Senin, 23 April 2018

Karangan Awaliyah III



Iffa rahmawati
            Suatu hari, saya bersama teman saya pergi ke suatu tempat. Dalam perjalanan untuk sampai ke tempat tersebut memakan waktu yang cukup lama. Akhirnya saya dan teman saya berhenti sejenak di sebuah masjid terdekat sekitar pukul 09.30 WIB. Kemudian kami masuk dan bergegas mengambil air wudhu lalu mengerjakan sholat dhuha.
            Setelah selesai mengerjakan sholat dhuha kami keluar. Kami tidak langsung melanjutkan perjalanan kami, melainkan kita duduk-duduk sebentar di depan teras masjid untuk menghilangkan rasa capek.
            Pada saat itu saya dihampiri seorang wanita tua berumur 60-an, dan terjadilah perbincangan diantara kami.

            “Dari mana asal kalian nak?”, tanya wanita tua itu kepada kami.
            “Kami dari demak mau ke kudus buk...”, jawab saya.
            “Emm... sudah jam segini, apakah kalian sudah melaksanakan sholat dhuha?”, tanya ibu itu lagi.
            “Syukurlah, sholat dhuha itu penting nak, walaupun termasuk kategori sunah” tambahnya lagi.
            “Mengapa begitu, Bu?” kali ini teman saya yang bertanya.
            “Karena Rosullah saw, bersabda: “Barangsiapa yang melakukan sholat dhuha dua belas rokaat, niscaya Allah membangunkan sebuah istana baginya.”(HR. Tirmidzi)”
            Kami berdua hanya terdiam mendengarkan nasehat dari ibu itu, lalu ibu itu menambahkan lagi.
            “Aisyah ra juga berkata, bahwa rosulullah SAW biasanya mengerjakan sholat dhuha 4 rokaat dan menambah seperti yang dikehendaki Allah” (HR. Muslim)
            “Ya sudah kalau begitu, Nak. Ibu pamit pulang dulu, semoga apa yang Ibu sampaikan tadi bermanfaat bagi kalian dan terutama bagi ibu sendiri”
            “Aamiin...” jawab kami bersama.
            Ibu itu mengakhiri perbincangan kammi lalu bergegas pulang. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi agar bisa sampai ke tempat yang kami tuju.

Cerita diatas berdasarkan hadist no.8
وعن عائشىة رضى الله عنه قالت : كان رسول الله ص.م يصلى الضحى اربعا, ويزيد ما شاء الله (رواه مسلم)
“Aisyah r,a juga berkata, bahwa rosulullah SAW biasanya mengerjakan sholat dhuha 4 rokaat dan menambah seperti yang dikehendaki Allah” (HR. Muslim)

Eni Nirnawati
Hadist nomer 11
            Suatu ketika ada seorang pemuda yang melakukan perjalanan bersama kawannya menuju desa yang terpencil yang berada didaerah kalimantan. Pemuda itu bernama aldi dan kawannya bernama muhammad. Di tengah-tengah perjalanan yang cukup lama tidak sengaja mereka meliha jam tangan mereka yang menunjukkan sudah pukul jam 14.00 WIB. Mereka sangat terkejut, karena mereka belum melaksanakan sholat dhuhur. Ketika mereka berdua ingin melaksanakan sholat dhuhur di tengah perjalanan mereka tidak menjumpai adanya masjid di pinggir jalan. Selama mereka melakukan perjalanan yang cukup lama tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.20 WIB. Itu sudah masuk waktu ashar. Akhirnya mereka memutuskan untuk melaksanakan sholat dhuhur bersamaan dengan sholat asar karena mereka menjumpai masjid pada waktu asar. Setelah melaksanakan itu mereka melanjutkan perjalananya kedaerah yang dituju.



Indah Nur Rani
Hadis no. 13
            Di sebuah desa terpencil di daerah Jawa Tengah, terdapat seorang anak yang rajin,pandai dan disiplin. Dia bernama joko. Pada saat hari raya idhul fitri dia tidak pergi ke tempat sholat (masjid) dan sehingga dia pergi pergi ke dapur serta mencari makanan kemudian dia makan terlebih dahulu. Hal itu sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Ahmad melakukan hal tersebut setelah mendapat pelajaran dari ayahnya itu yaitu Pak Umar yang pada waktu itu mengajar anak-anak pada saat bulan puasa.
            Pada saat itu, Ahmad juga melakukan hal yang berlawanan. Yaitu ketika shalat hari raya idul qurban dia tidak makan terlebih dahulu sehingga dia melaksanakan shalatnya terlebih dahulu. Itu juga sangat di anjurkan oleh Nabi Muhammad saw kepada umat islam.
            Sejak Ahmad mengetahui apa yang dianjurkan rasulullah saw tersebut, pada saat shalat hari raya idul fitri dan shalat hari raya idul adha Dia selalu melakukan hal tersebut dan mengamalkan kepada teman-temannya.

Muhammad Ulul Azmi
            Pada hari itu, saya membaca buku yang dimana buku tersebut yang saya baca itu tentang kisah nabi. Begini ceritanya. Pada hari itu ada dua orang, yang siapa orang tersebut adalah ibu dan anaknya. Ibu itu pun menyuruh anaknya untuk belajar dan memahami kisah-kisah nabi. Dan beberapa hari kemudian ibunya si anak tersebut bertanya kepada anaknya.
            Ibu : “Gimana anakku... apakah kamu sudah bisa memahaminya?”
            Anak : “Iya, Bu. Saya sudah mulai sedikit-sedikit memahaminya”
            Ibu: “Dulu ibu pun pada saat masih sepertimu disuruh nenekmu untuk memahami kisah nabi. Lha kamu belajarnya sudah sampai mana?”
            Anak: “Iini lho, Bu. Kisah tentang Nabi Muhammad saw melaksanakan 10 rokaat. Yaitu 2 rokaat sebelum dzuhur, 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat sesudah maghrib di rumahnya, 2 rokaat sesudah isya’ di rumahnya, 2 rokaat sebelum subuh, 2 rokaat sesudah shalat jum’at di rumahnya.
            Ibu: “Owh... Itu kalau bisa kisah-kisah Nabi itu kamu hafalkan dan ingat-ingat. Serta yang paling penting kamu lakukan atau perbuat apa yang dilakukan oleh nabi itu sunah”

Ahmad Yunus
            Di suatu hari tanpa sengaja, saya bertemu segerombolan anak yang sedang duduk di serambi Masjid Mu’takaf An-Nur. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang tampak seru. Terdengar dari kejauhan, mereka sedang membicarakan tentang masalah sholat sunah, Tepatnya sholat sunah yang paling utama dan yang lebih diutamakan setelah sholat fardhu.
Saya mencoba mendekat di kerumunan musyawarah mereka, salah satu dari mereka menegaskan bahwa shalat sunah yang paling utama dan diutamakan setelah sholat fardhu adalah sholat sunah Rowatib, ada juga yang mengatakan sholat sunah yang paling utama adalah sholat dhuha, ada lagi yang mengatakan bahwa yang paling utama ialah sholat witir, dengan alasan  ان الله يحب الوتر “Sesungguhnya Allah suka yang ganjil”.
Suasana semakin memanas, karena mereka tidak saling membenarkan satu dengan lainnya, mereka saling berpegang teguh dengan pendapat masing-masing, saling adu argumen, saling adu alasan, saling adu kefahaman. Kemudian saya angkat bicara dengan membacakan salah satu hadist yang diriwayatkan dari Abi Hurairoh yang berbunyi
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "افضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل " اخرجه مسلم  
Yang insyaallah artinya:  “Rasulullah S.A.W bersabda: “Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu ialah shalat malam”. HR Muslim
            Seketika suasana hening, semuanya merenungkan hadist yang saya baca. Akhirnya musyawarah pun di akhiri. Kurang lebihnya mohon maaf Wassalamualikum Wr Wb

Ali Yusuf Fahmi
Di pagi yang cerah terbitlah mentari yang tadzim kepada penciptanya, kala itu ada seorang pemuda yang sangat aduhai dari desa sebelah, ia bernama si Casper. Dia ingin mendalami ilmu agama di suatu pesantren yang Casper idam-idamkan. Singkat cerita Casper pun sudah masuk atau menjadi santri di pondok pesantren (sensor), Casper sangat bahagia mempunyai teman banyak.
Pesantren tersebut mengkaji kitab kitab antara lain, kitab Tafsir Jalalain, Fathul Qorib, Bulugul Marom, dan Nahwu Shorof. Casper sangat bersemangat dalam mengkaji kitab-kitab tersebut dan bercita-cita menjadi penerjemah bahasa arab.
Akhirnya si Casper menemukan problematika merenung kesana kemari dan bertanya. Kenapa sih Pak Kyai ketika sholat subuh melafalkan surat al kafirun dan al ihlas. Datanglah kawan seperjuanganya yang bernama Neymar. Terjadilah dialog antara Casper dan Neymar
Neymar bertanya, “Ada apa gerangan(casper)”, lagi gegana yaa”.
“Yaa, aku sedang bertanya tanya kenapa sih setiap imam sholat subuh melafalkan surat al kafirun dan surat al ihklas?”. Casper melontarkan pertanyaan itu  kepada neymar.
Neymar yang merasa senior menanggapi pertanyaan dari casper. “Ohh itu toh yang kamu geganakan (gelisah galau merana). So imam melafalkan surat alkafirun pada rokaat pertama dan melafalkan surat al ihklas pada rokaat ke dua itu di karenakan imam mengikuti perilaku Rosul saw”.
وعن ابى هريرة رضى الله عنه: قرأ فى ركعتي الفجر(قل يا ا يها الكا فرون) و:(قل هوالله احد) رواه مسلم   
Diriwayatkan dari abu hurairoh “sesungguhnya nabi ketika sholat fajar membaca surat al kafirun dan suratal ihklas.
         Casper : “Hmmmm, jadi itu toh referensi imam membaca surat tersebut
Sekarang Casper sudah tau kenapa imam membaca surat al kafirun dan al ikhlas, karna imam melakukan sunnah rosul.

Naili Asna Muna
            Pak Fatih adalah seorang imam masjid di kota Papua, ketika itu beliau sedang mengimami sholat dhuhur, dan jama’ahnya sangat banyak. Maka beliau meringankan sholatnya, beliau tahu ma’mumnya terdiri dari anak kecil, orang tua dan orang-orang yang lemah, supaya jama’ahnya merasa nyaman dengan sholatnya.
            Pak Fatih sedang jalan-jalan di Jakarta dan dia mengunjungi sebuah masjid di Jongol untuk melaksanakan sholat asar dan ketika itu imamnya adalah Pak Dani. Pak dani sangat panjang bacaannya tanpa memperdulikan bahwa ma’mumnya yang kebanyakan orang tua, sehingga banyak orang tua yang tak khusu’ menjalani sholatnya.
            Ketika selesai sholat Pak Fatih menghampiri Pak Dani dan menasehatinya bahwa surat yang beliau baca itu sangat panjang. Tapi Pak Dani tidak menggubrisnya. Di tengah pembicaraan, anak kecil menghampiri Pak Fatih dan Pak Dani. Anak itu bernama Wakwau. Dia mengatakan bahwa bacaan suratnya sangat panjang sehingga dia lelah berdiri. Setelah cerita itu Pak Dani baru menyadari kesalahannya.
            Pak Fatih menambahkan kalau kamu sholat sendiri ya terserah kamu dan atas kehendakmu. Nabi Muhammad saw bersabda dalam hadistnya, “Bila seseorang di antara kamu mengimami jama’ah, hendaklah ia meringankan sholatnya, karena jama’ahnya itu terdapat orang yang  kecil, orang tua, orang lemah, dan orang mendesak kebutuhannya”. Setelah kejadian itu Pak Dani dan Pak Fatih jadi bersahabat dan saling tukar menukar cerita satu sama lain.
Arin Anda Nafisah
            Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak sempurna mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tidak bisa melewatkan pesona ayat-ayat suci yang maha indah begitu saja.
            Sejak kecil ayahnya sudah sering membangunkannya jam 03.00 pagi. Ayahnya menggendongnya dan mengajaknya menikmati keindahan surgawi. Kindahan pesona langit, bintang gemintang dan bulan yang sedimikian fitri. Sehingga ketika ia sudah remaja, ia menjadi gadis yang taat agama.
            Ketika seruan untuk bersujud pada pencipta alam semesta, anak berusia 12 tahun itu sudah mengenakan mukena dan bersiap untuk ke masjid untuk melaksanakan sholat. Ia adalah Naila. Sepulang dari masjid, Naila berjalan sambil menikmati indahnya langit ketika semburat fajar tiba.
            Semburat mentari muncul dengan malu-malu. Naila berangkat sekolah mengenakan seragam putih biru dengan semangat. Ketika matahari di atas kepala, naila pulang dari sekolah. Naila tak pernah meninggalkan sholat. Sebelum dhuhur, Naila mengawali dengan sholat dua rokaat dan menutupnya dengan dua rokaat.
            Begitu pula saat sholat magrib, isya’, dan shubuh, Naila mengawali ataupun mengakhiri dengan sholat dua rokaat.

Sri Wahyuningsih
            Pada suatu hari ada seorang lelaki yang sudah beristri dan sudah mempunyai 1 anak perempuan yang di pondokan. Lelaki itu adalah seorang pekerja keras. Meskipun begitu, keadaan ekonomi keluarganya masih terbatas. Pekerjaannya hanya seorang nelayan.
            Pada suatu hari Sang Ayah itu pergi berlayar kesuatu daerah yang cukup jauh dari rumahnya dalam beberapa hari. Bahkan beberapa minggu. Setelah beberapa hari di sana, Sang Ayah merasa bosan, dia sangat merindukan keluarganya. Tapi dia berusaha menahan rasa bosan dan rindunya itu. Untuk menghilangkan rasa bosannya Sang Ayah berjalan-jalan ke pasar yang ada di sana bersama teman kerjanya. Ketika di pasar Sang Ayah melihat sebuah toko sepatu. Setelah melihat toko sepatu itu, tiba-tiba Sang Ayah ingat anak perempuannya yang ada di pondok. Sang Ayah ingin membelikan sepatu untuk anaknya. Kemudian Sang Ayah membeli sepatu itu. Setelah beberapa minggu  bekerja di daerah yang jauh dari rumahnya, akhirnya Sang Ayah pun pulang dan menemui anaknya di pondok, dan memberikan hadiah untuk anaknya. Yaitu sepatu yang dibelinya dipasar daerah tempat kerjanya. Sang anak sangat bahagia.
            Di suatu hari  ada seorang anak. Dia adalah teman dari Uma (anak yang dibelikan sepatu olah ayahnya) anak itu bernama Linda. Linda adalah anak dari seorang penjual sayur. Pada suatu hari Linda bercerita kepada Uma.
“Ma, aku mau cerita boleh nggak?” kata Linda.
“Kalau mau cerita, cerita aja. Aku siap dengerin kok”, kata Uma dengan penuh semangat.
“Saat ini aku sedih. Kemarin aku dapat kabar kalau ayahku sedang sakit dan tidak bisa bekerja. Dan kemarin juga aku dapat teguran dari ibu guru. Katanya aku disuruh ganti sepatu soalnya sepatu yang aku pakai sekarang sudah tidak layak digunakan lagi. Aku minta dibelikan sepatu sama orang tuaku, tapi aku juga tidak tega. Aku harus gimana?”.
“Oh gitu, kemarin aku baru aja dibeliin ayahku sepatu. Gimana kalau sepatu baru aku itu buat kamu aja?”
“Tidak, itu-kan sepatu baru”
“Gak papa kok. Aku yakin suatu hari nanti Allah pasti akan mengganti yang lebih baik lagi”
“Kamu bener, Ma?”
Iya, tentu saja”
Kamu memang sahabat yang paling baik. Terima kasih ma. Aku doakan semoga Allah memberi ni’mat yang lebih baik lagi
“Aamiin”.
            Akhirnya sepatu itupun menjadi milik Linda. Kedua sahabat itu saling berpelukan dan merasakan kebahagian yang luar biasa. Uma juga tidak merasa  sedih karna iya tahu kalau ada hadist yang menerangkan bahwa “Allah mencintai hamba yang bila dianugrahi ni’mat, ia memperlihatkan bekas ni’matnya”.

Naili Fatimatur Rahma
Cerita hadits ke 14
            Langit menjadi terang, matahari terus menerus mengeluarkan sinarnya. Awan kelabu pergi dengan sendirinya. Di sudut desa tepatnya di desa buko mengalami kekeringan, nampak warganya yang sibuk mencari air. Warganya rela berlari-lari, berdesak-desakan mengantri untuk mendapatkan air walau satu ember. Setiap pagi hari kita semua memperlukan air dalam kehidupan. Baik untuk mandi, minum, memasak atau mencuci. Semua sawah dan perkebunan warga mulai mati karena kekeringan. Sedangkan di bidang teknologi air (kincir air) mulai tidak bergerak.
            Saat ini warga mengandalkan sebuah truk yang mengangkut air bersih dari kota Semarang untuk desa yang memerlukan air itu. Meskipun sudah dikirim air untuk setiap harinya itupun tidak mencukupi dalam kehidupan sehari-harinya. Dan warga bersabar menghadapi cobaan yang diberikan Allah itu.
            Dan akhirnya warga sepakat untuk mengadakan sholat istisqo’ dan berdo’a bersama-sama untuk diberikan hujan lebat dan yang bermanfa’at (اللهم صيبا نافعا) semua warga melakukan semua itu dengan ikhlas dan penuh penghayatan.

Alif Rahma Fitriani
Tentang sholat jama’ah lebih utama dari pada sholat sendirian
            Di suatu hari, tepatnya adzan subuh berkumandang. Dimana rumah saya diapit oleh kedua tempat peribadatan yang kira-kira jarak keduanya dari rumah saya hanya melewati 12 rumah saja. Saya mendengarkan dengan seksama serta menjawab muadzin yang sedang adzan itu. Saya perhatikan antara masjid A dan B suaranya berbeda (ya, emang beda, orangnya aja beda J). Maksudnya, Masjid B yang menjadi muadzin adalah orang yang tinggal di sebelah rumah saya. Ternyata ohhh ternyata.... Pada lafad setelah حي على الصلاة dia lupa menambahkan lafad  خير من النوم الصلاة  (masih ngantuk kali ya...). Setelah itu di susul suara yang gk jelas (gubbbrakk) lalu dia melafadkan lafal خير من النوم الصلاة setelah selesai adzan, saya membaca doa lalu sholat sunah qobliyah subuh di rumah.
            Saya berjalan menuju pintu. Ketika saya membuka pintu tersebut (kreeeekkkkk) tiba-tiba saya mendengar suara iqomah dari masjid B. Saya bingung, sama-sama melewati 12 rumah kan. Sama-sama pegel, jauh, capek, letih, lelah. Tetapi saya langsung teringat tentang hadis yang baru saja di ajarkan oleh Bapak Ustad Abdul Gofur MA yaitu tentang sholat yang paling afdhol yaitu sholat jamaah
 الجماعة افضل من صلاة الفد بسبع سنين درجةصلاة
(kembali ke laptop)
            Terus saya menalar, sama-sama masjid tempat sholat, jaraknya juga sama, tapi iqomahnya yang beda, namun yang penting jama’ah biar dapat 27 derajat, kata pak Ustadz. Jadi saya bergegas ke masjid B untuk melakukan sholat. Setelah kira-kira melewati enam rumah, masjid A iqomah (tapi ya... saya abaikan, lagi pula jaraknya udah berbeda, masjid tadinya 12 rumah-5 rumah jadinya tinggal melewati 7 rumah sedangkan masjid A, 12 rumah + 5 rumah jadinya tambah jauh. Jadi 17 rumah). Kata Pak Ustadz lagi, sholat di mana saja boleh, mau deket, mau jauh tapi afdholnya sholat berjama’ah. Ya... jadi saya teruskan langkah saya ke masjid B saja yang lebih deket yang penting berjama’ah.

M.Fasfakhis Shofkal Jamil
Hadist ke2
            Pada suatu hari, ada 3 anak muda dari kota yang ingin berlibur ke desa. Mereka bernama Reza, David, dan Kevin, mereka berlibur ke rumah pamannya Reza yang berada di desa. Pamannya Reza bernama Pak Joko, ketika mereka sampai di rumahnya Pak Joko, mereka disambut dengan baik oleh Pak Joko. Mereka langsung istirahat karena lelah telah menempuh perjalanan yang cukup jauh.
            Di saat fajar Pak Joko sholat fajar dan ingin membangunkan Reza dan kawan-kawan. Pak Joko mengetuk kamar mereka sambil memanggil-manggil nama mereka, kemudian mereka bangun dan membuka pintu.
            “Ada apa, Paman?”, tanya Reza
            “Mari kita sholat”, jawab Pak Joko
            “Tapi ini masih jam 3 masih fajar belum subuh?”, sahut Kevin
            “Iya belum subuh tapi kita kan bisa sholat fajar sambil menunggu adzan subuh. Nabi bersabda:  ركعة الفجر خير من الدنيا وما فيها
            “Artinya apa, Paman?”, tanya Reza
            “Dua rokaat sholat fajar lebih baik dari pada dunia seisinya”, jelas Pak Joko.
            Akhirnya mereka melakukan sholat fajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar