Rabu, 13 April 2022

Dear Pejuang

 Beberapa dari kita acap kali melakukan kesalahan bodoh hingga membuat kita larut dalam kesedihan dan penyesalan teramat dalam. Dalam situasi ini muncul paranoid akan penolakan orang lain serta kecemasan akan masa depan. Delusi tentang ketidakberdayaan diri menghadapi masalah mulai berseliweran setiap hari. Ia merasa hidupnya hanyalah sebuah sandiwara dimana ia terpaksa tersenyum mengikuti suasana meskipun batinnya genap tersiksa. 

Dear, pejuang. Apa yang kamu derita saat ini adalah tangga menaiki level kehidupan selanjutnya. Yang pertama perlu dilakukan adalah banyak beristighfar, mohon ampun kepada allah atas segala dosa dan khilaf. Selanjutnya, terimalah masalahmu sebagai masa lalu yang patut disesali. Boleh kamu menangis dan bersedih atasnya, akatetapi sadarilah air matamu tak bisa mengubah apa-apa. 

Ini adalah soal penerimaan diri. Menerima fakta bahwa kita telah melakukan sebuah kesalahan. Sebuah hal yang sebenarnya kita tahu itu salah. Namun kita lepas kendali sehingga berakhir pahit dan menyisakan masalah. 

Dear pejuang, masalah itu tak akan selesai jika bukan kamu sendiri yang menuntaskannya karena kamu adalah tokoh utama dalam hidup yang kamu jalani. Lari bukanlah ide terbaik. Ia hanya mengalihkan perasaanmu untuk sementara waktu. Dan selanjutnya ia tetap ada dan menghantui dirimu sewaktu-waktu. 

Maafkanlah dirimu sendiri. Maafkanlah kebodohanmu di masa lalu. Engkau lebih beaar dari apa yang engkau kira. Bangunlah kepercayaan bahwa kamu bisa menyelesaikan masalah ini dan kamu bisa belajar dari kesalahan sehingga esok kamu bisa menjadi lebih lebih baik. 

Umurmu masih panjang, terlalu dini untuk mengatakan menyerah. Ketuk hatimu agar terbuka sehinhga tersadar bahwa langit senantiasa terbuka mengajarka kebesaran dan keluasan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar