Minggu, 06 November 2016

MAKALAH NUZULUL QUR’AN



NUZULUL QUR’AN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : M. Nuruddin, M,Ag


Disusun oleh :
M. Abdul Ghofur    (1310320005)
Taufiqurrohman     (1310320017)



PROGRAM STUDI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban bagi seorang muslim. Karena,Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin yang menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama. Kitab suci yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.Karena itu, hendaknya kita tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya.
Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah turunnya Al Qur`an, agar iman semakin tumbuh dan teguh. Bagimana sejarah turunnya al -Qur’an tersebut? Pelajaran apa yang dapat kitaambil dari sejarah turunnya al -Qur’an? Dan banyak hal yang mesti kita ketahui tentang al-Qur’an ini.
Ulumul Qur’an adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam keilmuan keislaman yang terkait dengan al-Qur’an dari berbagai seginya. Sebagaimana diketahui begitu al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., al-Qur’an mendapat perhatian yang demikian besar dari semua kalangan, Baik dari kaum muslimin sendiri ataupun kaum Quraisy Mekkah yang masih ingkar dengan kehadiran al-Qur’an.Dengan adanya pembahasan ini tentunya kami semua berharap semakin memperkaya ilmu pengetahuan kami khususnya tentang Nuzulul Qur’an.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian Nuzulul Qur’an?
2.    Bagaimana proses turunnya al-Qur’an ?
3.    Apa wahyu pertama dan terakhir nabi?
4.    Apa hikmah dibalik turunnya al-Qur’an secara bertahap?
5.    Bagaimana cara pemeliharaan al-Qur’an?


6.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Lafadz ‘Nuzul’ secara bahasa berarti “menetap di suatu tempat” atau “turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya adalah nazala yang artinya “dia telah turun” atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah “Peristiwa diturunkannya wahyu Allah Swt (al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril As secara bertahap”.
Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad Saw.
Peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam sebuah firman Allah :
شهر رمضان الذي انزل فيه القران هدى للناس وبينات الهدى والفرقان..... الاية
Artinya: “Ramadhan yang padanya diturunkan al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (Surah al-Baqarah, ayat 185)
Menurut bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja iqro yang berarti bacalah. “Qur’an ” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti “bacaan”, asal kata qara’a. Kata al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).Karena Al-Qur’an bukan saja harus di baca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya.Baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagal tersebut dalam ayat 17, 18 surah (75) Al-Qiyaamah :
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ - فَإِذَا قَرَأْنَـهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ
Artinya:
‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan)bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. karena itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.

B.     PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN
Turunnya Qur’an merupakan perstiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al-Qur’an  yang pertama kali pada malamlailatul qadarmerupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemulian umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.
Allah menurunkan al-Qur’an kepada manusia melalui 3 kali tahap penurunan.[1]
1.       Di lauhil mahfudz
﴿بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجيدٌ. فيلَوْحٍ مَحْفُوظٍ ﴾ البروج :21 - 22
semua orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?Ibnu katsir lewat riwayat ibnu khatam:
“Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil mahfudz”
Artinya: “Apapun yang di qodo’ Allah sebelum dan sesudah alquran , semuanya itu di letakkan di lauhil mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan tidak diijinkan siapaun tau tentang lauhil mahfudz. Adapun jumlahnya seklaigus atau jumlatan wahidatan.

2.      Dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izza
Tahap Kedua, Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke langit bumi (Baitul ‘Izzah)
Berdasarkan kepada beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits berkah yang dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar) dalam bulan suci Ramadhan. Sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.”(Q.S Al-Qadr: 1)
Dan firman Allah :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Q.S. Al Baqarah: 185)
Dan firman Allah :
“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad-Dukhaan: 3)
Tiga ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Al-Qur’an, diturunkan pada suatu malam bulan Ramadhan yang dinamakna malam Lailatul Qadar yang penuh berkah. Demikian juga berdasarkan beberapa riwayat sebagai berikut :
“Riwayat dari Ibn Abbas ra. berkata : Al-Qur'an dipisahkan dari Adz Dzikir lalu Al-Qur'an itu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, lalu Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi.”
Dan hadis riwayat Ibnu Abbas :
“Riwayat dari Ibnu Abbas berkata : Al-Qur'an diturunkan sekaligus langit bumi (Bait Al-Izzah) berada di Mawaqi’a Al-Nujum (tempat bintang-bintang) dan kemudian Allah menurukan kepada Rasul-Nya dengan berangsur-angsur.”
Dan hadits riwayat Imam Thabrani :
“Riwayat dari Ibnu Abbas ra. berkata : Al-Qur'an diturunkan pada malam Al-Qadar pada bulan Ramadhan di langit bumi sekaligus kemudian diturunkan secara berangsur-angsur.”
Ketiga riwayat tersebut dijelaskan di dalam Al-Iqam bahwa ketiganya adalah sahih sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Suyuthy riwayat dari Ibn Abbas, dimana dia ditanya oleh Athiyah bin Aswad dia berkata : “Dalam hatiku terdapat keraguan tentang firman Allah dalam surah Al - baqarah ayat 185 :
“ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran…….”
dan firman Allah dalam surah Al – Qadr ayat 1:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”
Sedangkan Al-Qur’an ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, Safar dan bulan Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. Ibnu Abbas menjawab bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar secara sekaligus yang kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur di sepanjang bulan dan hari.
Yang dimaksud dengan nujum (bertahap) adalah diturunkan sedikit demi sedikit dan terpisah-pisah, sebagiannya menjelaskan bagian yang lain sesuai dengan fungsi dan kedudukannya.
Al-Suyuthy mengemukakan bahwa Al-Qurthuby telah menukilkan hikayat Ijma’ bahwa turunnya Al-Qur’an secara sekaligus adalah dari Lauh Al-Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit pertama.
Barangkali hikmah dari penurunan ini adalah untuk menyatakan keagungan Al-Qur’an dan kebesaran bagi orang yang diturunkannya dengan cara memberitahukan kepada penghuni langit yang tujuh bahwa kitab yang paling terakhir yang disampaikan kepada Rasul penutup dari umat pilihan sungguh telah diambang pintu dan niscaya akan segera diturunkan kepadanya.
As-Suyuthy berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang menyatakan turunnya kepada umat secara bertahap sesuai dengan keadaan niscaya akan sampai ke muka bumi secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya, maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, turun secara sekaligus kemudian diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap orang yang akan menerimanya.

3.      Dari baitul ‘izzah ke Rasulallah.
Dalilnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, antara lain :
·  Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” ( QS. Al-Baqarah ; 99 ).
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
·  Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang mutasyabbihat.” ( QS. Ali Imran :7 ).
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
·  Ia ( Al-Qur’an   ) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin(Jibrl) ke dalam hatimu ( Muhammad ) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan.” ( QS.Asy – Syu’ara :193 – 194).
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
·  ”Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata: ”Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu datang kepadamu? Maka Rasulullah SAW bersabda: kadang-kadang datang kepadaku seperti gemurunnya bunyi lonceng, dan itu paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah mengusai apa yang sudah diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku kuasai apa yang dikatakannya.” Aisyah lalu berkata: “Saya pernah melihat beliau wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau, maka bercucurlah keringat dipelipis beliau.” ( H.R. Al-Bukhari ).
Penurunannya tidak seklaigus, namun berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahunberdasrkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat malaikat jibril.
Adapun kitab-kitab samawi yang lain,sepertitaurat, injil, dan zabur,turunnya sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur.Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya dalam surah al-furqan ayat 32:
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir: ‘mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok.”(al-furqon [25]:32).
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun sekaligus.Dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama. Seandainya kitab-kitab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah orang-orang kafir tidak akan merasa heran terhadap Qur’an yang turun berangsur-angsur.Maka kata-kata mereka, “mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus” Seperti halnya kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah Sunnah-Nya didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka dalam surah al-Furqan ayat 7:
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا
”Dan mereka berkata: mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar?”(Al-Furqon:7) dengan jawaban:
“Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar.”
Tetapi Allah menjawab mereka dengan menjelaskan hikmah mengapa Qur’an diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya: “Demikiannlah supaya kami perkuat hatimu”, maksudnya: Demikianlah kami menurunkan Qur’an  secara bertahap dan pisah-pisah karena suatu hikmah,yaitu untuk memperkuat hati rasulullah Saw. “Dan kami membacakannya kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya seayat demi seayat atau bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya, karena tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu lebih dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab kemantapan (didalam hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan bahwa Qur’an  turun menurut keperluan,terkadang turun 5 ayat,10 ayat terkadang lebuh banyak dari itu.
Menurut saikh al-khudlari dalam bukunya, tarikh tasyi, masa turunnya al-Qur’an  yang di mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW hingga akhir turunnya ayat pada 19 djulhijah tahun ke 63 dari usia beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian di bagi oleh para ulama menjadi dua periode yaitu periode mekah dan periode madinah.[2]
Periode mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-ayat al-Qur’an  pada tujuh belas ramadhan, pada tahun 41 dari kelahiran beliau hingga awal rabiul awal ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah meninggalkan mekah menuju madinah.
Periode madinah dimulai sejak nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah dan menetap disana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada 9 dzulhijah tahun ke 10 dari kelahiran beliau. Dengan demikian, periode mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari dan periode madinah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari.
C.    Ayat yang Pertama Diturunkan :
Terdapat empat pendapat mengenai apakah yang mula-mula diturunkan mengenai al-Qur ,an :
a.  Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih) setuju yaitu yang pertama diturunkan ialah lima ayat pertama  surah al-‘Alaq berdasarkan riwayat ‘Aisyah yang dicatat oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-Hakim dalam kitab-kitab hadis  mereka. Aisyah r.a. menyatakan: “Sesungguhnya permulaan wahyu datang kepada Rasulullah SAW. melalui mimpi yang benar di waktu tidur. Mimpi itu jelas dan terang bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian dia gemar menyendiri dan pergi ke gua Hira. untuk beribadah beberapa malam dengan membawa bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali kepada isterinya Khadijah r.a., maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu sehingga beliau didatangi dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira’ tersebut, apabila seorang malaikat (Jibril a.s.) datang kepadanya dan mengatakan: “Bacalah!” Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Malaikat tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa sesak nafas, kemudian aku dilepaskannya sambil berkata lagi: “Bacalah!” Maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Lalu dia memeluk-ku sampai aku rasa sesak nafas dan dilepaskannya sambil berkata: “Bacalah!” Aku menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Maka dia memeluk-ku buat ketiga kalinya seraya berkata: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan perantaraan kalam dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Setelah berlaku peristiwa itu kembalilah Rasulullah SAW. kepada isterinya Khadijah (membawa ayat-ayat ini) dengan tubuh menggigil………hingga akhir hadis” (al-Hadis).
Imam-imam yang lain seperti al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam al-Dala’il dan al-Tabrani dalam al-Kabir mengesahkan ayat tersebut adalah yang pertama diturunkan.

b Pendapat lain mengatakan Surah al-Muddatstsir yang pertama kali diturunkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah seorang sahabat. Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin ‘Abdullah: Yang manakah di antara al-Qur ,an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab,” يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ [3][5] “. Aku berkata, “Atau iqra bismirabbikal ladzi Khalak[4]. Dia Jabir berkata,”Aku katakan kepada-mu apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepada kami: “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira’. Maka ketika habis masa diam-ku, aku turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!” Atau “Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”.
Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira’, atau al-Muddassir adalah surah yang pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah Iqra’ dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.
Ayat yang Terakhir Diturunkan
Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar oleh mereka kepada  Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:
1.        Amir al-Sha’bi meriwayatkan bahawa ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata: “Ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba.” Firman Allah,
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَاإِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba - yang belum dipungut -.” (al-Baqarah:278).
2.        ‘Abdullah bin ‘Utbah r.a. katanya, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata kepada saya: “Adakah anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku “tahu” yang terjemahnya yaitu :
(Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu ‘Abbas: “Kamu benar.”
3.        Said bin Jubayr mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,
لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ
“Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar.” (An-nisa’:93). Saya menemui Ibn ‘Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: “Ayat ini adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini.”
Pendapat Ubay bin Ka’ab
Yusuf bin Mihran meriwayatkan kepada‘Abdullah bin ‘Abbas  Ubay bin Ka’ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,
بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ   عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَ دْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ لَقَ  ا
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW,berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min .” (aT-Taubah:128)
Pendapat ‘Aisyah.
Jubayr bin Nufayl berkata, “Aku pergi menemui ‘Aisyah, yang bertanya kepadaku: Adakah kamu membaca Surah al-Ma’idah? Aku katakan Ya. Dia berkata: Inilah Surah terakhir yang diturunkan……”
Pendapat ‘Umar bin-Khattab
Abu Sa’id al-   Khudry meriwayatkan kepada ‘Umar bin-Khatab yang memberitahu ayat terakhir diturunkan ialah pengharaman riba’ (al-Baqarah:275) dan Rasulullah SAW. wafat beberapa hari selepas itu dan perkara riba’ tersebut tidak tertinggal tanpa penjelasan.
Sekiranya kita menganalisis pendapat-pendapat di atas, kita akan menghadapi kesukaran untuk menentukan ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW disebabkan perbedaan pendapat tersebut. Walau bagaimanapun kita boleh membuat rumusan berdasarkan logika
a.         Ayat 275 hingga 281 surah al-Baqarah nampaknya diturunkan bersama karena ayat ini membicarakan persoalan riba’ dan hukum berkaitannya. ‘Umar dan ‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan ayat riba merupakan ayat terakhir  diturunkan kepada  Rasullah SAW, tepat  Rasulullah wafat 9 hari setelah ayat ini diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn Juraij mengenai ayat 281, surah al-Baqarah.
Kesimpulannya, Surah aT-Taubah sebagai surah panjang terakhir turun; Surah An-nasr surah pendek terakhir turun; dan ayat 275 hingga 281 Surah al-Baqarah merupakan ayat terakhir diturunkan.  Inilah catatan tentang ayat terakhir turun, yaitu melalui intervensi atau alasan yang lebih mendukung.
D.    HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP
Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah SAW. sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat dan ayat-perayat. sebagaimana yang kita ketahui segala sesuatu yang Allah kehendaki itu mengandung hikmah dan memiliki tujuan. Nah begitu juga dengan proses turunnya Al-Qur’an secara bertahap. Diantara hikmah atau tujuannya adalah sebagai berikut :[5]
1.      Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad Saw
2.      Supaya mudah dihafal dan dipahami
3.      Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya
4.      Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
5.      Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat)
6.      Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an

E.     Pemeliharaan Al-qur’an
pada masa nabi Muhammad SAW
Pada masa Rosulullah masih hidup Al-qur’an di pelihara sedemikian rupa, di masa rosul masih hidupnya dalam menyampaikan wahyu kepada para sahabat dan memerintahkan agar sahabat menghafalnya dengan baik, sehinnga cara yang paling terkenal untuk memelihara Al-qur’an adalah dengan menghafal dan menulisnya.
Terdapat 3 unsur yang dapat memelihara Al-qur’an yang telah di turunkan, yaitu :
1. Hafalan mereka yang hafal Al-qur’an.
2. Naskah-naskah yang di tulis oleh nabi
3. Naskah-naskah yang di tulis oleh mereka yang pandai             menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.
            Ketika nabi wafat, Al-qur’an tersebut telah sempurna di turunkan dan telah di hafalkan oleh ribuan manusia, dan telah di tuliskan semua ayat-ayatnya. Semua ayatnya telah disusun dengan tertib menurut urutan yang ditujukan sendiri oleh Nabi.
            Mereka telah mendengar Al-qur’an itu dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam shalat, dan Khutbah. Pendek kata Al-qur’an tersebut telah terjaga dengan baik.
Pemeliharan Al-qur’an pada zaman sahabat
            Setelah Rosullah SAW wafat, pemerintahan islam di pegang oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menjabat menggantikan Rosullah SAW, dia menghadapi beberapa pristiwa-pristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagai orang arab. Karena itu beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkan untuk memerangai orang-orang murtad itu.
Salah satu peperangan yang terjadi adalah peperangan Yahmamah yang terjadi pada tahun 12 H yang melibatkan para penghafal Al-qur’an, dalam peperangan ini terdapat 70 qurra’ atau hafis Al-qur’an yang gugur. Umar bin Khatab merasa resah dengan banyaknya para sahabat penghafal Al-qur’an wafat terbunuh dalam peperangan, lalu Ubar menghadap ke Abu Bakar dan menyampaikan berita tentang banyaknya qurra’ yang wafat, setelah itu Umar mengumpulkan agar Al-qur’an di mushaf kan agar Al-qur’an tidak di musnakan, karna itu Umar khwatir banyaknya nanti para penghafal Al-qur’an terbunuh kembali dalam peperangan selanjutnya.
            Pada masa khalifah Umar ini tidak membicarakan Al-qur’an melainkan lebih memfokuskan pada pengembangan ajaran islm dan wilayah kekuasaan Islam, serta mengendepankan ajaran Islam. Al-qur’an juga tidak di pahami secara tekstual saja, tapi lebih jauh lagi di pahami secara kontekstual.
            Di masa Ustman bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan Azarbaiyan di sebelah Timur dan Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian kelihatan lah bahwa kaum muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesin, Syariah, Irak, Persia dan Afrika. Kemanapum mereka pergi dan mereka tinggal, Al-qur’an itu tetap menjadi imam mereka, di antara mereka banyak menghafal Al-qur’an itu. Pada mereka terdapat naskah-naskah Al-qur’an, tetapi naskah-naskah yang mereka punya itu tidak sama susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan tersebut  adalah karena Rosullah sendiripun memberikan kelonggaran kepada kabila-kabilah arab yang berada di masanya untuk membaca dan melafalkan Al-qur’an itu menurut dialok mereka masinng-masing. Kelonggaran ini di berikan oleh Nabi supaya mereka ,menghafal Al-qur’an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda 
Bahwa perbedaan bacaan tersebut bila dibiarkan akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak di inginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Maka khalifa Utsman bin Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-qur’an yang di tulis di masa khalifah Abu Bakar yang di simpan olehnya untuk di salin. Oleh Utsman di bentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam.
3. pemiliharaan Al-qur’an pada masa Tabi’in.
            Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang empat, timbul zaman Bani Umayyah. Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu dan penyebaran ilmu-ilmu Al-qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran, secara lisan bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukaannya. Orang-orang yang paling berjasa dalam periwayatan ini adalah khalifah yang empat, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-Asy’an, Abdullah Ibnu Al-Zubair. Sedangkan dari kalangan sahabat Mujahid, ‘Atha, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan Al Bashri, Said Ibn Jubair, Zaid Ibn Aslam di Madinah.
            Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn Jarir Al-Thabari. Al-thabari adalah mufassir pertama membentangkan bagi berbagai pendapat dan mentarjih sebagainya atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari Al-qur’an). Di abad ke-3 ini juga lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh , ilmu tentang ayat-ayat makiah dan madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-Madaniyah. Guru Imam Al-bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul; Abu “Ubaid Al-Qasim Ibn Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan keutamaan-keutamaan Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat turun di mekkah dan madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II) mengarang kitab Al-Hawi fi-‘ulum Al-quran
BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya mu’jizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini mu’jizat tersebut, menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya pasti akan selamat di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan bahkan  tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang turun melalui perantara malaikat jibril secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan Nuzulul Qur’an.
Pengertian Nuzulul Qur’an secara istilah adalah Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS secara bertahap. Al-Qur’an diturunkannya melalui tiga fase atau tahapan. Tahap pertama, Al-Qur’an diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Kedua Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzahdi Langit dunia. Ketiga, Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Quraisy.
Ayat-ayat Al Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.
Adapun ayat yang pertama dan terakhir turun menurut jumhur ulama’ adalah al-alaq ayat 1-5 dan al maidah ayat 3
Dengan diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian.
2.      Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Bertahap yaitu :
1)      Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.
2)      Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an.
3)      Supaya mudah dihafal dan dipahami.
4)      Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima al-Qur’an dan giat mengamalkannya.
5)      Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.





DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan,Manna Khalil. Studi ilmu-ilmu Qur’an. 2010. Jakarta: Litera antarnusa
Anwar,Rosihan.Ulum Al-Qur’an untuk UIN,STAIN, dan PTAIS. 2010.  CV Bandung: Pustaka Setia.
Hatahilah. Sejarah Al-Qur’an . 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta: Teras
Mukazir AS. 2004. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka litera Antarnusa
Teuku M. Hasbi ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur.an dan Tafsir, 2009. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Zuhdi masjfuk.. Pengantar Ulumul Qur’an. 1990. Surabaya: PT Bina Ilmu


[1]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta: Teras
[2]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta: Teras. Hal. 19
[3]Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Lihat Surat AL-Mudazzir) h. 849
[4] Ibid. h. 904
[5]Mohammad GufrondanRahmawati.UlumulQur’an :PraktisdanMudah. 2013. Yogyakarta: Teras. Hal. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar