Kamis, 01 Januari 2015

NAIK GUNUNG, KAPOK ATAU CANDU


Tim LDK MTs TU Wedung
Cuaca mendung menyambut pagi menyembunyikan sang mentari. Awan seakan menguji semangat kami yang akan menuju puncak acara LDK Osis MTs Tarbiyatul Ulum Wedung. Setelah seminggu yang lalu dilaksanakan di madrasah, kini kami akan melanjutkannya di Camping Ground Nglimut Limbangan Kendal. Letaknya dekat perbatasan antara Kabupaten Kendal dan Kota Semarang.

Semula kami berjumlah 67 orang berencana berangkat dari Wedung menaiki truk, sayangnya, perkiraan meleset, truk tak muat sehingga beberapa orang menggunakan motor dan mobil. Setelah cek barang, berbaris dan berdoa bersama, tim cabut dari lokasi pukul 8.00 WIB. Mengusir jauh kebosanan dan kepenantan, sepanjang perjalanan kami isi dengan bernyanyi, berbalas pantun, tertawa bersama, dan ngobrol ngalor-ngidul satu sama lain. Yah, walaupun beberapa anak akhirnya mabuk juga.. huwek-huwek gitu lah.. Teman-teman lainnya tak tinggal diam. Kita saling membantu dan menjaga. Ada yang mijitin, ngipasin, dan doain. Hehehe.

terminal transit

Singkat cerita, pukul 10.00 WIB tim sampai buper dengan selamat. Hawa sejuk dataran tinggi menyapa tubuh hangat kami. Beberapa anak mloya-mlayu mengitari terminal transit. Mereka tampak girang dan terpesona dengan lingkungan sekitar. Memang, banyak di antara kami baru pertama kali merasakan yang namanya naik gunung. Sementara itu, ada juga yang terduduk manis di emperan toko dan warung yang ada. Sepertinya mereka kecapaian setelah dua jam berperang melawan dahsyatnya kelokan jalan menuju buper. Bahkan kami sering menjerit-jerit histeris karena gas-rem gas-rem pak sopir. Oh, bagai naik jet coster..

Setelah barang-barang perbekalan diturunkan, tim berbaris dan mendengarkan arahan dari Pak Saeroni selaku Pembina dan penanggung jawab kami di kegiatan alam terbuka kali ini. Kemudian tim bergegas ke buper dan segera memasang tenda. Gotong royong adalah nafas kami, sehingga satu sama lain bahu membahu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hitungan menit, tiga tenda pun berdiri kokoh dan siap untuk ditempati.
Peserta


Tak terasa, waktu shalat dhuhur telah datang. Kami bergegas untuk menunaikan shalat wajib dengan berjama’ah. Selanjutnya, kami melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal. Permainan kekompakan ‘Kereta Balon’ dan ‘Ring Berpindah’ antarkelompok menjadi pembuka outbond siang itu. Semuanya antusias dan semangat mengikuti jalannya permainan. Sepintas pun tak nampak rona-rona kelelahan atau kepenatan dari jauhnya rute perjalanan tadi pagi. Panitia dan pendamping pun bertambah semangat melihat kegembiraan dan keceriaan adik-adik. Oh Tuhan, hari yang indah..
Perjalanan Pendakian


Suasanan masih dalam persaingan antarkelompok, tetapi tetap dalam ikatan tali persaudaraan. Kegiatan berlanjut ke pemandian air panas. Hanya ada dua pos di sini, yakni di pangkal dan ujung perjalanan. Kami menuju lokasi bersama-sama menuju pos I. Di pos ini peserta di minta untuk mengisi pipa berlubang sampai penuh. Permainan di lakukan di tengah aliran air dingin yang menyegarkan. Sembari menunggu giliran, anak-anak lainnya ikut nyemplung ke sungai kecil tersebut. Sepertinya mereka sudah tak sabar ingin menikmati dinginnya air gunung. Satu, dua, dan tiga, mendadak semua anak ikut guyub dan selulup di sungai. Segarnya itu lho.. bikin ngiler.. tak ketinggalan, para pendamping yang sudah tuwir - emm maksudnya, sudah senior - juga terjangkit iler anak-anak. Akhirnya, tanpa dikomandopun semuanya nyemplung bersama dan tertawa bersama.. ha ha ha..


Kolam Dingin
Menuju ke pos kedua, medan begitu licin dan curam. Mengingat tim dalam jumlah besar, kami diminta untuk tidak memisahkan diri dari kelompok yang ditentukan. Dengan harapan, tidak ada anak yang tersesat bahkan hilang entah kemana. Oh.. No.. Beberapa kali kami bersua dengan para pengunjung yang juga menikmati harumnya bau gunung. Sampai di lokasi, kami disambut dengan tiga kolam. Satu kolam besar air dingin dan dua kolam kecil air hangat dengan uapnya yang ngawe-ngawe. Di sini permainan berupa lomba balap balon di kolam dingin. Masing-masing kelompok melingkari balon dengan bergandengan tangan dan membawanya menuju seberang. Permainan bertambah seru dengan teriakan panitia dan pendamping menyemangati adik-adik peserta. Dan baa.. setelah selesai semuanya kembali nyemplung ke kolam. Padahal, saat di pos satu tadi mereka berteriak kedinginan dan ternyata, di pos dua mereka malah nambah lagi.. oh.. ketagihan rupanya.. tak lupa, tim juga mencoba merasakan wahnya berendam di kolam panas. Badan yang semula menggigil kedinginan kini diuji dengan pansnya air belerang. Perasaan mereka semuanya hanyut dalam kolam itu, cengengesan dan pringisan mereka seperti sudah ada yang memandu. Ajiib...
Kolam Panas


Pret..pret..pret... suara dari megaphone pendamping yang menyerukan agar segera beranjak dari kolam dan menunaikan shalat di mushalla. Setelah semuanya seselsai shalat, tim pun kembali ke buper melalui medan yang sama. Perjalanan dipercepat mengingat hari sudah sore, semuanya juga terlihat tidak sabar dengan acara nanti malam. Mengagumkan..


Malam pun tiba, pencahayaan tak segelap yang kukira. Lampu sorot besar dipasang menerangi lapangan utama.
Selepas shalat maghrib berjamaah, kami menyambungnya dengan tahlil dan doa. Ritual suci ini membawa kami pada lintasan religius. Kemah kami bukanlah kemah hura-hura dan ‘lupa’. Akantetapi, kemah kami adalah kemah bercinta dengan alam yang bermuara pada cinta Sang Mahapencipta. Dimana kita berada, Allah selalu bersama menemani kita. Tiada canda dan gurauan, tiada omong kosong selama doa-doa dipanjatkan. Karena kami sedang menikmati aduhai munajat bersama mendekat kepada Tuhan Mahakuasa. Syahdunya....
Hutan Pinus


Amin ya robbal alamin, tiba saatnya kultum disampaikan. Pak Saeroni menggali ingatan kami sedari pagi hingga kini. Apa saja yang telah kami perbuat dan apa saja yang telah kami ambil manfaat. Beliau mengajak kita untuk senantiasa mawas diri dan mensyukuri apa yang telah Allah beri, dari kesehatan, makanan, pakaian, dan lainnya. Lebih-lebih nikmat iman, islam dan ihsan. Ya salaam..

Makan bersama
Tut-tut-tut.. Makan malam dihidangkan, semua membaur menabung (memakan nasi bungkus) bersama di tempat itu juga. Walau hanya nasi, mie, dan ikan presto yang kedinginan, peserta melahap dengan mantap. Sesuai ajaran Rasul, keluh kesah atas makanan adalah larangan dalam adab menghadapi hidangan. Hal tersebut kami praktikkan dalam kegiatan ini. Tak lupa, sebagai bukti cinta alam, semuanya membuang bungkus makanan di tempatnya dengan kesadaran, tanpa paksaan. Betapa indahnya kebersihan..


Setelah shalat isya’, sekarang.. saatnya pentas dan panggung hiburan.. api unggun dinyalakan sebagai penghangat suasana malam itu. Masing-masing kelompok berlomba menampilkan pertunjukan terbaiknya. Ada yang menampilkan koor, lagu dangdut, juga drama. Beberapa kali pertunjukan peserta membuat gelak tawa penonton. Adapun lagu-lagu yang didendangkan juga menghipnotis penonton untuk ikut berjoget bersuka ria. tak-dung tak-dung.. tun diundang mbokmu..
Bernyanyi bersama

Pukul 21.30 WIB, Jadwal untuk beristirahat memisahkan kami satu persatu. Ada yang langsung tidur,  ada yang jajan di warung, ada juga yang masih bergerombol di luar tenda untuk sekedar bernyanyi bersama. Bergitar dan beralun menyalurkan hobi yang dipunya. Malam itu kami saling pandang, tersenyum tertawa, merasakan hangatnya keluarga. Dinginnya malam yang menusuk tulang memaksa semuanya untuk menyelimuti badan dengan sarung, jaket, kupluk, juga kaos tangan serta kaki. Dan, nyanyian kami berhenti bersamaan dengan padamnya api unggun yang dibuat. Akhirnya, gerombolan ini merebahkan badan seraya memimpikan apa ya kado Allah esok pagi?.. kasih tau nggak ya..???

Bulan separo menatap dari atas kepala.. Bintang berceceran di langit yang megah.. Pohon Pinus berjejeran membentengi pasukan.. Suara-suara khas hutan belantara mengantar mimpi indah.. Aji oh Aji kenapa kau tersenyum.. Macam mana aku tak senyum.. Allah Mahasempurna..

Pukul setengah lima mendatangi badan-badan yang melengker menggigil ini. Satu demi satu bengun-membangunkan anak-anak lain. Entah kenapa, dingin yang melanda tiada menghalangi kami untuk shalat berjamaah. Oh Tuhan, terima kasih.. kegiatan terus berlanjut tanpa jeda berarti, sehingga hawa kantuk dan dingin yang menggoda sedari tadi merasa terusir dan lenyap begitu saja.

Para peserta diajak Pak Jay untuk senam bersama untuk menjaga kebugaran badan. Jujur saja hal yang jarang kita lakukan di rumah. Keringat menetes dari tubuh kami, alhamdulillah.. dan teng-teng-teng.. sarapan datang.. saatnya mengisi perut kami yang sudah keroncongan dari tadi. Sarapan kali ini diselingi dengan nyanyian panitia.. tak lupa, foto-foto menjadi momen yang pas untuk sekedar beralay ria.. oh my god..

Tangki terisi penuh, this is it.. The Real Climbing.. Pendakian yang Sebenarnya.. Pendamping mengajak tim untuk ziarah ke Curug Lawean, air terjun yang indah dan menkjubkan serta ke Kebun Teh Desa Medini yang hijau dan wangi. Ok, fix..

jalur pendakian
Sama halnya seperti kemarin, tim diminta untuk saling menjaga satu sama lain. Jangan sampai ada yang tertinggal apalagi terperosok jatuh ke jurang.. ih.. serem.. emang iye.. medan kali ini tidak securam kemarin, tetapi “sangat amat curam sekali banget”.. nah lo.. atut kan?. Naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali, akhirnya lirik lagu itu dapat kami praktikkan walau sama sekali tidak kami jumpai pohon cemara. Jalan yang berlumpur, dan sempit menguji mental dan fisik peserta. Fokus pada jalan, tetapi nyanyian boleh diperdengarkan agar tidak stres di perjalanan. Tongkat menjadi kaki ketiga kami dalam mengarungi megahnya hijau-hijau Nglimut. poto dulu ah...

Coba Tebak, Siapa Dia?
Sebelum sampai di Curug Lawean, kami beberapa kali berhenti di pos-pos dadakan. Sekadar untuk nyebur-nyebur di sungai sambil selfie-selfie unyu-unyu getoh.. yuk lanjut, pendamping disebar untuk memandu adik-adik. Ada yang di depan, di tengah, dan di belakang. perjalanan tim diwarnai dengan kehati-hatian ekstra mengingat medan yang wah dan tak terbayangkan. Bismillah..

Dan.. hal yang tak diinginkan itu terjadi. Rombongan terpecah menjadi dua. di depan dan di belakang. Kami yang di belakang kaget dengan terputusnya barisan peserta. Pendamping segera menenangkan adik-adik dan berusaha mengejar rombongan depan. Teriakan anak-anak memanggil-manggil Pak Saeroni yang meninggalkan kami tiada terrespon sama sekali. Sempat cemas akan tersesat, bayangan kelam melintas di pikiran. Dan tiba-tiba, kami ada di persimpangan jalan. Antara kanan atau kiri, bingung mana yang akan diambil. Apa jadinya kalau kita salah arah, berapa hari harus tersesat di sini. Apalagi kami tak bawa mie instan, ntar kalau kelaparan gimana?? Menuruti kata hati, akhirnya kami memutuskan mengambil jalur kiri. Keputusan besar dalam hidup kami, menentukan jalan yang benar dan lurus. Kami berani melenggang ke arah itu karena mengingat ada pedoman berupa papan penunjuk kecil di atas pohon yang bertuliskan “Ke Curuk Lawean”. Wakwaw..

Curug Lawean
Setelah beberapa puluh meter, sahutan kami terbalas. Bayangan kelam itu jatuh ke jurang dan mengalir bersama arus sungai yang deras. Ternyata rombongan depan sudah sampai terlebih dahulu di Curug. Bahkan beberapa sudah bersemedi di bawah hujaman air terjun. Oh.. Mahabesar Allah. Air terjun setinggi ‘mbuh’ terjun bebas mengaliri tanah Indonesiaku. Masyaallah.. alangkah indah ciptaanmu ini ya Allah.. tahmid dan takbir menggema di hati kami. Pemandangan yang menyejukkan mata, badan, dan pikiran. Sekali lagi, tanpa komando semuanya menyerbu ke sungai dan menikmati hujaman air terjun. Rasanya seperti gerimis, jutaan pasukan tirta menyentuh kulit lembek manusia-manusia manja ini. Please deh..

Tak lama di sana, kami segera menuju destinasi kedua yakni kebun teh desa Medini. Medan masih sama yaitu berupa tanjakan-turunan yang berkelok-kelok. Akantetapi tanah di sini tidak sebecek di bawah. Di sini kering dan enak diinjak, so.. kekhawatiran kami akan terpeleset mulai berkurang. Beberapa saat kemudian.. teriakan dari depan memancing kami untuk mempercepat langkah. Rupanya tim sudah sampai di tujuan.

Berfoto di kebun Teh Medini
Kebun Teh Desa Medini.. ku pandangi kanan dan kiri.. rasanya aku tak asing dengan tempat ini.. ini kah surga?.. atau mini surga?.. ah entahlah.. kegembiraan ini memang tak bertepi..

Hamparan tanaman teh membuat kami seperti sedang main film. Inilah, daun yang kita minum hampir setiap hari.. oh.. harumnya.. segera tim berkumpul dan mendengarkan penjelasan dari pembina ihwal kebun teh ini dan apa kegiatan kita selanjutnya. Yaitu kita akan berkunjung ke pabrik pengolahan teh. Sesudah itu, kita akan kembali ke buper basecamp kita semula.

Medan perjalanan ke camp jauh berbeda dengan keberangkatan tadi, di sini jalannya rata, lebar, dan tidak begitu licin karena ini adalah jalan desa yang merupakan jalan utama untuk ke bawah. Yah meski beberapa ada turunan miris.. Pukul 12.00 WIB tim singgah di mushalla kampung untuk menjalankan shalat dzuhur. Pokoknya shalat yang nomor satu..

Pemandangan dari atas
Masih semangat? Ayo.. jalur menurun kami lalui, beberapa kali kami berpapasan motor dan mobil yang hilir mudik. Capek, beberapa peserta mulai merasakan nyeri di kaki. Berhenti sejenak dan lanjut lagi, mereka masih kuat untuk melanjutkan perjalanan. Kabut putih melayang-layang di atas jurang. Oh.. Allahu Akbar. Pandangan kami tertuju ke sana.. dari atas semua tampak kecil.. semuanya menunjuk-nunjuk hamparan bumi Allah yang luar biasa. bagaimana cara membuatnya?. O.. Kami yang kerdil dan tak bisa apa-apa, ampuni kami atas kecongkakan dan kekhilafan.. astaghfirullah..

Sampailah di camp pukul 14.00 WIB, semua menuju ke tenda untuk berkemas pulang. Sesuai rencana, tim akan tiba di pangkalan (Madrasah) pukul 4 sore. Namun, Tuhan punya rencana lain. Tiba-tiba hujan deras mengguyur buper. Jam kepulangan tertunda untuk beberapa puluh menit hingga hujan benar-benar reda. Langit masih mendung, hujan berganti gerimis ringan. Kemudian, aksi bersih-bersih dilakukan demi menjaga kebersihan lingkungan. Kita datang dengan baik-baik, pulangpun harus meninggalkan kesan yang baik. Baris, bagi tugas, dan menuju terminal transit.

Semua naik truk, mobil, dan motor.. saatnya pulang.. perjalanan pulang tak jauh berbeda dengan keberangkatan. Bernyanyi, bergurau, hanya saja tidak selama sebelumnya. Para peserta sudah kelihatan cepeknya, muka-muka lelah berjejer rapi bak buku perpustakaan. Kami mampir ke komplek masjid makam Syekh Jumadil Kubro untuk shalat ashar dan sedikit mengganjal perut. Dan lanjut ke pangkalan. Pukul 6 petang tepat kami sampai di madrasah tercinta. Menurunkan muatan, berbaris, berdoa, serta sepatah dua patah pesan dan kesan dari Pembina. Tim membubarkan diri, beberapa singgah dulu di masjid, selebihnya segera kembali ke rumah masing-masing. Pegel coey..

Perjalanan ini luar biasa.. aku tak bisa diam begitu saja.. liburan kali ini liburan yang berbeda.. tak biasa.. luar biasa.. indah.. memukau.. menakjubkan.. istimewa.. oh.. jangan sampai hal seperti ini terhenti.. antara dingin.. menggigil.. capek.. miris.. terjal.. curam.. melelahkan.. atau menantang.. melatih.. mengingatkan.. menyadarkan.. kekompakan.. kesederhanaan.. kekuatan.. persaudaraan.. dan kegembiraan..
Naik Gunung, Kapok atau Candu?

Ghofurdz
Wedung, 01:25
01/01/2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar