Rabu, 12 November 2014

Ada apa di balik kepala anak yatim??


 


Pada bulan Muharram ini, beberapa hari lalu - tepatnya tanggal 10 Muharram – adalah hari sakral bagi umat Islam. Hari tersebut dikenal sebagai hari asyuro – dari kata asyrun yang berarti sepuluh –, atau di beberapa daerah di Nusantara menjulukinya dengan nama lebaran anak yatim. 

Banyak orang-orang yang menyantuni anak yatim piatu, baik secara individual maupun kolektif. Santunan tersebut dapat berupa pemberian angpau secara pribadi langsung, maupun dengan mengadakan event sosial seperti khitanan massal.

Untuk acara khitan massal sendiri, anak-anak yatim dipersilakan atau bahkan diundang untuk mendaftarkan diri ke panitia. Tak hanya dibebaskan biaya, mereka juga mendapat satu stel pakaian baru lengkap peci dan sorban, serta uang saku pelipur lara. Yah, semua itu tergantung bagaimana skenario yang dirancang panitia dan darmawan yang menjadi sponsor.

ketika tiba waktu pembagian bingkisan atau angpau, para darmawan bergiliran mengelus kepala anak-anak yatim. bisanya lebih dari satu darmawan yang ikut andil dalam prosesi pengelusan kepala tersebut. Bisa tiga, lima, bahkan sepuluh orang.

Mereka sepertinya puas setelah turun dari panggung. Entah puas karena melihat senyum anak-anak, puas setelah maju di panggung dan dilihat orang banyak, puas dapat memberikan sedikit uang untuk disantunkan, atau puas karena dapat mengelus kepala-kepala di atas, dan berbagai alasan lainnya.
Menyantuni anak yatim adalah hal mulia dan patut untuk dibudayakan. Banyak nas yang menganjurkan masyarakat agar memelihara anak yatim serta larangan untuk menzaliminya. Seperti dalam surat al-Maun, ولا يحض على طعام المسكين , “dan janganlah kalian menghardik anak yatim”. Juga dalam surat al-balad dan al-Fajr, kita diperintahkan untuk memberi makan bagi anak yatim.

Perihal mengelus kepala ini adalah hal yang menarik, banyak orang tidak melewatkan kebiasaan ini. Mereka menganggap pengelusan ini adalah hal yang penting bagi diri si pemberi. Sesuai hadits Rasul :

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلي الله عليه وسلم من صام يوم عاشوراء من المحرم اعطاه الله تعالي ثواب عشرة الاف مللك ومن صام يوم عاشوراء من المحرم اعطي ثواب عشر شهيد ومن مسح يده علي راس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالي له بكل شعرة درجة

Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra. Ia berkata : Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa puasa pada hari ‘asyura ( tanggal 10 muharram), Allah memberikan 10.000 pahala malaikat. Barang siapa puasa pada hari ‘asyura ( tanggal 10 muharram), Allah memberikan pahala 10.000 para syuhada’. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pad tgl 10 muharram, Allah mengangkat derajatnya dengan setiap rambut yg diusap”. Manaahiij al-Imdaad I/521

Mungkin hadits di atas yang membuat para dermawan begitu antusias mengelus kepala anak yatim. Bila diibaratkan, kepala anak yatim adalah emas yang berkilau sehingga semua orang tertarik untuk menyentuhnya.

Ini bukanlah hal yang salah, bukan juga hal yang jelek. Akantetapi, kita juga harus memahami substansi dari elusan tangan kita kepada si yatim. Pengelusan kepala itu hanyalah simbol dari kasih sayang kita kepada anak-anak yatim. Kita dituntut untuk peka terhadap lingkungan yang ada di sekitar. Mau seratus kali mengelus atau satu jam kita membenamkan tangan di atas kepala anak yatim, kalau dalam diri kita tidak ada niat tulus untuk mengasihi, menyayangi dan melindungi, maka santunan kita, sedekah kita itu hanyalah sia-sia.

Mari kita tengok hadits rasul berikut:
"Sebaik-baik rumah tangga muslim ialah yang di dalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan baik" (H.R. Ibnu Majah) 

"Aku dan pemeliharaan anak yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda s.a.w. (H.R. Bukhari) 

Aduhai betapa indahnya kehidupan ini manakala kita bisa berbagi pada sesama. Memberi tanpa pamrih, menyantuni tanpa menunggu setahun sekali. Jadi, mari kita jadikan bulan Muharram ini untuk memulai berbagi kasih kepada yatim, kepada miskin, kepada muslim, kepada sesama, dengan hati, tanpa henti, selamaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar