad muncul sebagai kota termegah dan terindah di masanya. Kota itu
memperlihatkan pemandangan yang elok dan mempesona. Keindahannya diabadikan
dalam syair gubahan Anwari, seorang penyair cemerlang.
Selamat, selamatlah kota baghdad, kota ilmu dan
seni
Tiada kota lain menandinginya di seluruh dunia.
Kota-kota satelitnya tak kurang indah dari
tudung langit yang biru.
Iklimnya sehat menyamai hembusan angin membawa
hayat dari langit.
Temboknya kemilau laksana permata dan batu
delima
Tanahnya subur berbau ambar
Angin pagi menghembus buni jadi sejuk laksana
tuba (pohon surga)
Dan kayunya menyembunyikan dalam airnya
kemanisan kautsar.
Tepi-tepi sungai Tigris dengan putri-putri nan
cantik melebihi (kota) khullakh.
Taman-taman penuh bidadari manis seperti
Kasymir. Dan ribuan gondola di atas air,
Menari
kemilau laksana sinar mentari di angkasa.[9]
b.
Kairo
(Mesir)
Mesir
(Qibthi) ditaklukan pada masa Umar bin Khatab dibawah komando Amru bin Ash
tahun 20 H[10].
Sedangkan kota kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima
perang dinasti Fatimiyah Jawhar Al-Siqili yang beraliran Syi’ah, atas perintah
Al-Mu’izz Lidinillah (953-975), sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Bentuk kota
ini hampir segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi,
yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya.
Al-Muiz
melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang ekonomi,
administrasi, dan toleransi beragama. Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji
khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintah lainnya.[11] Dalam
bidang administrasi, ia mengangkat wazir (menteri) untuk melaksanakan
tugas-tugas kenegaraan. Sedang dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat
lembaga peradilan, dua untuk madzhab Syiah dan dua untuk madzhab Sunni. Al-Aziz
kemudian mengadakan program baru dengan membangun masjid, istana, jembatan, dan
kanal-kanal baru.
Kairo
menjadi kota penting dan besar. Ketika jayanya, terdapat lebih dari 20.000
toko, penuh dengan barang-barang eksport maupun import. Kafilah-kafilah, tempat
pemandian, dan public spacelainnya banyak sekali didirikanoleh
pemerintah.
Setelah
penaklukan Salahudin Al-Ayubi (Saladin) di Mesir, didirikan pula
lembaga-lembaga ilmiah baru seperti tempat belajar teologi dan hukum.
Karya-karya ilmiah yang muncul pada masa sesudahnya adalah kamus biografi,
kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu
kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit. Prestasinya yang lain adalah
didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manshur
adalah pribadi yang saleh dan penuh keteladanan. Ia merupakan figur penegak
keadilan yang sejati. Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan puteranya Al-Makmun (813-833), kekayaan
negara dikunakan untuk keperluan rakyat. Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter, farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada
masa ini.
Salah
satu karya besar Al-Makmun adalah pembangunan Baitul Hikmah, pusat penerjemahan
yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada
maas al-Makmun inilah baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Masa
pemerintahan dinasti Abbasiyah membuka era baru dalam bidang ilmu pengetahuan
dan kesusasteraan. Pada masa awal era Abbasiyah telah tercipta karya-karya
kebudayaan yang sangat berpengaruh dalam mendorong lahirnya ilmu dan peradaban
sejati.
Kontribusi
umat Islam sangat besar dalam bidang kedokteran, filsafat, kimia, matematika,
geografi, huku, teologi, dan filologi. Bangsa Eropa sangat berhutang budi
terhadap umat Islam.
Spanyol
adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya benyak menghasilkan kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik.
Selama tujuh
abad Daulah Abbasiyah berkuasa, terdapat kota-kota penting sebagai pusat
perdaban islam. Antara lain adalah Baghdad, Kairo, Isfahan, Samarkand, Bukhoro,
dan Andalusia.
B. Kritik dan Saran
Kemajuan-kemajuan
yang tercapai pada maas lalu hendaknya menjadi cermin bagi kita semua generasi
Islam sekarang ini. Bahwasanya tidak ada keberhasilan yang instan, semuanya
membutuhkan proses yang panjang, dan usaha keras dari setiap institusi.
Dapat
kita lihat di atas, baik pemerintah Andalusia maupun Baghdad sangat cinta
terhadap ilmu pengetahuan. Diperlukan sinergi antara pemerintah dan cendekiawan
untuk duduk bersama memikirkan kemajuan apa yang hendak dicapai. Agar bangsa
kita maju, kita harus memiliki pemimpin yang terpelajar, cinta akan ilmu
pengetahuan dan pendidikan
Terakhir,
tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Walaupun sekarang ini umat Islam
masih tertinggal, masih ada harapan untuk meraih kembali kejayaan Islam yan
gdulu pernah kita raih. Mari bekerja keras dan belajar bersungguh-sunguh.
C. Daftar Pustaka
Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). 2003. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Ali,Syed Amir.Api Islam. 1978. Jakarta: Bulan Bintang.
Khalil, Syauqi Abu. Atlas Hadits.
2007. Jakarta: Almahira
Masyhur, Amin M.Sejarah Peradaban Islam. 2004. Bandung:SpiritIndonesiaFoundation
Yatim, Badri. Sejarah Islam
di Indonesia.1998. Jakarta: Depag.
___________. Sejarah Peradaban Islam. 2007. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
[1]Media
Indonesia, 27 Oktober 2005
[2]Ali, K. Sejarah Islam.... hal. 347
[3]Ibid, hal. 362-363
[4]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam,
hal.63
[5]Ali, K. Sejarah Islam.... hal. 445
[6]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam,
hal.. 103
[7]Ali, K. Sejarah Islam.... hal. 441
[8]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam,
hal. 277
[9]Syed Amir Ali, Api Islam, hal.
556-8
[10]Khalil, Syauqi Abu. Atlas Hadits, hal. 339
[11]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam.
Hal. 282
[12]ibid. Hal. 283
Tidak ada komentar:
Posting Komentar