Rabu, 27 Januari 2021

KEBLOWOK


Aku ingin mengulas, menceritakan, dan menarasikan kisah dan profil temen-temen kuliahku. Soalnya, selain mereka itu yunik, temen kelasku cuma 17 biji. Ya ampun, biji semongko kali ya. Tarik, sees!! Itung-itung buat 'manaqib' lah. Kali aja para fansnya mbesok-mbesok mau baca.

 

Dan di antara mereka ada satu nama yang sungguh layak untuk kalian ketahui. Dia bernama Siti Noor Rohmah. Noor "O"nya dua. Mungkin karena itu dia rada telmi. coba kalau O nya satu aja. Ya tetep aja telmi. wkwk

 

Haduh.. belum apa-apa kok aku udah bully ya. wkwk. Tenang, Ji. Aku nulisnya pakai cinta ini. udah.. ketawa aja.. gosah spaneng. Oh ya.. belakangan Rohmah dipanggil Kaji oleh temen-temen gara-gara dia suka ngeyel kalau dikasih tahu. palagi nama akun fb nya pake embel-embel Sayyidah macam ahlul bet saja dia. Yodah, buat menghargai angan-angannya, kami menggelarinya dengan sapaan Kaji.

 

FYI Rohmah itu orang pertama yang aku minta nomor telponnya saat pertama masup kuliah. Aku mau tanya-tanya soal "hari kemarin".

 

Jadi waktu itu kan ada 2 hari matrikulasi mahasiswa baru. Nah, hari pertama aku ga masup karena ada deh.. Makanya.. hari kedua aku kaya orang o'on. temen-temen udah bisa bercanda satu sama lain. kek udah akrab gitu. lah aku ga kenal siapa-siapa. udah gitu aku datang telat pula. Ya aku diem aja. Jaim dong.

 

Ada satu kenangan menggelikan waktu kami pergi ke Jepara. Jadi ada seorang temen dikabarkan mogok kuliah karena mau pergi ke Batam. Ya Awloh.. Kuliah baru dapet satu semester main minggat aja. sakit hati ini bang.. sakit.. karena kita di kelas cuma 17 biji itu tadi temen kuliah udah kaya keluarga aja. penuh perhatian dan kasih sayang. Makanya kami punya inisiatip buat besuk dia. bukan buat bujuk tapi kami maksa dia buat balik kuliah lagi. wkwk sadis.

 

Kembali ke Kaji Rohmah. Bertolak dari kampus kami menuju Batealit, ke rumahnya Pak Alpin. Nah, Rohmah itu boncengan sama Diah. Cowo bonceng cowo, cewe bonceng cewe. Syra’i banget lah pokoknya. 

 

Sampe tiba di Karangnongko, perbatasan Kudus-Jepara, Motore Diah njublek di blowokan. Secara waktu itu cuaca mendung kelabu, jalan penuh lubang dan kenangan. eh. genangan. Tak ayal Diah dan Rohmah jatuh ndelosor tertimpa motornya. 

 

Aku bingung mau ketawa apa kasihan. Soalnya, prosesi jatuhnya itu lucu banget. wkwk. Kaya slow motion gitu. DIah juga sempat bilang E.. E.. E.. lalu jatuh karena kakinya gak gaduk jagangi. Jadi yg lain nyebut ya awloh ya awloh.. aku malah masih cengengesan nahan ketawa. 

 

Beruntung mereka tidak terluka . cuma shock aja gitu. Jadi aku gak dosa-dosa banget tertawa saat mereka terjatuh. wkwk. aku dan topik itu tepat berada di belakang mereka berdua. Jadi tahu persis kronologi bagaimana dia jatuh serta detil mimik wajah mereka.

 

Kemudian kami melanjutkan perjalanan, karena penguasaan medan dan skill berkendara cewe masih minim - kalau tidak dibilang mengkhawatirkan.- aku pun mboncengke Kaji. Di jalan itu Kaji diem terus. Aku menduga dia masih shock atas kejadian tadi. 

 

AKupun berinisiatif untuk mencairkan suasana.

 

“Masih shock, Ji?”

“Enggak kok”

“Lha kok diem gitu”

“Enggak aku nggak papa?”

“Bener ya nggak papa”

“Iya”

 

waktu aku melewati jendilan kecil, tiba-tiba dia kaget. “Lah, jare gak popo kok keweden gitu”, kataku. Kerjain ah.. “Tenang ji.. tak boncengke aman..”

 

Lalu setiap melewati jendilan aku sengaja memental-mentalkan jok motor sambil cengengesan. tujuanku biar si kaji ini hilang traumanya. tapi dia malah ketakutan nggak karuan. Temen-temen di belakang menyusul dan ikut ketawa melihat ekspresi kaji. 

 

Beruntung dia nggak muntah-muntah ketika sampai lokasi. dan karena hal itu. waktu pulang ia kapok dan tak mau lagi aku boncengke. wakakak


Minggu, 24 Januari 2021

Wengi wingi pancen wangi



Wengi iku Paklik ngabari dene simbahku sing gerah kudu berobat. Aku matur bapak. Njuk bapak ngutus aku supaya nemoni Pak Dokter perlu panggilan berobat. 

Jam 19.30 Tancap gas aku lunga Angin-angin nggone Dokter . Papane rodok sepi. Mungkin gegoro langite mendung tumiyun. Antriane sepi. Lagi lungguh dikuk, aku langsung mlebu ruang dokter. Banjur aku janjian karo Pak Dokter. Akhire dimupakati dene aku jemput kiyambake jam 21. Aku ndung mulih laporan bapak. Bapak paring aku duwit eketan loro, "Ki gawe mbayar dokter". Njuk duwite tak tampa. 

Lebar kuwi aku lungo pondok. Ngaji. Nuntut ilmu. Beno ilmu ora salah, yo tetep tak tuntut. Mekono ngendikane poro yai. E ora krasa wis munggah jam 20.45. Walah, aku sek kelalen yen ana janji karo pak dokter.

Ndung aku ngegas meluncur ning Angin-angin. Ealah jebul-jebul klinike wis tutup rapet. Ora ana wong babar blas. Tikus lewat yo ora ana. Wedhus ngeyup blas ora. Padalo, wengi kuwi angin bertiup kencang diiringi rintik hujan yang syahdu. Hmm.. Guling mana guling..

Akhire sang pangeran wangsul dengan tangan hampa. Aku mulih omah terusan. E omahe sepi. "Wis dung ning daleme simbah menawa", batin atiku. Bareng ngono aku takon Dora piye enake. Dora nyahut kon nakoake peta. "Tanyakan Peta.. Tanyakan Peta..", jare. "E.. Tobrol sekali dikau Dora", walesku.

Berhubung aku moh gelut karo Dora, aku manut wae. Terus aku oleh ilham kon langsung ning ndaleme simbah.

Brum brum.. Sawetara aku wis tekan Gribigan, daleme simbah. Ning kono sanak kadang pada kumpul. Ana Pakde, paklik, bulik, lan putra-putrine. Bapak uga ibuku ya wis ning kono.

Bapak mriksani aku kaya nemu ana sing aneh. O iyo. Kabeh pada nunggu Pak dokter. Akhire aku crita apa anane tegese tragedi klinik tutup gasik sahingga aku ora gandeng Pak dokter.

Semono aku ngrasa nguciwakke para sedulur, terutama simbah kang gerah. Tinapi, Bapak ora dukani aku. "Yowis, sesok neh", bapak ngendika.


*****


Let sedina wayah wengi, bapak lan ibu ing ruang keluarga. Ibu nembe nglempiti sandangan dene bapak nembe fokus mriksani tv. Ujug-ujug bapak ndangu,

Bpk : "Fur"

Aku : "Nggih"

Bpk : "Kowe wingi ngulungi aku duwit?"

Bpk : "Duwit napa pak?"

Aku : "Wingi lho ning ndene mbahe kowe ngulungi duwit pora?"

Aku : "Oh, duwit kuwi. Sih utuh, pak" (Mlayu jupuk dompet. Tak tokno eketan loro)

Aku: "Niki, Pak "

Bpk : "Wis, ora popo. Yowis nak ngono. Aku cuma kelingan. Wingi aku mbok ulungi duwit po ora. Yen mbok nggo yo nggonen"

Aku: "Ha.."

Aku mlongo rodok suwe. Kira-kira 2 tahun lah. 

Aku: "Saestu, pak.,? Aseek.."

Eketan loro pun tak tampa kanti ikhlasing penggalih. Tak ambung duwite.. Hmm wangi.. Wingi wingi pancen wangi.


*) Begitulah Bapak. Kalau ngasih uang ke anaknya seenaknya sendiri. Piye? Penak to?

Rabu, 20 Januari 2021

Memaknai silaturahmi

 

Akhir Desember lalu aku pergi ke Juwana untuk mengunjungi kediaman seorang teman. Semenjak ia menikah dan bermukim di sana kami menjadi jarang bertemu dan bertukar kabar. Maka dari itu aku berencana untuk datang ke rumahnya. Lagi pula aku pernah punya janji untuk main ke sana namun belum juga terpenuhi. Dan inilah saat untuk membayarnya..

Perjalanan Wedung-Juwana dapat ditempuh dengan sepeda motor selama 2 jam. Sebuah perjalanan yang lumayan jauh. Tapi tak mengapa, aku memang berniat berkunjung, silaturahmi. Jadi hal yang berat menjadi terasa biasa saja.

Sesampai di sana aku disambut dengan hangat. Wajah kawan kami bersinar memancarkan kebahagiaan. Kami menanyakan kabar masing-masing dan ngobrol banyak tentang banyak hal dari keluarga, lingkungan setempat, hingga pekerjaan. 

Banyak hal yang semula kita tidak tahu menjadi diketahui, samar menjadi terang atau masalah yang pelik dapat terpecahkan. HIngga tak terasa sudah berjam-jam kami bertamu. Kami memang sama-sama doyan ngomong.

Berbicara dengan kawan lama itu seperti rekreasi. Melihat dia sehat tak ada yang kurang itu saja sudah membuat kita bahagia. Apalagi mendengar kesuksesannya. Sebagai kawan yang baik tentu kita ucapkan selamat dan ikut bergembira.

Begitu pula ketika ada kabar duka tentang dia, kita juga turut simpati dan berupaya melakukan sesuatu untuk sekadar mengurangi beban pikiran. Syukur-syukur bisa membantu mencarikan jalan keluar.

Nah, Silaturahmi merupakan salah satu ikhtiar kita untuk mengambil peran aktif menemukan kabar saudara kita. Kalau ia baik-baik saja, alhamdulillah. Kalau ia sedang susah ayo kita bantu.

Aku teringat seorang mbah yang main ke rumahku. Aku lupa namanya. Belakangan aku tahu kalau beliau itu saudaranya nenek dari ibuku. Persisnya aku tak paham, Ibu juga. Karena aku penasaran, saat itu aku ikut ‘njagongi’ si mbah. Aku bertanya nama dan alamatnya hingga kisah sewaktu mudanya. 

Jadi si Mbah ini sempat merasakan jaman penjajahan Jepang. Beliau dengan semangat menceritakan masa remajanya yang masuk menjadi tentara binaan Nippon. Iseng, aku memintanya untuk menyanyikan lagu Jepang. Dan rupanya si Mbah masih hafal lengkap dengan iramanya. 

Aku tertawa terhibur oleh nyanyian si Mbah meski tak paham apa arti dari lagu tersebut. Aku hanya terpaku heran, kok bisa ya.. Mbah setua ini, kira-kira 70 tahunan, masih mengingatnya. Menurutku si Mbah ini perlu untuk disowani guna kepentingan pencatatan sejarah Desa. Aku jadi tahu ternyata masih ada saksi hidup yang bisa kita gali pengalamannya di masa kemerdekaan dulu.

Ibu bilang kalau si Mbah suka keliling jalan kaki ke rumah para saudaranya baik yang lebih tua maupun yang lebih muda. Hal itu dilakukan untuk menanyakan kabar anak cucunya. 

Lho kok si mbah yang keliling? Jalan kaki? Kok bukan anak cucunya yang menyambangi? Ini pertanyaan biasa tapi membuat nggak enak hati untuk dibahas. Entahlah hanya embah, anak dan cucunya yang tahu.

Coba, kita renungkan baik-baik. Kita sudah sedewasa ini, mengklaim diri sebagai orang yang baik, setia kawan dan perhatian. Apakah kita sudah bisa meniru hal yang dilakukan mbah. Sejak kecil kita dididik untuk saling menyayangi dan mengasihi kepada saudara juga teman-teman. 

Orang-orang yang dulu dekat dengan kita, akrab bahkan seakan saudara kandung kini tergantikan oleh orang baru. Kita memasuki hidup baru, dikelilingi oleh tetangga dan teman kerja. Lantas masihkah ada perhatian untuk mereka yang pernah mengisi waktu mula kita?

Kita terlalu sibuk pada urusan pribadi sehingga sedikit lupa kalau kita punya teman dan saudara yang perlu untuk dihubungi. Bagaimanakah keadaannya? Apakah baik-baik saja? Ataukah sedang tidak baik-baik saja?

Apa benar kita sangat sibuk? Padahal kita punya banyak kemudahan seperti telepon, kendaraan, uang, kesehatan, kesempatan dan sebagainya. Sungguh waktu memang hal yang sangat mahal dan berharga.

Berkaca pada hal itu aku berusaha menjaga tali silaturahmi. Jangan sampai tali itu terputus gara-gara terlalu lama tak bertegur sapa. Sehingga yang semula dekat kini menjadi bukan siapa-siapa. Kita harus punya inisiatif untuk mencoba menghubungi, datang, dan berbicara.

Dari silaturahmi aku jadi tahu kabar temanku, Nur. Dia adalah teman sewaktu kuliah. Sudah hampir dua tahun kami tak bertemu. Dan tiba-tiba dikabari bahwa Nur lepas menjalani operasi tenggorokan. Aih! Kasian!. 

Mendengar hal itu aku bersama teman lainnya menyempatkan waktu untuk membesuknya di rumah. Alhamdulillah, kondisinya sudah membaik. Hanya saja mendengar suaranya yang masih rendah aku jadi merasa iba. Namun, aku melihat sorot bahagianya melihat kedatangan kami. Semoga kedatangan kami bisa membuat hatinya lega dan memancing kesembuhannya.

Kita tak mungkin kita dapat mengunjungi semua orang, tapi setidaknya kita mulai melakukan hal baik, membangun hubungan, saling peduli, dan saling mendoakan. 

Aku percaya bahwa bertamu bisa menjadi obat dari kesusahan. Jadi semacam self healing. Kita melakukan perjalanan, sedikit berpayah, dan meluangkan waktu untuk bersilaturahmi. Di sana kita akan mendapat kebahagiaan tersendiri. Dan barangkali niat kebaikan ini menjadi jalan penggugur kejelekan dan dosa yang pernah kita lakukan. 

Bukankah kita tahu bahwa silaturami itu memanjangkan umur dan melancarkan rizki?

Terakhir saya kutip sabda Rosulullah Saw.

“Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna, jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahim dengan orangtua dan saudara” ~ HR Bukhori

“Tidak ada dosa yang lebih pantas diegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat daripada perbuatan zalim dan memutus tali silaturahmi” ~ HR. Abu Daud

Selasa, 19 Januari 2021

MENJUAL SEPEDA TUA




Pada pertengahan Mei 2018 Aku main ke rumah Sarep, Jepara. Dia adalah teman kuliahku yang kerap aku kunjungi. Baedowi, aku sedang tidak ingin ngomongin Sarep. Aku mau ngomongin salah satu kisah ajaib tentang sepeda tua. Ya ajaib banget karena berawal dari iseng aku jadi dapat rejeki nomplok. Penisirin kan? Yuk baca ceritanya.

Singkat cerita, baru saja tiba di rumah Sarep, aku curiga karena ban belakang motorku sedikit kempes, padahal ia adalah ban tubless yang konon katanya aman dari bocor. Namun, Sarep tidak menghiraukannya. Ya iyalah.. Kan aku yang punya motor. Kalau bocor aku ga bisa pulang dong, Malih..!!

Aku mencoba menenangkan pikiran, "Ah.. paling-paling cuma kempes biasa. Entar dipumpo juga balik normal". Kami pun menghabiskan malam dengan istirahat damai.

Besoknya ban motorku kempes.. pes.. dan mengeluarkan cairan kuning. Mungkin itu cairan buat penyumbat ban bocor otomatis. Karena itu kami membawanya di bengkel terdekat. 

Di sana Pak Tukang Tambal Ban (anggap aja namanya Paulus) bilang kalau ada masalah di pantil ban. Lalu Sarep menyarankan agar dikasih ban dalam saja. jadi balik kaya ban biasa. Aku masa bodoh soal hal itu karena mataku tertuju pada jejeran sepeda tua di sana.

"Ini punya orang apa dijual, Pak?", tanyaku.
"Dijual, Mas. Monggo kalau minat", jawabnya.

Padahal aku sama sekali tidak tertarik untuk membelinya. Atau lebih tepatnya aku tidak punya uang. wkwk. Enggak, ini serius. aku tidak tertarik dengan sepeda tua. Tapi saat itu otak bisnisku muncul. Sepertinya aku bisa menjualnya. Iseng saja sebenarnya.

Akupun bilang kalau ada saudara yang sedang kepengen beli sepeda. Lalu aku mohon ijin untuk memotretnya. Setelah itu aku pun mengunggahnya di fesbuk. (temen-temen di fesbuk sudah aku anggap sebagai sodara. ampuni aku ya allah..)

Ada tiga foto sepeda yang ku unggah. Wah, aku lupa merknya.. Pokoke dua berbau Eropa dan satunya lagi phoenix Cina. Tak butuh waktu lama ada orang dari Sayung yang mengingkannya. Dan setelah deal harga, aku menjemput sepeda tersebut dari Wedung ke Nalumsari, Jepara lalu membawanya ke Sayung.

Dua sepeda tersebut aku beli dengan harga 700rb dan aku jual segarga 1.250rb. Sumpah! ituu adalah salah satu pengalaman jual beli teriseng dalam hidupku. Meski bukan jumlah yang besar tapi ia datang di saat yang tepat. Saat di mana aku butuh uang untuk suatu hal.

Aku masih tidak percaya aku bisa melakukan transaksi barang secepat dan semudah itu. padahal Aku belum banyak punya pengalaman berdagang. Aku masih ragu dan merasa tidak berbakat dalam hal jual beli. Ada rasa malu, tidak percaya diri, dan sebagainya yang menghalangi.

Bagi mereka yang sudah biasa dalam berdagang mungkin itu hal receh, tapi bagi saya itu adalah debut penting. Ibarat pemain bola yang belum punya kesempatan main,  saya bisa bermain dan mencetak gol. 

Sejak saat itu aku bersemangat dalam hal jual beli. Aku masih ingat kata seorang teman, "Apapun itu kalau berbau uang, selagi halal maka jadikan uang". Aku pun belajar banyak sehingga punya mental berdagang dan melakukan penawaran.

DALAM GELAP

Dalam gelap kau gayuh cahayanya
Wemohon ampun sujud bersimpuh
Membasuh diri dari najis-najis duniawi
Luruh semua kesombongan jiwa
Singkirkan segala ketamakan harta
Kau hanya ingin berdua
Berdua dengan yang mahaesa
Mengadukan kesah berkepanjangan
Agar langkah tak berseberangan
Sujudmu adalah Cahayamu
Pembuka gerbang rahasia
Memohon dalam keheningan malam
Solo, 31-03-16

Rabu, 06 Januari 2021

MINTA DIPERHATIKAN


Jadi ada temen sebut saja Markoneng sedang punya masalah sama tunangannya. Yah, namanya hubungan asmara itu penuh lika dan liku. dipikir ngelu rak dipikir kok jahat nenen. Sebagai Musafir Cinta saya dipaksa mendengar keluh kesahnya. Karena darah saya mengandung DNA Dewa Amor maka saya berkenan menjawab sekelumit kisah hati yang membuat ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku.  

PERTINYIIN

Kak aku bingung. Piye ya kak...? aku pengen curhat tapi reng sopo... Jadi aku membuat kesalahan yang lumayan fatal kak. Gimana ya kak...? Aku leh sama pasangan pengen tiap hari ada komunikasi, meskipun hanya sekadar menyapa. Aku ga pernah minta lebih... intine aku mung pengen selalu diperhatikan... Lah reng sopo neh kak? Mosok reng kanca-kancaku cewek? Dak ganggu... ? Mosok konco-koncoku cowok? Dak malah dikiro baperi.... dak normal sih kak leh mlayuku reng pasangan?

Aku juga gak minta tiap jam.... paling enggak pagi, siang malem... ngluangin wakti bentar.  Paling kan 1 menit malah gak ada kan kak? Ini menjadi masalah. Aku malah dianggep negatif thinking. Mungkin cara penyampaianku kak yang salah ya?

Saat iki aku bener-bener lost kontak sam dia.. kmren tak blok, tapi skrng udah tak buka blokirnya Tapi tetep aja ga ada komunikasi. Padahal dia aktif membuat story. Aku paling benci sama orang yang lari dri masalah kak. Apalagi seakan ga ada apa-apa. Aku ndung ngroso sebenere dia butuh aku apa enggak? Opo aku terlalu buruk? Opo aku berlebihan?

Aku yo gak tau njaluk opo-opo sing bentuke material Mosok kyok ngunu kuwi salah kak? Yo ngunu lah kak. Sampai saat iki aku gak wani nge chat dia. Soale dia juga ga nge chat aku, padahal dia online terus..... Aku minta sudut pandangmu sebagai cowok kak...

Markoneng, 23 tahun

 

JAWABAN

Apa yang kamu rasakan, dia juga berpikir hal sama. Apakah dia begitu penting di matamu sehingga kamu tidak mau menghubunginya. Sekarang kita sama-sama tahu. Kalian berdua egois. Masih memikirkan diri sendiri. Tdk ada yang mau mengalah

Masalahe kalian punya ikatan. Masa iya hal spt ini masih dipelihara. Kalau masoh pdkt ya gampang saja dr prasangka jadi berpisah. Toh tdk ada kerugian apapun. Kalau sudah tunangan sudah ada niat untuk maju ke pernikahan, lalu di mana komitmen kalian untuk saling menghargai satu sama lain?

Untuk selanjutnya kamu tanya dirimu sendiri. tidak usah menunggu/menyalahkan org lain. Kalau kamu mau bertahan, hubungi dia. Dia menunggumu. Tapi kalau tidak, ya silakan lanjutkan permainan ini.

hidup itu seperti dua mata uang. kamu bisa saja benar dan salah di waktu bersamaan. terserah kamu. kamu mau menempatkan diri di sisi mana yang penting kamu bertanggung jawab pada sisi itu. dan jangan menyakiti dirimu sendiri dg terus menyalahkan diri. karena itu sangat tidak berguna.

Terakhir saya kutip kalimat gus baha’. Dalam menjalin hubungan dengan pasangan ki gawe seneng-seneng ae. Terlalu serius ki gak apik. Gawe guyon ae, ojo terlalu spaneng. Semoga hubungan kalian membaik. kalian pasangan yang cocok.

Selasa, 05 Januari 2021

Nemu Duit dan Duit Tibo

Oktober 2019

Nemu Duit

Hore!!!, teriakku mendapati uang Rp 120.000. Uang itu aku temukan dari saku celana yang baru saja ku pakai. Ya, itu adalah celanaku sendiri. Salah satu kebiasaan burukku adalah meninggalkan benda di saku pakaian usai ditanggalkan. Kadang berupa uang, kadang berupa barang seperti flashdisk. 

Menemukan uang di saku celana sendiri mempunyai makna berharga bagiku. Pertama, aku bersyukur mendapat rizki dari Allah bahkan sebelum pakai baju. haha. 

""Lho, itu kan uangmu yang kemarin?

Benar, ini adalah uangku yang kemarin yang ku dapat dari bekerja. Sekarang gini. Banyak di antara kita yang bekerja dan mendapat upah, lalu upah itu menguap begitu saja. Kadang terhitung benar, kadang malah kosong. Tahu-tahu habis begitu saja. Nah, ketika uangku tersebut raib entah kemana, artinya ia bukan rejekiku. bagianku hanya yang sudah ku ambil sebelumnya. dan ketika kali ini aku menemukan uang ini kembali maka alhamdulillah. ini bagianku juga. Allah memberiku rizki atau menyimpan uangku untuk sementara waktu. haha.

kedua, kenikmatan kehilangan. salah satu nikmat yang patut kita syukuri adalah kenikmatan kehilangan yang kita tidak tahu bahwa kita sedang kehilangan. haha. saat uang Rp 120.000 itu tertinggal di kantong celana, aku sama sekali tak tahu. Aku sudah yakin semua uangku sudah ku ambil dan ku simpan. Aku tinggal menaruh celana di cucian dan beraktifitas dengan tenang.

Coba bila aku tahu bahwa uangku hilang atau tertinggal, pasti kita akan bingung dan kelabakan mencari-cari di mana uang tersebut. Dompet dan tas dibuka-buka, sandangan selemari dibongkar. Pikiran jadi kacay dan kerjaan jadi tak karuan. Ya Allah maafkan hambamu yang hubbund dunya ini. hehe. Bahkan yang lebih buruk kita bisa timbul curiga, "Ih.. jangan-jangan si Fulan yang ngambil. soalnya dia ini itu ini itu...". Astaghfirullah.. 

Itulah, jadi aku cukup senang bila mendapati uang di celana sendiri. haha. Tetap bersyukur. Kata orang bijak, Tak kan kemana bila ia milikmu, tak kan kembali bila bukan hakmu. Semoga kita menjadi pribadi yang qona'ah dan thuma'ninah.. Bertambah tanpa pongah dan kehilangan tanpa merasa kurang. hehe


Mei 2020

Duit Tibo

Aku tipikal wong sing rak patek niti-niti duit. Lungo ngendi-endi yo jarang niteni duit ning dompetku sepiro. Kejobo pancen niat belonjo aku lg niteni nggowo pirang lembar abangan opo birunan. Ning balik meneh jumlah persise piro yo rak niteni. Butuhe cukup.

Kadang ning dalan kalong nggo opo, kadang ketambahan diwehi sopo ngono ki aku rak ngeh. Koyo kejadian ndek bengi. Mari jajan ng angkringan OK. Trims Bang Rahmat Kartolo. Aku balik toko diundang wong. Ditakoki duitku tibo porak soale ono duit tibo ning sekitaran nggonku lungguh mau. Aku lungguh rodok suwi sih, 10-15 menitan. Aku yo ora ngerti duite sopo. Wonge isih ngakon ngeling-eling menowo nggonku sing tibo. Blas aku ora eling. Timbang gawe sirah ngelu aku abai wae. Aku emoh ngakoni la wong dudu barangku. 

Bareng let sedelok aku lagi kelingan bar diwehi duit 170rb soko Isna Rafika Dewi olehe tuku @keripikikangelombang bar traweh mau. Bok. Kesinan dewe aku. Ngrepoti wong. 

Kebiasaanku sih. Ndukok duit ning sarung. Pas lg mbrojol dadi rak nangguh nek duite tibo. Alhamdulillah ijeh rejekiku. Matur nuwun kanggo mase lan mbak luluk wis ngamanke lukisan pak karno kanggo aku 😁

Senin, 04 Januari 2021

Wong Njaluk-njaluk


Ono wong ngetuk lawang sore-sore. Umure sepada makdhe ku. Critane ndekne njaluk sodakoh kanggo ngrumati anake sing yatim. Tak golek-golek receh 5ewu rak ono tenan. Meh tak kei 20rb koyone yo kakehan. Mari ngono wonge kondo, "Roti roti yo mak dhe gelem, nang". Akhire tak jupukke roti ning kulkas karo njagong sedelok.
Ndekne crito urip soro ning deso sebelah karo anake sing bontot. Anake sing gede wes podo omah-omah ning daerah liyane.
"Lah anakmu opo orak ngirimi, mbok? Kok sampean njaluk-njaluk tekan kene?", takonku.
Jawape, ndekne emoh ngrepoti anake. Alamak. "Sampean muter ngemis tekan kene yo sajake ngrepoti wong akeh", batinku.
Ora maksud ora perduli, ning ya nompo wong asing ki rodo kepiye ning ndeso koyo nggonku. Opo maneh wong njaluk, ngamen, sepenunggale. Lah kok tibake sg ngemis tonggo deso dewe.
Tak delok wonge gowo kresek pirang-pirang. Jebule iku kasil mider kampung do ngengehi panganan. Wonge ugo nggowo cet kayu. Crito nek meh ngecet lawang. Iyo, ngemis go tuku cet kanggo ngecetno lawang. "Ben apik", jare.
Haduh jane njaluk-njaluk kanggo butoh mangan apa dandan omah si... Pikirku. Mari ngono wonge tak peseni li ndang bali mergo wes ngadepi surup.
Let pirang ndino aku jajan ning pertelon. Wasem, wilayah operasine tekan kene. Wonge ujug-ujug madong njaluk ning tukang empek-empek sing tak tuku karo nyangking kresek meneh sing isine kebak. Mboh opo. Mase ngei rongwu.
Pas aku rampung aku munggah motor. Wong kuwi madong karo ngomong, "Paringi mas".
Tak jawap ae, "Uwis ngono kok".
"oh iyo.. Uwis-uwis".
Fenomena ngene ki ya gawe aku mikir. Pertama, nek pancen butuh banget apa ya tonggo cedake ora ngeh. Opp yo ora ono bantuan soko pemerintah. Luwih-luwih pemdes.
Keduane, kok ya rutin njaluk-njaluk tanpa ewuh rikuh. Tanggaku kene rondo anak cilik2 ya do kerjo. Wing tuwo2 yo gelem nyambut gawe. Lha kuwi garek madong mlebu omah-omah. Nek wes ngene iki aku mundak malah piye. Jane mesakke tp kok numan. Sepurane yaa..

Menolak Mider Kalender

Jadi tadi ada pengedar kalender. Entah orang mana tapi Aku seperti tidak asing dg wajah mbaknya. Lalu dia masuk dan menawarkan kalendernya. Aku memarahinya, 

"Mbak iki wes maghrib. Orak apik mertamu", kataku. 

"iya mas. sekalian mampir", kilahnya. 

"Jenengan nawari kalender, kan?", tanyaku. Dia mengangguk.

"Mboten. Kulo mboten kerso", kataku. Lalu dia pamit pergi keluar.


Barangkali temen-temen bertanya, Kenapa Aku sinis pada dia? Padahal bisa jadi dia orang lurus, Utusan lembaga tertentu (yayasan ponpes atau panti asuhan). 

Argumenku adalah sebagai berikut: pertama, pengalaman. Aku kerap menemui orang model seperti ini berikut berbagai macam modusnya yang terindikasi penipuan. Mereka memalsukan surat tugas untuk menghimpun dana masyarakat. Juga diketahui lembaga yang mereka sebutkan adalah fiktif. 

Kedua, efek jera. Utk menolak kita bisa pakai cara lembut seperti diawali mengucapkan mohon maaf dst. Tapi aku menolak dg tegas sbg bentuk perlawanan atas model permohonan bantuan spt itu.

Jujur, sikapku mungkin nampak berlebihan mengingat biasane wong jowo iku orak penakan. Tapi itu adalah semacam healing agar mereka kecewa dan tidak lagi menjalankan "bisnis" itu. Minimal mereka tahu kalau ada yang tahu mereka penipu.

Aku tidak bilang kalau pengedar kalender itu penipu tapi aku cuma mengingatkan temen2 utk waspada terhadap penipuan.

Bukan Siapa-siapa

 Merasa bukan siapa-siapa adalah wujud sikap rendah hati. Tetapi hal itu tidak lantas membuat kita tidak berbuat apa-apa. Kalau kamu merasa jelek dan tak berguna itu memang. 🤣. Tapi Sejelek apapun dirimu pasti ada suatu hal yang bisa kamu lakukan. Nah, setelah berbuat sesuatu barulah kamu merasa bukan siapa-siapa. 


Adapun lawan dari sikap rendah hati adalah songong. Suka membanggakan diri bahkan mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri. Orang macam ini perlu kita siram pakai kuah indomi. Taburi bawang goreng dan buang ke kali. Biar dimakan lundu. 

 

Manusia tercipta dari setetes air hina yang nemplek ke dinding rahim dan jadilah bayi cenger telanjang bulat kaya tahu bulat yang lahir ke dunia. Di dalam perut itu nyusahke sang pengandung. Biasanya Sang ibu suka main sepak takraw kini hanya bisa jogging. Lari-lari kecil. Gapapa bu anggap aja training jogging safa marwah. Semoga menjadi haji mabrur. Amin. 


Kini jangankan salto, mau goyang tiktok aja susah. Akhirnya kanal tiktoknya hanya diisi video share-share-an tips bagi ibu hamil. Sekalian saya ngasih tips. Itu yang diputar video ngaji juga. Jangan pale pale mulu. 


Saat Kelahirannya pun nyusahke banyak orang. Bahkan menyisakan sayatan pisau yang perih nan pedih. Ya awoh. Maka sepatutnya manusia mempunyai sama rasa terhadap sesama. Jangan muncul sifat anggak dan umuk. Karena hal itu hanya akan menjauhkan dirimu dari orang-orang di sekitarmu. Kamu jadi pribadi yang tidak menyenangkan dan eksklusif.


Kembali lagi ke sikap merasa bukan siapa-siapa. Orang yang punya jiwa rendah hati cenderung mudah memaafkan dan tulus. Ia melakukan sesuatu tulus tanpa pamrih tanpa mengharap apapun. Kaya orang kentut dan tak bersuara gitu. Ikhlas.. Tidak perlu koar-koar tapi semua merasakan dampaknya. 😂


Orang seperti ini cenderung tipikal tahan banting dan betah menderita. Tidak mudah menyalahkan orang lain. Berjiwa besar dan tenang menjalani hidup. Bukankah ketenangan hidup yang selama ini kita idamkan? 


Orang kerja jempalikan siang malam tujuannya ya dapet duit dan tenang soal kebutuhan hidup, bayaran sekolah, listrik, dan lainnya. Lantas kalau hanya uang yang membuat kita tenang, kasihan dong sobat miskin. Hidupnya suseh.. Ga bisa bahagiyee.. 


Maka dari itu sahabat super, mari kita tolong mereka. Berempati dan bahu membahu, pundak memundak, menolong sesama. Karena apa sekecil apapun pemberian kita kali aja bisa berguna bahkan menjadi penyambung nyawa bagi mereka. Beri dan lupakan. Kita bukan siapa-siapa. Alfatehah. 

Bukan soal Bahasa jawa atau indonesia atau Inggris

Mengajarkan bahasa pada anak bukanlah kebanggaan sesaat. Yang terpenting adl kemampuan berkomunikasi pada lingkungan sejak dini. Otak jadi aktif dan cepat memahami orang lain.

Amat senang melihat anak kecil berbicara lancar meski dg tata bahasa yang masih amburadul. Dia bisa bermain dg teman-temannya, berlari dan bernyanyi, menemukan dunianya.


Anak kecil itu bebas dosa. Sengakuake ati bagaimanapun anak-anak tetap harus kita ladeni dengan baik dan benar.

Katakan punya anak banyak bicara. Di tengah usia berlatih bicara maka kita harus senang bila ia ngompyang terus. Saking riwile mungkin sudah pandai ghibah 😂. Alhamdulillah kemampuan bicaranya berkembang siapa tahu mbesok jadi dai atau diplomat atau apapun yang berguna bagi agama dan bangsa.


Sayangnya, kadang ortu belum siap mempunyai anak seaktif ini. Pas ndelalah ortu capek dan mumet, anaknya riwil tanya reko-reko dan ortu ogah menjawab (kadang pancen rak ngerti jawabane. Wkwk). Lha kaya gitu ortu kudu sabar. Piye-piye ya diomongi sing apik. Misal, "Mah, dinosaurus iku kancane erectus porak?"

Jawab wae, "sek yo nang. Mamah lagi memikirkan sesuatu. Tak jawab mengko yo". Atau "Sek yo nang, mamah wetenge mules"


Mungkin itu tidak menyelesaikan masalah. Tapi akan muncul masalah baru bila ortu malah membentak anak, "ameh Dinosaurus, erectus, wedus.. Mamah ora ngurus". Atau, "kowe ket mau nguwomong wae.. Turu porak!!!". Sungguh mamah atau papah ini kurang piknik.


Respon berlebihan utk sebuah curiousity anak yang sangat disayangkan. Hal itu tentu perlahan membunuh semangat anak utk belajar dan ingin tahu. Padal dongane pengen anake pinter. Maka dari itu sahabat yang super mari kita  piknik 🤣. Eh, mari kita lebih banyak bersabar karena anak yang hebat dibesarkan oleh ortu yang hebat pula. Alfatehah

Mangane Cah Pondok

Aku isih menangi jaman cah pondok masak ning dapur. Jajan kampung jaman semono orak sek mblader koyo saiki. Opo wae ono kabeh ngebaki ndalan awit ngawen nganti ngenangin. 

Cah pondok mbiyen isih gelem masak. Iuran tuku lengo gas. Dijadwal sopo sing jatah mbetek. Seringe sih cuma masak sego, lawuhe tuku njobo. Di samping irit, masak dewe yo luwih penak mergo oleh sego luwih akih. Bagi cah pondok, butuhe mangan yo ben wareg. Dijak ngaji siap dijak ro'an ora sambat. 

Kapan sego mateng, disok ning nampan, lawuhe ditawur ning nduwur sego. Mangane kepungan wong telu, papat ngenti limo. Mangan bareng konco tunggal nampan tanpo risih. Lha ngopo kok risih? Kan yo konco kabeh podo sedulure. 

Beno podo ngelihe, Mangane yo tetep kalem. Sitik-sitik seko pinggir. Mangan bareng latian tepo sliro. Misal segane isih sak puluk ngono kuwi diparo ben bareng olehe mungkasi. 

Iwake yo tahu tempe. Nek esok karo janganan. Ojo mbayangno iwake ayam. Iwak ndog puyuh kuwi wes mewah banget. Maklum, kanca-kancaku moro seko kaum sederhana sing cedak karo garis kemiskinan. Yo gak kancaku tok sih, aku mbarang. Wakakak. Ianah kerep nunggak, sandangane kuwi-kuwi tok. Saking miskine Sandal swallow ki disimpen ning gotakan. Kuatir yen ilang. 

Tapi soal semangat ngaji ojo didu. Beno mangane sego sak intipe, apalan imriti karo alfiyah yo emoh kalah. Bagi cah pondok, kemiskinan ora dadi alangan. Kabeh tergantung niat lan semangat anggone merangi kebodohan. 

Balik maneh ning bab mangane cah pondok. Aku dadi eling kancaku siji omahe lor kali kono. Pas dino prei sekolah mboh piye awan-awan ndekne ngelih njur njaluk aku gawakno sego. Yo jelas mergo ndekne rak nduwe duit akhire ora jajan ning warung. Berhubung aku nduwe hati yang lembut bagai sutra aku nju balik omah njupukno sego. 

Sawetoro aku tutuk pondok maneh gowo sego ambek tahu karo lombok olehe jajan ngaji ibuku. Btw selamat hari ibu ya buk. Ning omah rak ono iwak meneh, anane kuwi. Lha ngono kuwi kancaku mau moro koperasi terus tuku opo jal? Kecap saset siji. Terus segoku dipangan, iwake tahu, lombok, kecap. 

Aku lungguh ning ngarepe nunggoni dekne mangan dengan lahap. Rasane kuwi ya Allah.. Yo mesakno.. Semono ngelihe ngenti mangan putihan dilakoni.. Saking lahape suwe-suwe aku melu njaluk.. Masamu.. Jane yo rasane muk anyep legi pedes. Rak ono gurih-gurihe blas. Tapi berhubung dekne mangan ngenti kemringet aku melu milik.. Melu menikmati nikmatnya sego tahu lombok kecap. Oh kuwi minongko salah sijine momen barokah dalam hidupku. 

Tapi yo ono kalane cah pondok mangan enak. Kapan malam jumat kan kuwi libur. Cah pondok metu golek jajan. Golek opo? Ayam bakar? Oraaa. Bebek goreng? Yo jelas oraa. Kantonge cah pondok ora sek turah kanggo njajan daging-dagingan gemblondong koyo ngono. 

Tibake cah pondok njajan mie ayam sing ayame suwiran cilik-cilik. Sambele sing akih ben pedes. Lamun golek sing murah sitik yo luru mie ndog. Nemewu sak estehe. Nek miene wes entek kok kuwahe ijeh, Tambah krupuk dilelepno ning kuwahe Ngesi entek lidis. Yo jelas cah pondok nek mangan mesti resik. 

Utowo sate. Nek awan konco-konco sing kirimane akeh tur lancar kerep tuku sate ning ngawen. Sate telong ewu wes entuk akeh. Sedepe puwol. 

Yo ngono kuwi ora kabeh cah pondok iso tuku sate. Lha wong jatahe cuma seketewu seminggu. Isih ono sing cuma telung puluh limo ewu. Tahun rongewu limonan lho kuwi. Mamulo dadi cah pondok kuwi kudu pinter noto duite, jembar atine, lan wani tirakate. 

Terkadang Pamer Itu Perlu

Mendapat rizki tentu menjadi kesenangan bagi setiap orang. Bisa berupa barang, uang, kesehatan, jalan-jalan, dan sebagainya. Orang-orang pun jamak menampakkan rasa senangnya dengan berbagai cara seperti memfoto dan mengunggahnya di medsos, menceritakan kepada sahabat, dan sebagainya.

Dari rekaman gambar atau ceria tersebut orang-orang akan menanggapi sesuai sudut pandang masing-masing. Ada yang menanggapi dengan antusias, ada yang dingin, ada pula yang memberi komentar toxic yang tak enak didengar.

Seperti kisah kawanku ini. Malam itu aku datang ke rumah seorang kawan untuk memenuhi undangan makan-makan. Saat itu usianya 24 tahun dan beranak satu. Ceritanya acara syukuran rumah baru. Kawanku satu ini terbilang sukes. Menikah muda, usaha lancar, dan punya rumah sendiri serta memenuhinya dengan perabot. 

Namun, ada tetangga yang berkomentar bahwa itu semua adalah hasil sumbangan “amplop” nikah. Mendengar hal itu kawanku pun berang. Esoknnya ia langsung pergi ke kota dan pulang dengan deretan perabot yang lebih banyak lagi. Mulai dari kulkas, AC, mesin cuci, dan sebagainya.

“Kamu ngapain nglakuin itu?”, tanyaku. “Ya biar dia mikir, apa amplopnya dari para tamu cukup untuk beli perabot ini semua?”, jawabnya berapi-api.

Aku hanya mengangguk-angguk mengiyakan walau sebenarnya aku juga belum sreg dengan alasan yang ia sampaikan. Bagiku menuruti omongan orang itu tidak perlu dan hanya buang-buang waktu. Sampai ketika hal itu terjadi padaku. Seorang kawan bercerita bahwa ada seorang yang membicarakanku karena aku punya jam tangan baru.

“Wanjir”, umpatku. Jadi ada seseorang yang syirik bahwa aku punya barang baru. Kira-kira apa yang mendorongnya membicarakan hal ini? Ini adalah jam tangan biasa seperti orang-orang pakai pada umumnya. See, aku baru sadar bahwa aku pegang uang kas dan mungkin itu yang membuatnya berpikir lain.

Oh my god, apa aku harus bercerita kepada setiap orang bahwa jam tangan ini adalah hadiah ulang tahun dari kakakku? Atau aku mengunggahnya di ig story dengan kepsyen berbunga-bunga? It’s really useless dan justru kelihatan Alay banget.

Belum berhenti sampai di situ, pada kemudian hari lagi-lagi aku mendengar komentar senada terkait hp baruku. Ya ampun. Susah banget ya berbuat bener. Its just a mobile phone and everybody buy it. Apa yang mereka pikirkan? Hmm.. aku rasa mereka lupa bahwa aku juga bekerja, punya usaha, dan berpenghasilan. Jadi ya wajar aku bisa membeli barang baru. 

Yah, jadi sorotan memang tidak mengenakkan. Hubungan yang semula baik-baik saja jadi semacam ada gap gara-gara komentar toxic. Bisa jadi sih itu hanya sebuah candaan semacam, “Wah.. motor baru nih.. banyak duit.. traktir dong”, dan sebagainya. Kalau seperti itu sih nggak papa ya. Cuma kadang orang lain menerjemahkannya secara berbeda. Misal ada temenmu bilang gini, “Wah.. motor baru nih.. proyek apa nih.. pinter nyari duit lu.. banyak akal lu”, dan posisi lu megangn keuangan. Kan kesannya lain.

Yah pada akhirnya kita memang perlu berhati-hati dalam bicara jangan sampai mengusik hati. Dan kita juga perlu menjaga hati jangan terlalu pusing dengan omongan orang. Aku juga masih belajar. Tapi ya saranku, kadang-kadang perlu lah pamer. Misal kita pamer barang bagus sebagai hasil kerja keras kita sesekali Upload juga pamerin juga betapa kerasnya kita bekerja.. jadi kita terhindar dari komen negatif. Tapi soal akan datang komen negatif lainnya aku nggak tahu. wkwkw

Separuh Desember yang Buruk

 Separuh desember ini mungkin terasa buruk bagiku. Aku tidak cukup punya kesempatan untuk berbincang hangat denganmu. Padahal waktu-waktu ini ku kira adalah waktu yang pas untuk bercengkerama mengingat ini adalah hari libur yang cukup lama.

Setelah kesibukan pekerjaanku usai aku menjadi semacam patung bergerak. Mungkin aku bisa berjalan kemanapun aku inginkan. Tapi aku tak cukup puas karena hati ini masih menyimpan gelisah. Aku ingin bertemu dan melepas semua dahaga rindu.

Jangankan bertemu, telfon saja tidak bisa kita lakukan. Dalam hal ini hp tak cukup berguna. Kau tahu setiap waktu aku membolak-balik layar hape hanya menunggu adakah kamu memberi kabar untukku.

Aku memang laki-laki cemen. Bagaimana bisa seorang laki-laki menunggu pesan dari wanita? Lelaki macam apa aku ini?

Beberapa kali kita berbalas pesan. Dan berulang kali kau pamit untuk suatu hal. Atau beberapa kali pesanku hanya terbaca tanpa ada balasan. Aku tak tahu. Aku hanya tahu kau sedang sibuk dan cukup sibuk dengan duniamu. Aku mencoba mengerti. Mungkin susah sekali menjadi dirimu yang perlu membagi waktu untuk banyak persoalan.

Kecewa? Tidak. Aku berusaha menjaga pikiran positif bahwa kau di sana juga sama rindunya denganku. Tapi sewajarnya kita bisa lah menyempatkan waktu untuk telfon sedikit lebih lama. Entah mengapa hal itu tidak kita lakukan. Mungkin kita berdua sama malunya, sama takutnya, atau sama gengsinya. Entahlah.

Aku bukannya gengsi. Tapi ya itu tadi. Aku pikir kamu cukup sibuk dan belum bisa dihubungi untuk sementara waktu. Ini adalah waktu-waktu yang sulit. Aku merasa kacau di saat sedang sayang-sayangnya. Aku tak tahu kapan kondisi ini berlalu. Entahlah. Ku harap kita bisa melaluinya. 

I love you.


Krisis Percaya diri

Perasaan merasa tidak penting, merasa tidak dibutuhkan dan bukan siapapun datang kembali. Aku pernah jatuh dan bangkit lagi karena cinta. Masa iya cinta jualah yang membuatku menderita. Omegatt. Memang benar. Saat ini aku sedang dilanda krisis percaya diri. 

Aku rindu saat-saat kau menerangiku dengan tawa dan cinta. Hariku hidup malamku indah. Bunga-bunga di jiwa bermekaran mendapat sinar mentari. Aku merasa lahir kembali.

Namun sayang berjuta sayang. Mentari meredup. Raib ditelan mendung hitam kelam. Hariku gelap gulita tanpa pelita. Jiwaku terguncang bagai kapal diterjang gelombang di tengah lautan. 

Ya Awoh.. Kok mesakno men yo aku. Wakakak

Adakah aku dapat mengusir sepi ini. Mendambakan cahaya yang menghangatkan jiwa. Kasihilah musafir ini. Musafir yang menggelandang mencari tempat berlabuh. Menambatkan cinta dan segala rasa. 

Kasihku, mungkin aku lelaki yang tak tahu malu. Aku menyanyikan syair dan mengemis perhatian kepada tuan putri yang agung. Yang bergelimang intan mutiara. Sementara aku hanya pangeran kasyaf. Anggep aja kaya kisah beauty and the beast. 

Sayangku, dengarkanlah rintih jiwa ini yang berpadu dengan rintik hujan malam. Sungguh aku mencintaimu. Tidak ada wanita lain selain dirimu. Hanya kamu yang ku mau. Oke. Mau ya.. Mau..