Selasa, 17 November 2020

HARI YANG PANJANG

Tiga hari ini ku anggap hari dolan yang panjang. Dari Kamis sore hingga Sabtu sore aku melanglang buana berkeliaran dari Tahunan hingga Mlati.
Sesuai rencana kamis sore aku dan teman-teman perlu ke RS Aisyiyah Kudus untuk membesuk seorang yang sakit. Kasihan dia! Kira-kira ada 20 cm jahitan di perutnya. Aku tak bisa membayangkan gimana nyilu dan perihnya.
Aku tak dapat ngobrol banyak dengannya melainkan hanya beberapa kali mengingat banyak pula orang yang datang. Akupun lebih banyak ngobrol dengan saudara yang menungguinya.
Usai itu kami pamit dan makan sebentar di luar. Menunya asik. Nasi kucing pertigaan Pentol. Cobain deh! Tahu nggak apa yang membuat nasinya gurih? Alasannya karena dibungkus koran. Coba kalau dibungkus kain kafan. Jadi serem kan?
Setelah makan banyak, sebagai sosok kesatria, aku menawarkan diri kepada teman-teman untuk membayari mereka makan. Namun sayang, mereka nggak ada yang mau. Sepertinya mereka tahu aku tak cukup kaya untuk mbayari jajanan merek. Jangankan jajanan, uang parkir aja aku tak sanggup. Kasihani aku, Esmeralda..!
Bisa saja aku segera pulang, Tapi aku memilih menginap di rumah Sarep. Lagipula si sakit minta kami datang lagi esok hari. Sepertinya dia masih kangen dengan aku. Asek.
Kami tiba di rumah Sarep sekiranya pukul sembilan malam. Rumah masih terang benderang. Para ponakan belum tidur, padahal besok sekolahnya libur. O iya ya. Kan besok hari Jumat.
Sarep segera tidur sehabis isya'an sementara aku masih sibuk menonton tv. Aku punya kesibukan, ya.. Nonton tv.. Horee.. Di rumah orang.. Horee..
Jarum jam terus berputar mengingatkanku pada thawaf mengelilingi ka'bah. Ya Alloh gusti.. Kapan ya.. Aku bisa mendaftarkan haji atau umroh buat ortuku.. Syukur-syukur bisa sekalian sama mertua.. Entah mertuaku yang mana..
Lho.. Ternyata Sarep juga berputar 360 derajat.. Jadi, setelah wisuda kemarin dia punya keviasaan baru. Tidur sambil muter mengikuti jarum jam.
Tak terasa (sebenarnya terasa deh) sudah pukul setengah satu dini hari. Mataku sudah mulai minta dimeremkan. Hingga aku tidur untuk sementara waktu. Hingga terlupa aku belum ganti baju. Duh dek.. Maafkan aku calonku.. Kekasihmu Kadang-kadang memang jorok..
😅
(bersambung emmuah)


HARI YANG PANJANG II
Ayam pun terbangun setelah mendengar aku berkokok. Kira-kira pukul setengah empat. Setelah itu aku serahkan urusan kokok-kokokan kepada ayam dan aku melanjutkan tidurku lagi di kandang.
Ku kira masih pukul lima, ternyata sudah pukul enam. Mendung membuat langit gelap dan suram. Semoga tidak dengan hatiku. Oh my keripik ikan gelombang.. Setelah subuhan kami sarapan lontong pecel yang wenaknya bikin nagih. Bumbu kacang itu sedap, jendral.
Kenyang, aku siap melanjutkan lembur semalam, nonton tv, sementara Sarep malah tidur-tiduran. Padahal aku sudah mengingatkannya, ayo jenguk si sakit. "Enggak ah.. Nanti aja", katanya.
Pukul tujuh si sakit WeA minta dikirimi bubur. Lha ini.. Aku nggak tahu beli bubur di mana.. Aku pandangi wajah Sarep. Dia hanya diam, lalu ambruk tertidur pulas. Waduh.. Cah iki.. Apa maksudnya.. Emangnya cuna dia aja yang ngantuk.. Aku juga.. Akhirnya kami tidur lagi berdua.. (harap jangan berpikiran positif).
Aki datang ke seorang kiai. "Mbah, doain mbah.. Biar dapat rezeki yang banyak dan istri sholehah", pintaku. Tiba-tiba saja Mbah itu menamparku dan buyar semua mimpiku. Rupanya Sarep mbengak-mbengok membangunkanku. Aduh.. Sarep..
Aku segera mandi dan bilas muka dan gosok gigi dan sabunan dan sampoan. Anggap saja aku melakukannta secara bersamaan. Lalu berpakaian dan sholat dhuha barangkali nanti ketemu si dia di parkiran rumah sakit.
🙄
Meluncuuurrr.. Kami tiba di RS. Ternyata di sana ada Paijah dan Painah. Belum juga kami mengeluarkan bubur.. Paijah sudah menghidangkan bubur berbungkus-bungkus di atas tikar. Wah.. Pesta bubur.. "Segini banyak siapa yang makan?", kataku kepada infus yang menetes.
Sarep segera mendekati si sakit dan menyuapinya dengan kolak pisang. "Lha kok malah kolak pisang? Kan tadi di WeA minta bubur. Udah ada bubur banyak malah ngga dimakan? Ada apa denganmu, Gonzales?", tanyaku pada ontelan kasur. Sepertinya merek berdua akrab sekali ap yang sedang mereka bicarakan? Apakah soal bendera tauhid? Atau rupiah yang sedang menguat? Oh tidak..
Aku sendiri ngobrol dengan paijah dan painah. Mereka berdu libur kerja. Jadi hari ini mau liburan, mau hedon-hedon katanya. Hedon-hedon kok di rumah sakit? Oiya.. Mau pesta bubur.
Setelah Sarep puas menyuapi si sakit akhirnya kami memutuskan untuk pamit. Aku dengan jalanku dan dia dengan jalannya karena motor kita ada di parkiran yang berbeda. Dan kami berlanjut di Rumah makan Buibu.
Tidak puas hedon-hedon pesta bubur, Paijah dan Painah menyerat kami untuk mengikuti gaya hidupnya. Di sana kami makan enak. Kuah bright (bening) dan lauk Catfish penyet with chili and cambah and kemangi.
Aku makan dengan lahap sekali padahal kemarin Ku sudah sarapan.
🙄
. Tak ketinggalan kawanku bertiga ini juga makannya nggak kalah seru. Mereka habiskan hidangan siang itu. Piringnya saja sampai bersih dan mengkilap. Kata Painah, walaupun di sini murah, tapi pengunjungnya rame lho.. Ya iyalah..
Seperti biasa, sebagai kesatria aku mau mbayari makan siang kali ini. Dan seperti biasa mereka menolak dengan keras keinginanku. Apa daya, aku tak mau memaksakan kehendak rakyat karena suara rakyat adalah suara Tuhan, maka aku ikuti saja mereka. Aku tak mau kualat.
Sebagai gantinya kali ini aku setulus hati ingin mbayari parkirnya. Ya setidaknya ada sedikit pengorbanan yang perlu ku tunjukkan pada mereka. Belum juga aku mengeluarkan dombret, eh dompet, ternyata di RM Buibu ngga ada tukang parkirnya.. Ya Alloh.. Semoga semua RM seperti ini ya Allah.. Hampir saja aku sujud syukur andai saja Sarep tak mencegah. (bernyambung emmuah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar