PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN
PKN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran PKn SD/MI
Dosen : Husni Mubarok, M.Pd.I
Oleh :
Muhammad Abdul Ghofur (1310320005)
Diah Fara Tamia (1310320014)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ada tiga faktor yang perlu dipahami oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran. Tiga faktor ini adalah evaluasi, cara belajar, dan tujuan
pembelajaran.[1]
Evaluasi harus dilakukan secara sitematis dan kontinyu agar dapat menggambarkan
kemampuan para siswa yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di
antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada periode tertentu.
Dalam pengembangan intruksional, evaluasi hendaknya dilakukan setiap hari
dengan jadwal yang sistematis dan terencana.
Dalam evaluasi, fungsi instrumen (alat) adalah untuk memperoleh hasil yang
lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Alat evaluasi dikatakan
baik apabila mampu mengevaluasi obyek evaluasi dengan hasil seperti keadaan
yang sesungguhnya (apa adanya).
Seorang guru perlu memahami metode evaluasi agar memperoleh informasi yang
diperlukan. Dari pemahaman bermacam-macam metode evaluasi tersebut, kemudian
dipilih yang paling tepat untuk diterapkan kepada para siswa. Di sini penulis
akan membahas mengenai pengembangan instrumen evaluasi jenis tes dan non-tes.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, masalah
yang perlu dipecahkan dan dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan
instrumen evaluasi jenis Tes?
2. Bagaimana pengembangan
instrumen evaluasi jenis Non-Tes?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengembangan instrumen evaluasi jenis Tes
2.
Mengetahui pengembangan instrumen evaluasi jenis Non-Tes
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Ada dua jenis tes yakni
tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas,
uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan
benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek
atau melengkapi.[2]
1.
Pengembangan tes uraian (subjektif)
Menurut sejarah, jenis tes yang lebih dahulu muncul adalah tes uraian. Mengingat
banyak kelemahannya, antara lain:
a. Unsur subjektifitas sangat
dominan
b. Reliabilitas sangat rendah
c. Tidak dapat mencakup semua
materi yang telah diajarkan
d. Membutuhkan waktu lebih
lama dalam hal pengooreksian,
Maka para pakar pendidikan kurikulum dan
psikologi berusaha untuk menyusunn tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif.[3]
Namun demikian, Prof. Dr. Suharsimi Arikunto menilai justru tes uraian
adalah sebuah instrumen penilaian yang
lebih baik daripada tes objektif.
Beliau menganggap tes subjektif adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraian kata-kata. Ciri-ciri instrumennya didahului dengan kata-kata
seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana bandingkan simpulkan, dan
sebagainya.[4]
Tes subjektif digunakan apabila:
a. Testee berjumlah kecil
(sedikit)
b. Guru ingin mengetahui
sikap siswa dari pada hasil yang dicapai
c. Tester memiliki waktu yang
banyak untuk menyusun tes[5]
Dilihat dari luas
sempitnya materi yang diujikan, tes uraian dibagai menjadi dua bentuk, yaitu
uraian terbatas dan uraian bebas.[6]
a. Uraian terbatas (Bentuk Uraian
Objektif)
Jawaban dari soal uraian
objektif bersifat pasti dengan rentang skor penilaian antara 0-1. Nilai 0 untuk
jawaban salah dan 1 untuk jawaban benar.
Contoh:
Sebutkan 3 macam bentuk
keputusan bersama!
Tabel pedoman penskoran
Langkah
|
Kriteria jawaban
|
Skor
|
1
|
Musyawarah
|
1
|
2
|
Aklamasi
|
1
|
3
|
Voting
|
1
|
|
Skor maksimum
|
3
|
b. Uraian Bebas (Bentuk
Uraian Non Objektif)
Bentuk uraian bebas
bersifat lebih kompleks karena berkaitan dengan kemampuan menghailkan ide dan
menyusun gagasan. Rentang skor penilaian ditetapkan berdasarkan kompleksitas
jawaban, seperti 0-2, 0-4, 0-6, dan lain-lain.
Contoh:
Jelaskan alasan yang
membuat kita perlu bangga sebagai bangsa indonesia!
Tabel pedoman penskoran
Kriteria jawaban
|
Rentang Skor
|
Kebanggaan
berkaitan dengan kekayaan alam
|
0 – 2
|
Kebanggaan
berkaitan dengan kekayaan budaya
|
0 – 2
|
Kebanggaan
berkaitan dengan keramahan masyarakat indonesia
|
0 – 2
|
Skor maksimum
|
6
|
Dari penjelasan di atas kelebihan tes uraian antara lain:
a. Mudah disiapkan dan
disusun
b. Tidak memberi banyak
kesempatan untuk berspekulai untung-untungan
c. Mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
d. Memberi keempatan kepada
siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
e. Dapat diketahui sejauh
mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan
2. Pengembangan tes objektif
Setidaknya, ada 4 jenis tes objektif, yaitu: benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, jawaban singkat.[7]
a. Benar-Salah
Soal berupa
pernyataan-pernyataan (statement) yang mengandung dua kemungkinan, yaitu
benar atau salah. Testee diminta memilih salah satu jawaban sesuai instruksi.
Contoh : Lingkari B untuk
benar atau S untuk salah dari pernyataan berikut!
Indonesia adalah pendiri
tunggal ASEAN B - S
Drs. Muhammad Hatta adalah
Bapak Proklamator B - S
b. Pilihan ganda
Soal pilihan ganda dapat
difunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan
aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.
Soal dapat berupa pertanyaan
dan dapat pula berupa pernyataanyang belum sempurna yang disebut stem.
Sedangkan pilihan jawaban disebut option. Option terdiri dari
satu kunci dan sisanya adalah pengecoh (distractor).
Beberapa jenis pilihan
ganda antara lain:
1) Distracters
Pada soal jenis ini testee
diminta memilih satu jawaban benar dari beberapa jawaban yang salah
Contoh:
ASEAN berdiri pada tanggal
…
a. 6 Agutus 1967
b. 6 Agustus 1968
c. 8 Agustus 1967
d. 8 Agustus 1968
2) Variasi Negatif
Testee diminta memilih
satu jawaban yang salah dari beberapa jawaban yang benar.
Contoh:
Berikut adalah negara
pendiri ASEAN, kecuali …
a. Indonesia
b. Malaysia
c. Brunei
d. Singapura
c. Menjodohkan
Dalam soal model ini,
masinng-masing pertanyaan mempunyai satu jawaban. Tugas testee adalah
menentukan dan menempatkan jawaban sehingga cocok dengan pertanyaan.
Contoh:
Pasangkan nama tokoh
delegasi pendiri ASEAN berikut dengan negara asalnya!
1. Adam Malik
2. Rajaratnam
3. Narisisco Ramos
4. Abdul Razak
5. Thanat Koman
|
a. Malaysia
b. Myanmar
c. Indonesia
d. Laos
e. Singapura
f. Vietnam
g. Filipina
|
d. Jawaban singkat (Tes
Isian)
Tes isian disebut juga tes
menyempurnakan atau tes melengkapi. Tes ini terdiri dari kalimat rumpang yang
harus disempurnakan oleh testee dengan cara mengisi bagian yang kosong.
Contoh :
Isilah titik-titik di
bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. ASEAN didirikan di kota …
2. ASEAN berdiri pada tanggal
…
3. Pertukaran pelajar antar
anggota ASEAN adalah contoh kerjasama dalam bidang …
Tes objektif digunakan apabila:
a. Testee berjumlah banyak
b. Instrumen soal digunakan
berulang-ulang
c. Mempunyai reliabilitas
yang tinggi
d. Mempunyai waktu yang
sempit untuk pengoreksian
Kelebihan tes objektif antara lain:
a. Instrumen tes dapat
mencakup materi lebih luas daripada tes subjektif
b. Lebih mudah dan cepat
dalam hal pengoreksian
c. Tidak ada unsur
subjektifitas yang mempengaruhi
Adapun kelemahannya antara lain:
a. Persiapan penyusunannya
jauh lebih sulit
b. Peluang untuk berbuat
curang lebih tinggi daripada tes subjektif
c. Peluang untuk bermain
untung-untungan terbuka lebar.
3.
Pengembangan Tes Lisan
Tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya
menggunakan lisan. Tes ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:[8]
a. Dapat digunakan untuk
menilai kepribadian, penguasaan pengetahuan, dan kecakapan berbahasa testee
karena dilakukan secara face to face.
b. Apabila testee
belum memahami pertanyaan, tester dapat menjelaskan dengan kalimat yang lebih
mudah
c. Tester dapat menggali
lebih lanjut jawaban testee
d. Tester dapat langsung
mengetahui dan memberi skor
Adapun kelemahannya, antara lain:
a. Hubungan emosioanl antara
tester dan testee mempengaruhi jalannya tes sehingga obyektifitas tes
berkurang.
b. Membutuhkan waktu yang
lama
c. Kebebasan testee dalam
menjawab soal terkekang oleh waktu yang minim
4. Pengembangan Tes Perbuatan
Tes perbuatan adalah tes
dimana respon atau jawaban peserta didik berupa perbuatan, tingkah laku
kingkrit. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau
pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.[9]
Contoh:
Instrumen observasi
praktik membersihkan lingkungan sekitar
Nama : Muhammad Abduliando Syarif Kelas : IV
No : 22 Tanggal : 21/4/16
No
|
Keterampilan
|
Skor
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1.
2.
3.
|
Tekun dalam
bekerja
Mampu bekerja
sama
Efektif
menggunakan waktu
|
X
|
x
|
x
|
Ket. 1 = Baik, 2 = Sedang, 3 = Buruk
Kelebihan tes ini antara
lain:
a) Tepat untuk mengukur aspek
psikomotorik
b) Tepat untuk mengetahui
sikap yang merefleksikan tingkah laku sehari-hari.
c) Tester dapat mengamati
langung jawaban testee dengan jelas sehingga penilaian dilakukan lebih mudah.
Sedangkan kelemahannya
antara lain:
a) Membutuhkan waktu yang
lama terutama, untuk penilaian individu
b) Apabila perintah tidak
jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
c) Tester sering terpengaruh
oleh gerakan yang bukan menjadi indikator penilaian.
B.
Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Non-Tes
Instrumen non-tes
digunakan untuk mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan
serta hal-hal yag berkenaan dengan domain afektif seperti sikap, minat, bakat,
dan motivasi.[10]
1.
Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sitematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena. Observasi digunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar siswa seperti tingkah laku saat diskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Kelebihan observasi antara lain:
a) Cocok sebagai alat untuk
mengamati perilakau siswa maupun guru dalam suatu kegiatan
b) Sebagai alat ukur
alternatif untuk hal yang tidak dapat diukur menggunakan instrumen tes
Adapun kelemahannya antara lain:
a) Membutuhkan waktu yang lama
b) Dalam hal tertentu
membutuhkan biaya yang besar
c) Cenderung membosankan
2.
Wawancara (interview)
Kelebihan wawancara antara
lain:
a) Dapat berkomunikasi
langsung dengan peerta didik sehingga informasi dapat didiketahui
objektifitasnya
b) Pelaksanaan dilakukan
secara fleksibel, dinamis, dan personal.
Adapun kelemahannya antara lain:
a) Membutuhkan waktu yang
lama
b) Proses wawancara
berpotensi tercampur dengan hal-hal di luar tujuan wawancara
c) Berpotensi menimbulkan
sikap overaction baik dari peserta didik maupun pewawancara.
3.
Skala sikap
Model skala sikap yang
biasa digunakan antara lain:[11]
a) Menggunakan bilangan untuk
menunjukkan tingkatan dari objek sikap yang dinilai seperti 1, 2, 3, dan
seterusnya.
b) Menggunakan frekuensi
terjadinya sikap seperti: selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah.
c) Menggunakan istilah
kualitatif seperti: baik, sedang, jelek.
Contoh instrumen
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TT
|
TS
|
STS
|
1.
2.
|
Saya
mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran PKn
Saya berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran PKn
|
V
|
|
V
|
|
|
Ket. SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TT = Tidak
Tahu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju
4.
Daftar cek
Daftar cek berfungsi untuk
merekam kejadian kecil tapi dianggap penting. Instrumen ini sangat sederhana
dan mudah untuk dilakukan.
Contoh:
Daftar cek keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
Mata Pelajaran PKn
No
|
Nama Siswa
|
B
|
C
|
K
|
1.
2.
3.
|
Sutris Sanusi
Taufiq
Tambunan
Fauzus
Sondakh
|
V
|
v
|
V
|
Ket. B = baik, C = Cukup,
K = Kurang
5.
Skala penilaian
Pada instrumen ini,
penilai dapat menilai banyak fenomena [aspek] dalam tingkatan yang telah
ditentukan.
Contoh:
Instrumen penilaian sikap
Nama : Rohmah Latuconsina Kelas : IV
No : 23 Tanggal : 21/4/16
No
|
Aspek
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
1
2
3
4
|
Sopan santun
Tolong menolong
Bersikap ramah
Pemberani
|
X
|
X
X
X
|
|
6.
Angket
Angket termasuk alat mengumpulkan data atau informasi. Angket mempunyai
kesamaan dengan wawancara, hanya saja dilakukan secara tertulis. Angket terdiri
dari pertanyaan terstruktur yakni disediakan option seperti halnya pilihan
ganda dan pertanyaan tak berstruktur yakni memberikan ruang menjawab secara
terbuka.
7.
Studi kasus
Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta
didik, kelas, atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Misalnya, siswa yang
sangat cerdas atau lemban, prestasi belajar yang menurun, hubungan motivasi dan
prestasi siswa, dan lainnya.
Untuk menyelidiki kasus, guru harus meneliti tiga hal:
1.
Alasan kemunculan kasus
2.
Perlakuan atas kasus
3.
Pengaruh dari kasus
8.
Catatan insidental
Catatan insidental berisi
catatan singkat tentang peristiwa sepintas yang terjadi di kelas secara
perseorangan.
Contoh:
Tgl
|
Peristiwa
|
Tindak lanjut
|
Guru
|
21/4/16
|
Arinanda Nafisa
bertengkar dengan Amalia Safitri karena berebut bangku terdepan
|
Didamaikan
Dihukum bergendongan
bergantian memutari lapangan MI
|
Diah Fara. T., S.Pd.I
|
9.
Sosiometri
Sosiometri berguna untuk
menghitung pendapat siswa tentang penerimaan teman serta hubungan di antara
mereka.
Contoh:
Tabel hasil jajak pendapat
siswa mengenai siswa yang paling disukai
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
A
|
|
X
|
|
|
|
B
|
|
|
X
|
|
|
C
|
|
|
|
X
|
|
D
|
|
X
|
|
|
|
E
|
|
X
|
|
|
|
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa B adalah siswa yang paling
disukai.
10.
Inventori kepribadian
Inventori kepribadian berupa daftar cek yang lebih kompleks karena mencakup
aspek yang komprehensif. Aspek kepribadian yang dapat diketahui meliputi sikap,
minat, kepemimpinan, dan dominasi.
11.
Teknik pemberian penghargaan peserta didik
Teknik pemberian penghargaan dinilai banyak menerima respon positif dari
siswa. Penghargaan dapat berupa pujian verbal yakni berupa perkataan atau
berupa pujian non verbal yakni berupa gestur, kontak badan dan simbol (benda).
BAB III
ANALISIS
Kesuksesan pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari evaluasi. Berbagai
teknik dan model evaluasi dimunculkan guna mencapai tujuan pendidikan. Evaluasi
dapat dilakukan dengan berbagai tipe baik jenis tes maupun non-tes.
Guru dituntut untuk menguasai kedua jenis tes ini. Tidak ada alat evaluasi
yang terbaik dan tidak ada pula yang buruk. Hal itu disebabkan masing-masing
instrumen mempunyai karakteristik dan tujuan evaluasi tersendiri. Setiap tes
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Baik atau buruknya evaluasi
dipengaruhi juga oleh pemilihan jenis instrumen.
Dalam dunia pendidikan di sekitar kita penilaian masih berjalan secara
periodik dan bergantung pada instrumen tes. Instrumen non-tes belum sepenuhnya
dimaksimalkan oleh para guru. Padahal, instrumen non-tes sangat membantu guru
untuk menggali hal-hal lain yang tidak mampu diukur dengan instrumen tes.
Instrumen non-tes hanya mencakup aspek kognisi siswa. Sedangkan aspek
psikomotor dan afeksi hanya dapat dievaluasi dengan instrumen non-tes. Maka dari itu, evaluasi dengan menggunakan
instrumen non-tes perlu digalakkan oleh guru guna mengetahui perkembangan aspek
psikomotor dan afeksi siswa yang mana berkaitan dengan sikap, minat, dan
motivasi.
Dari sekian banyak bentuk tes dan non-tes, guru harus memilih bentuk yang
sesuai dengan ranah yang diukur. Untuk menguji kecakapan berbicara dan
berbahasa siswa, guru dapat menggunakan tes lisan dan tes uraian. Namun bila
menginginkan tes yang cepat dan reliabel, tes objektif dapat digunakan sebagai
acuan. Sementara itu, bila guru ingin mengetahui bakat dan minat siswa, guru
dapat menggunakan instrumen non-tes seperti wawancara, angket, skala penilaian,
dan skala sikap. Dan bila guru ingin mengetahui perkembangan psikomotor siswa,
guru dapat menggunakan observasi, daftar cek, dan inventori kepibadian.
BAB IV
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1. Ada dua jenis tes yakni
tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas,
uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan
benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek
atau melengkapi.
2. Tes subjektif digunakan
apabila:
a. Testee berjumlah kecil
(sedikit)
b. Guru ingin mengetahui
sikap siswa dari pada hasil yang dicapai
c. Tester memiliki waktu yang
banyak untuk menyusun tes
3. Ada 4 jenis tes objektif,
yaitu: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat.
Tes objektif digunakan apabila:
a. Testee berjumlah banyak
b. Instrumen soal digunakan
berulang-ulang
c. Mempunyai reliabilitas
yang tinggi
4. Tes ini termasuk kelompok
tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan lisan.
5. Tes perbuatan adalah tes
dimana respon atau jawaban peserta didik berupa perbuatan, tingkah laku
kingkrit. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau
pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.
6. Instrumen non-tes
digunakan untuk mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan
serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif seperti sikap, minat, bakat,
dan motivasi.
7.
Ada 10 jenis evaluasi jenis non-tes, yaitu: observasi (pengamatan),
wawancara (interview), skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi
kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, teknik pemberian
penghargaan peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 2012. Jakarta.
Bumi Aksara
Sulistyorini. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan
Mutu Pedidikan. 2009. Yogyakarta: Teras
[1] Sulistyorini. Evaluasi Pendidikan
dalam Meningkatkan Mutu Pedidikan. 2009. Yogyakarta: Teras. Hal. 65
[2]ZainalArifin. EvaluasiPembelajaran.
2012. Bandung: PT RemajaRodakarya. Hal. 118
[4]SuharsimiArikunto.
Dasar-dasarEvaluasiPendidikan. 2012. Jakarta. BumiAksara.Hal. 177
[6]ZainalArifin. EvaluasiPembelajaran.
2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 127
[7]Sulistyorini. Evaluasi
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pedidikan. 2009. Yogyakarta: Teras. Hal.
101
[8] Ibid. hal 110
[10]ZainalArifin. EvaluasiPembelajaran.
2012. Bandung: PT RemajaRodakarya. Hal.152
Tidak ada komentar:
Posting Komentar