Kamis, 27 September 2018

KENYAMANAN (RENUNGAN MAHASISWA PEKERJA)

Kenapa orang mau bekerja keras? Atau untuk kita, Kenapa kitamau bersusah payah pulang pergi kuliah, belajar, cari buku, penelitian, diskusi, revisi. Lebih dari itu kita juga rela mengeluarkan banyak kocek untuk membiayainya. Baik biaya pokok maupun biaya penujangnya. Kenapa?

Ya, saya duga jawabannya adalah kemapanan. Kita menginginkan kemapanan (kesejahteraan, kenyamanan) di masa mendatang. Kita mau menukar kepayahan dengan kesuksesan. Kita ingin menjual kerja kerar demi mendapat keberhasilan.

Namun sayang. Sejauh ini kita terlihat tidak bekerja, atau memang tidak benar-benar bekerja. Dari beberapa dugaan, anggapan "kita sudah bekerja, tapi belum benar" mungkin terdengar lebih adem di telinga.



Lantas, pernahkah kita terusik dengan anggapan tersebut? Jawab: Tidak. Kita menutup telinga dari tuntutan seorang mahasiswa. Bahwa mahasiswa harus belajar dan bekerja sebagaimana mestinya. Namun faktanya, kita tidak menghindarinya. Kita sudah terlanjur nyaman dengan segala kenikmatan semu yang ada di depan mata. Nikmat kopas makalah, nikmat tak melakukan penelitian, nikmat tak berfikir mendalam, nikmat tak melakukan kajian ilmiah, dan nikmat datang terlambat. Entah di mana letak kenikmatan datang terlambat.

Kita sudah larut dalam zona adem ayem sehingga hanya mau yang lancar-lancar saja. Dan memang diakui atau tidak sistem juga turut membentuk sikap "manja" ini. Mahasiswa yang kritis dan aktualis sama sekali tak melekat pada karakter kita. Saya tak menyalahkan sistem. Karena ia hanya pendukung, dan bukan segalanya. Lalu apa? Jawab: Mental. Kita sendirilah yang harus mengusik kenyamanan kita. Kita sendirilah yang bertanggungjawab untuk merekontruksi kemapanan kita. Kita berfikir kita sudah aman karena itu kita merasa nyaman. Ketahuilah kawan, kita waktu sudah menjemput kita akan kecewa karena kita telah menyia-nyiakan kesepatan untuk berkembang.

Saya sempat berpikir, kita ini mahasiswa yg bekerja. Kita bekerja untuk menjadi mahasiswa. Jauh sebelum ini, 5 th lalu, saya sudah membayangkan apa imbas dari bekerja bagi seorang mahasiswa. Yakni, kita tak concern pada status kemahasiswaan kita. Jika diprosentasekan maka concern kita adalah 75% bekerja dan 25% kuliah.

Sungguh disayangkan mengingat keringat yang terkuras untuk membiayai belajar menguap begitu saja. Kuliah sambil bekerja hingga keasyikan bekerja. Tiba-tiba lulus dan lalu tak tau akan membuat, berbuat, dan menghasilkan apa.

Sebenarnya kita ingin mengubah nasib, kan? Sejauh mana keinginan itu? Apakah hanya sebatas berangkat terlambat dan pulang cepat? Atau tugas mudah dan nilai yang 'murah'?

Saya takut dan sangat takut, lulus kuliah nanti kita tak dapat menikmati hasil kuliah selama ini. Akankah kita hanya puas menyandang alumnus mahasiswa, memamerkannya pada keluarga dan tetangga, tanpa memberi perubahan nyata dalam kerangka berfikir, lingkungan, serta kehidupan bersama?

Mari berbenah tanpa kenal lelah. Mari belajar tanpa kurang bahan belajar karena kita belum apa-apa.

Mulailah dari menghayati tujuan kita kuliah. Kita sendiri yang akan menemukan jawabannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar