Rabu, 19 November 2014

6 Rahasia dan Pesan Kecerdasan Ali bin Abu Thalib



Siapa yang tidak mengenal Ali bin Abu Thalib? Sepupu, anak angkat, serta suami dari Fatimah ra. anak kandung Rasulullah Saw. Ali bin Abu Thalib dikenal berkat kecerdasannya dalam berbagai bidang ilmu. Bagaimana rahasianya? Dalam buku Rahasia Kecerdasan Ali bin Abu Thalib si super genius karya Masykur Arif Rahman dijelaskan mengenai seputar rahasia kecerdasan Ali bin Abu Thalib. Apa saja penunjangnya, bagaimana mendidik anak agar cerdas menurut Ali bin Abu Thalib serta bagaimana dapat secerdas beliau. Berikut penjelasannya;

1. Murid Langsung Rasulullah Saw.
Kecerdasan Ali tidak dapat lagi dipungkiri baik dari keluarga Rasulullah Saw dan masyarakat Quraish. Beliau dididik Rasulullah Saw. Sejak beliau masih berumur 6 tahun. Ali adalah anak dari paman Rasulullah yaitu Abu Thalib. Rasulullah meminta Abu Thalib untuk mengasuh anak pamannya tersebut untuk meringankan beban keluarga Abu Thalib di musim paceklik dan
Abu Thalibpun menerimanya. Ali sudah seperti dianggap anak Rasulullah Saw. sendiri. Rasulullah Saw. menyayangi Ali layaknya sayangnya Abu Thalib kepada Rasulullah  Saw ketika beliau diasuh oleh pamannya tersebut. Rahasia kecerdasan Ali adalah ia belajar dari Rasulullah  Saw. secara langsung mengenai berbagai bidang ilmu seperti hukum (fiqh), bahasa (balaghah), ilmu pidato (khithabah), ilmu tafsir (hermenutika), ilmu ketuhanan (Tauhid), sastra (syair), ilmu perang, ilmu etika (akhlak), dan ilmu lainnya.

Ali selalu mengingat pula pesan Rasulullah untuk belajar dari Al-Quran dan Hadits. Kebanyakan manusia modern sekarang hanya berlomba-lomba menghafal Al-Qur’an namun tidak mengerti maknanya. Padahal Al-Quran dan Hadits bukan saja harus dihafal melainkan diamalkan. Ali juga gemar belajar mengenai sejarah Nabi zaman dahulu dari Al-Quran, sampai-sampai pendeta Yahudi ketika menanyakan mengenai beberapa perkara dibuat berdecak kagum akibat kecerdasan Ali dan menyatakan diri untuk masuk Islam. 

2. Mempelajari Ilmu yang Penting dan kepada Ahlinya
Menurut Ali, belajar tidak cukup sampai di situ. Masih seperti ajaran Rasulullah Saw, kita sebagai manusia harus memahami hakikat alam semesta, binatang, dan manusia diciptakan untuk mengasah kecerdasan kita. Kita harus belajar dengan sungguh-sungguh dengan apa yang akan kita pelajari, apapun itu. Belajarlah sesuatu yang sangat penting untuk diri kita. Mustahil manusia bisa mengetahui segala ilmu pengetahuan yang terhampar luas di muka bumi, karena umur manusia hanya sedikit. Maka kata Ali belajarlah yang penting-penting saja dan yang banyak manfaatnya. Ketika kita ingin belajar ilmu hukum tentu kita harus belajar dengan ahlinya begitupun dengan syair misalnya kita tentu harus belajar dengan ahlinya pula dan begitu seterusnya layaknya Ali belajar dengan Rasulullah Saw. Hal lainnya yang tidak kalah penting menurut Ali adalah sebelum belajar alangkah lebih baik berdoa. Ini memang hal kecil dan selalu kita sepelekan, padahal kita harus meminta kepada Sang Pemberi Ilmu agar diberi kemudahan dan semoga ilmu yang kita amalkan menjadi berkah.

3. Mencintai dan Menuliskan Ilmu yang Dipelajari
Ikatlah ilmu yang kita pelajari dan kita ketahui dengan menuliskannya, disamping memudahkan kita untuk mengingat, ilmu tersebut juga dapat bermanfaat untuk orang lain bagi yang membacanya, kata Ali. Rangkailah tulisan-tulisan tersebut dengan sangat indah agar menarik untuk dibaca dengan sebaik mungkin. Jangan lupa pula kepada ahlinya (guru) dengan menghormati atas dukungan dan bantuannya. Ketika kita menggeluti ilmu pengetahuan kita harus mencintai ilmu tersebut. Contohnya adalah mustahil seseorang akan menjadi hakim yang adil apabila ia tidak mencintai ilmu hukum dan ilmu etika. Maka bila seseorang mencitai ilmu yang ia geluti, ia akan mudah menjadi apapun yang ia kehendaki dengan bantuan Allah SWT. 

4. Ilmu Lebih Utama dari Harta dan Tahta
Kita juga harus memahami kemampuan/potensi yang ada dalam diri kita. Apakah metode pembelajaran kita lebih mudah di bidang musik, pidato, matematika, logika, dan banyak hal lagi. Karena kebanyakan orang tua zaman sekarang banyak misalnya memasukkan anaknya di sekolah kedokteran padahal anaknya gemar dengan musik. Menurut beberapa ilmuwan juga seseorang dapat dikatakan cerdas apabila dapat mengimbangkan IQ (intelektual Question), EQ (Emosional Question), dan SQ (Spiritual Question) layaknya Sayyidina Ali ra.  Apabila ditawarkan kepada Sayyidina Ali ra. antara ilmu dengan harta dan kekuasaan tentu ia memilih ilmu. Mengapa? Harta dan kekuasaan akan habis ketika diberikan kepada orang lain, namun ilmu tidak akan pernah habis dan akan terus bertambah apabila diberikan kepada orang lain.

5. Berzuhud dan Bersabar dalam Menuntut Ilmu
Salah satunya adalah zuhud yaitu meninggalkan sesuatu untuk perkara yang lebih penting. Ali bin Abu Thalib selalu meninggalkan sesuatu yang tidak penting untuk dirinya dan mengutamakan yang penting untuk dirinya seperti menuntut ilmu. Untuk mengasah dan memperdalam ilmu, manusia juga harus bersabar. Proses belajar sangat lama agar kita bisa menjadi orang yang benar-benar berilmu. Selain itu adalah dengan bersilaturahmi dengan orang-orang yang ahli dalam bidangnya dan kepada banyak orang, dengan begitu kita akan mendapatkan ilmu dari orang lain yang belum kita dapatkan. Pengendalian hawa nafsu juga sangat penting, agar ketika menuntut ilmu bukan karena ingin kaya dan berkuasa melainkan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, yaitu kembali pada Tuhan. Yang terakhir adalah ritual agama seperti wudhu, solat, zakat, puasa dan sebagainya. Misalkan dalam wudhu, menurut penelitian wudhu merupakan terapi yang menjadikan seseorang yang melakukannya lebih tenang dan rileks.  Berwudhu sebelum kita menuntu ilmu selain mendapat ketenangan kita juga dapat berkonsentrasi dengan apa yang kita kerjakan.

6. Tips Agar Anak Menjadi Cerdas menurut Sayyidina Ali ra
Menurut Sayyidina Ali ra didiklah anak kita selagi ia masih kecil. Karena otak anak kecil peka terhadap berbagai hal. Anak kecil ibarat tanah basah yang dimana apabila tanaman apapun yang akan dilemparkan kepadanya tanaman itu akan tumbuh. Jangan paksakan anak seperti orang tuanya karena belum tentu bakat anak sama yang dimilki oleh orang tuanya. Berikanlah pendidikan yang dibutuhkan ketika ia dewasa sesuai dengan minat dan bakatnya. Berikanlah pendidikan yang baik seerti akhlak yang baik. Anak-anak cenderung mengikuti tingkah laku orang tuanya mau itu baik atau buruk. Apabila anak memiliki kesalahan cukup dengan menasihatinya tidak perlu dengan menyebut dosanya. Karena hal itu hanya membuat anak keras kepala dan tidak optimis dalam menjalani kehidupan. Pukullah anak jika diperlukan tetapi tidak di bagian tubuh yang penting seperti kepala karena dapat mengganggu sistem kerja otak anak. Dan terakhir adalah wajib menyayanginya melebihi ia menyayangi anda.

Selamat mencerdaskan kemanusiaan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar