Siapa
yang tidak mengenal Ali bin Abu Thalib? Sepupu, anak angkat, serta suami dari
Fatimah ra. anak kandung Rasulullah Saw. Ali bin Abu Thalib dikenal berkat
kecerdasannya dalam berbagai bidang ilmu. Bagaimana rahasianya? Dalam buku
Rahasia Kecerdasan Ali bin Abu Thalib si super genius karya Masykur Arif Rahman
dijelaskan mengenai seputar rahasia kecerdasan Ali bin Abu Thalib. Apa saja penunjangnya,
bagaimana mendidik anak agar cerdas menurut Ali bin Abu Thalib serta bagaimana
dapat secerdas beliau. Berikut penjelasannya;
1. Murid Langsung Rasulullah Saw.
Kecerdasan
Ali tidak dapat lagi dipungkiri baik dari keluarga Rasulullah Saw dan
masyarakat Quraish. Beliau dididik Rasulullah Saw. Sejak beliau masih berumur 6
tahun. Ali adalah anak dari paman Rasulullah yaitu Abu Thalib. Rasulullah
meminta Abu Thalib untuk mengasuh anak pamannya tersebut untuk meringankan
beban keluarga Abu Thalib di musim paceklik dan
Abu Thalibpun menerimanya. Ali
sudah seperti dianggap anak Rasulullah Saw. sendiri. Rasulullah Saw. menyayangi
Ali layaknya sayangnya Abu Thalib kepada Rasulullah Saw ketika beliau
diasuh oleh pamannya tersebut. Rahasia kecerdasan Ali adalah ia belajar dari
Rasulullah Saw. secara langsung mengenai berbagai bidang ilmu seperti
hukum (fiqh), bahasa (balaghah), ilmu pidato (khithabah), ilmu tafsir
(hermenutika), ilmu ketuhanan (Tauhid), sastra (syair), ilmu perang, ilmu etika
(akhlak), dan ilmu lainnya.
Ali
selalu mengingat pula pesan Rasulullah untuk belajar dari Al-Quran dan Hadits.
Kebanyakan manusia modern sekarang hanya berlomba-lomba menghafal Al-Qur’an
namun tidak mengerti maknanya. Padahal Al-Quran dan Hadits bukan saja harus
dihafal melainkan diamalkan. Ali juga gemar belajar mengenai sejarah Nabi zaman
dahulu dari Al-Quran, sampai-sampai pendeta Yahudi ketika menanyakan mengenai
beberapa perkara dibuat berdecak kagum akibat kecerdasan Ali dan menyatakan
diri untuk masuk Islam.
2. Mempelajari Ilmu yang Penting dan kepada
Ahlinya
Menurut
Ali, belajar tidak cukup sampai di situ. Masih seperti ajaran Rasulullah Saw,
kita sebagai manusia harus memahami hakikat alam semesta, binatang, dan manusia
diciptakan untuk mengasah kecerdasan kita. Kita harus belajar dengan
sungguh-sungguh dengan apa yang akan kita pelajari, apapun itu. Belajarlah
sesuatu yang sangat penting untuk diri kita. Mustahil manusia bisa mengetahui
segala ilmu pengetahuan yang terhampar luas di muka bumi, karena umur manusia
hanya sedikit. Maka kata Ali belajarlah yang penting-penting saja dan yang
banyak manfaatnya. Ketika kita ingin belajar ilmu hukum tentu kita harus
belajar dengan ahlinya begitupun dengan syair misalnya kita tentu harus belajar
dengan ahlinya pula dan begitu seterusnya layaknya Ali belajar dengan
Rasulullah Saw. Hal lainnya yang tidak kalah penting menurut Ali adalah sebelum
belajar alangkah lebih baik berdoa. Ini memang hal kecil dan selalu kita
sepelekan, padahal kita harus meminta kepada Sang Pemberi Ilmu agar diberi
kemudahan dan semoga ilmu yang kita amalkan menjadi berkah.
3. Mencintai dan Menuliskan Ilmu yang
Dipelajari
Ikatlah
ilmu yang kita pelajari dan kita ketahui dengan menuliskannya, disamping
memudahkan kita untuk mengingat, ilmu tersebut juga dapat bermanfaat untuk
orang lain bagi yang membacanya, kata Ali. Rangkailah tulisan-tulisan tersebut
dengan sangat indah agar menarik untuk dibaca dengan sebaik mungkin. Jangan
lupa pula kepada ahlinya (guru) dengan menghormati atas dukungan dan
bantuannya. Ketika kita menggeluti ilmu pengetahuan kita harus mencintai ilmu
tersebut. Contohnya adalah mustahil seseorang akan menjadi hakim yang adil
apabila ia tidak mencintai ilmu hukum dan ilmu etika. Maka bila seseorang
mencitai ilmu yang ia geluti, ia akan mudah menjadi apapun yang ia kehendaki
dengan bantuan Allah SWT.
4. Ilmu Lebih Utama dari Harta dan Tahta
Kita
juga harus memahami kemampuan/potensi yang ada dalam diri kita. Apakah metode
pembelajaran kita lebih mudah di bidang musik, pidato, matematika, logika, dan
banyak hal lagi. Karena kebanyakan orang tua zaman sekarang banyak misalnya
memasukkan anaknya di sekolah kedokteran padahal anaknya gemar dengan musik.
Menurut beberapa ilmuwan juga seseorang dapat dikatakan cerdas apabila dapat
mengimbangkan IQ (intelektual Question), EQ (Emosional Question), dan SQ
(Spiritual Question) layaknya Sayyidina Ali ra. Apabila ditawarkan kepada
Sayyidina Ali ra. antara ilmu dengan harta dan kekuasaan tentu ia memilih ilmu.
Mengapa? Harta dan kekuasaan akan habis ketika diberikan kepada orang lain,
namun ilmu tidak akan pernah habis dan akan terus bertambah apabila diberikan
kepada orang lain.
5. Berzuhud dan Bersabar dalam Menuntut Ilmu
Salah
satunya adalah zuhud yaitu meninggalkan sesuatu untuk perkara yang lebih
penting. Ali bin Abu Thalib selalu meninggalkan sesuatu yang tidak penting
untuk dirinya dan mengutamakan yang penting untuk dirinya seperti menuntut
ilmu. Untuk mengasah dan memperdalam ilmu, manusia juga harus bersabar. Proses
belajar sangat lama agar kita bisa menjadi orang yang benar-benar berilmu.
Selain itu adalah dengan bersilaturahmi dengan orang-orang yang ahli dalam
bidangnya dan kepada banyak orang, dengan begitu kita akan mendapatkan ilmu
dari orang lain yang belum kita dapatkan. Pengendalian hawa nafsu juga sangat
penting, agar ketika menuntut ilmu bukan karena ingin kaya dan berkuasa
melainkan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, yaitu kembali pada Tuhan.
Yang terakhir adalah ritual agama seperti wudhu, solat, zakat, puasa dan
sebagainya. Misalkan dalam wudhu, menurut penelitian wudhu merupakan terapi
yang menjadikan seseorang yang melakukannya lebih tenang dan rileks.
Berwudhu sebelum kita menuntu ilmu selain mendapat ketenangan kita juga dapat
berkonsentrasi dengan apa yang kita kerjakan.
6. Tips Agar Anak Menjadi Cerdas menurut
Sayyidina Ali ra
Menurut
Sayyidina Ali ra didiklah anak kita selagi ia masih kecil. Karena otak anak
kecil peka terhadap berbagai hal. Anak kecil ibarat tanah basah yang dimana
apabila tanaman apapun yang akan dilemparkan kepadanya tanaman itu akan tumbuh.
Jangan paksakan anak seperti orang tuanya karena belum tentu bakat anak sama
yang dimilki oleh orang tuanya. Berikanlah pendidikan yang dibutuhkan ketika ia
dewasa sesuai dengan minat dan bakatnya. Berikanlah pendidikan yang baik seerti
akhlak yang baik. Anak-anak cenderung mengikuti tingkah laku orang tuanya mau
itu baik atau buruk. Apabila anak memiliki kesalahan cukup dengan menasihatinya
tidak perlu dengan menyebut dosanya. Karena hal itu hanya membuat anak keras
kepala dan tidak optimis dalam menjalani kehidupan. Pukullah anak jika
diperlukan tetapi tidak di bagian tubuh yang penting seperti kepala karena
dapat mengganggu sistem kerja otak anak. Dan terakhir adalah wajib
menyayanginya melebihi ia menyayangi anda.
Selamat
mencerdaskan kemanusiaan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar