Pagi ini (29/10) saya dibuat tersenyum oleh mas
NN. Entahlah, karena sungkan atau apa saya mengurungkan niat untuk menanyakan
namanya. Ya, aneh, justru orang lain lebih perduli terhadap diriku di saat saya
tidak begitu perduli pada diriku sendiri.
Biasanya, saya dari wedung ke Kudus
dengan “saku” bensin 2 liter. Sekitar 45 Km jarak yang harus saya tempuh agar
sampai di kampus. Namun, saya hanya mengisinya satu liter. Bukan apa-apa sih. Sengaja,
saya hanya ingin mengujinya. Cukupkah?
Awalnya, saya yakin 1 liter suda
mencukupinya, ternyata dugaanku meleset. Sampai di mejobo, dengan kecepatan
tinggi, tiba-tiba motor melambat. Oh, sial. Motorku kehabisan bensin. Tanpa pikir panjang, saya segera menuntunnya
ke bensin terdekat. Sayang, sayapun tak tahu seberapa jauh POM Bensin yang
terdekat. halah, bodo amat. Sudah menjadi risiko bagi sebuah kenekatan.
Kira-kira baru 50 meter saya menuntun,
tiba-tiba seorang mas-mas bermotor metik melewatiku dan berhenti di depanku.
Wah, begal macam apa ini, pagi-pagi sudah berkeliaran. Lalu dia membuka helm
dan muncullah cahaya putih berkilauan. Saya jadi penasaran, sabun apa yang
dipakai, ya. Kemudian mas-mas itu berkata, “mogok?”. Dengan polos saya
mengangguk. “Ayo tak dorong, wae. POM she adoh”, tukasnya.
Wiihh.. saya seperti ditampar malaikat.
“Lho, Fur. Deloken..!! Wong Jawa ki sumeh-sumeh. Padha perduli siji marang
liyan”. hem.. saya terheran-heran dengan
mas NN ini. Bagaimana tidak, teman bukan, saudara bukan, istri juga bukan. Kok
mau-maunya dia menolongku. Wah, saya jadi terharum.. bagaimana tidak, diantara
lalu lalang motor mobil di jalanan. Mereka sama sekali tak melirik sama sekali.
Ya sudahlah..
Mungkin mas NN merasa iba melihat
pemuda ganteng kok menuntun motor, harusnya kan nuntun becak. Halah. Saya tidak
tahu apa motivasinya tapi yang jelas saya melihat ketulusannya.
Dan dia pun memancal knalpot motorku.
Sawah gersang kami lalui, truk dan mobil menyalib kami tak perduli, sengatan
panas mentari tiada berarti, hanya satu yang saya yakini, mas NN adalah orang
yang baik hati. Ciye.. semoga sakinah mawadah warohmah.. eit eit eit.. sapa
sing meh kawin? Saya jadi berpikir, andai semua orang di dunia mempunyai
kebaikan hati seperti mas NN.. wah, pasti yang menolong saya jadi rebutan kayak
tukang ojek cari pelanggan.
Oh ternyata, memang jauh. Jauh banget.
Saya tak membayangkan bagaimana jadinya kalau saya menuntun sejauh ini. Pasti
tekor ini kaki. Mungkin saya akan mengeluh dan menggalau tiga hari. Oh, terima
ksih mas NN terima kasih tuhan. Selama pendorongan tersebut, kami sangat hemat
suara, kalau dirata-rata mungkin setiap satu meter berjalan muncul seperdelapan
kata. Hampir tanpa perbincangan. Saya hanya bertanya dimana dia bekerja, itupun
saya tidak begitu jelas mendengar jawabnnya. Lha wong dia pakai masker. Hem..
Sejurus kemudian kami sampai di POM
Payaman. Kami pun berpisah. Mas NN melambaikan tangan dan saya menjerit, “Matur
suwun, mas”. Dia melaju mulus, semulus pendorongan tadi. Saya berdoa, semoga
allah memberinya keselamatan, rejeki lancar, dan mendapat balasan kebaikan yang
berlipat. Oh,, saya harus bantu orang nih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar