Sabtu, 31 Oktober 2015

BENSINKU HABIS



Pagi ini (29/10) saya dibuat tersenyum oleh mas NN. Entahlah, karena sungkan atau apa saya mengurungkan niat untuk menanyakan namanya. Ya, aneh, justru orang lain lebih perduli terhadap diriku di saat saya tidak begitu perduli pada diriku sendiri.


Biasanya, saya dari wedung ke Kudus dengan “saku” bensin 2 liter. Sekitar 45 Km jarak yang harus saya tempuh agar sampai di kampus. Namun, saya hanya mengisinya satu liter. Bukan apa-apa sih. Sengaja, saya hanya ingin mengujinya. Cukupkah?

Awalnya, saya yakin 1 liter suda mencukupinya, ternyata dugaanku meleset. Sampai di mejobo, dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba motor melambat. Oh, sial. Motorku kehabisan bensin.  Tanpa pikir panjang, saya segera menuntunnya ke bensin terdekat. Sayang, sayapun tak tahu seberapa jauh POM Bensin yang terdekat. halah, bodo amat. Sudah menjadi risiko bagi sebuah kenekatan.

Kira-kira baru 50 meter saya menuntun, tiba-tiba seorang mas-mas bermotor metik melewatiku dan berhenti di depanku. Wah, begal macam apa ini, pagi-pagi sudah berkeliaran. Lalu dia membuka helm dan muncullah cahaya putih berkilauan. Saya jadi penasaran, sabun apa yang dipakai, ya. Kemudian mas-mas itu berkata, “mogok?”. Dengan polos saya mengangguk. “Ayo tak dorong, wae. POM she adoh”, tukasnya.

Wiihh.. saya seperti ditampar malaikat. “Lho, Fur. Deloken..!! Wong Jawa ki sumeh-sumeh. Padha perduli siji marang liyan”.  hem.. saya terheran-heran dengan mas NN ini. Bagaimana tidak, teman bukan, saudara bukan, istri juga bukan. Kok mau-maunya dia menolongku. Wah, saya jadi terharum.. bagaimana tidak, diantara lalu lalang motor mobil di jalanan. Mereka sama sekali tak melirik sama sekali. Ya sudahlah..

Mungkin mas NN merasa iba melihat pemuda ganteng kok menuntun motor, harusnya kan nuntun becak. Halah. Saya tidak tahu apa motivasinya tapi yang jelas saya melihat ketulusannya.

Dan dia pun memancal knalpot motorku. Sawah gersang kami lalui, truk dan mobil menyalib kami tak perduli, sengatan panas mentari tiada berarti, hanya satu yang saya yakini, mas NN adalah orang yang baik hati. Ciye.. semoga sakinah mawadah warohmah.. eit eit eit.. sapa sing meh kawin? Saya jadi berpikir, andai semua orang di dunia mempunyai kebaikan hati seperti mas NN.. wah, pasti yang menolong saya jadi rebutan kayak tukang ojek cari pelanggan.

Oh ternyata, memang jauh. Jauh banget. Saya tak membayangkan bagaimana jadinya kalau saya menuntun sejauh ini. Pasti tekor ini kaki. Mungkin saya akan mengeluh dan menggalau tiga hari. Oh, terima ksih mas NN terima kasih tuhan. Selama pendorongan tersebut, kami sangat hemat suara, kalau dirata-rata mungkin setiap satu meter berjalan muncul seperdelapan kata. Hampir tanpa perbincangan. Saya hanya bertanya dimana dia bekerja, itupun saya tidak begitu jelas mendengar jawabnnya. Lha wong dia pakai masker. Hem..

Sejurus kemudian kami sampai di POM Payaman. Kami pun berpisah. Mas NN melambaikan tangan dan saya menjerit, “Matur suwun, mas”. Dia melaju mulus, semulus pendorongan tadi. Saya berdoa, semoga allah memberinya keselamatan, rejeki lancar, dan mendapat balasan kebaikan yang berlipat. Oh,, saya harus bantu orang nih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar