Sabtu, 20 September 2014

PERADABAN ISLAM; PENGAWAL KEMAJUAN PERIODE KLASIK



PERADABAN ISLAM;
PENGAWAL KEMAJUAN PERIODE KLASIK

Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas akhir semester
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen : Izah Ulya Qadam, M.Pd.I





Oleh :
Muhammad Abdul Ghofur
(1310320005)



PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURURSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Semua produk peradaban besar selalu bersifat hibrida, yaitu terdapat berbagai keunggulan unsur dari peradaban lain. Istilah hibrida lazim digunakan dalam dunia tumbuh-tumbuhan untuk menemukan jenis unggul dengan cara mengawinkan dari jenis bibit pohon yang berbeda. Kebudayaan dan peradaban hibrida semakin berkembang subur di era global. Tetapi, sesungguhnya bagi Islam fenomena ini tidak asing. Dalam sejarahnya kebudayaan Islam pernah memiliki masa kejayaan sekitar abad ke-8 hinggake-12 dengan ditandai keterbukaannya menerima dan mengapresiasi budaya lain. Waktu itu Islam menjadi kekuatan dan model peradaban dunia yang tak tertandingi, yang warisannya masih sangat mudah disaksikan, antara lain secara fisik adalah bangunan-bangunan kuno di Spanyol. Bagi yang pernah jalan-jalan ke Alhambra dan Cordova di Spanyol lalu diteruskan menyeberang ke Maroko maka warisan masa lalu keunggulan peradaban Islam sangat nyata.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana gambaran pendidikan Islam pada masa periode klasik?
2.      Bagaimana peran Islam sebagai peradaban yang unggul?
3.      Dimanakah pusat-pusat peradaban Islam pada masa periode klasik?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui gambaran pendidikan Islam pada masa daulah Abbasiyah
2.      Mengetahui peran penting Islam sebagai peradaban yang unggul
3.      Mengetahui kota-kota pusat peradaban Islam pada masa periode klasik


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Teori
·         Perpindahan tampuk kekuasaan dari bani umayah kepada bani abbasiyah membawa dampak yang luar biasa sekali. Islam semakin berkembang dan gaungnya sampai ke langit Eropa.
·         Ide cemerlang Harun Al-rasyid untuk membuat Baitul Hikmah menjadi tonggak awal kemajuan Islam. Baitul hikmah berfungsi sebagai balai ilmu dan perpustakaan. Tempat para sarjana berkumpul dan berdiskusi masalah ilmiah. Selain itu, baitul hikmah juga berfungsi sebagai balai penerjemah bahasa asing. Dimana buku-buku karangan ilmuwan Romawi dan Yunani diterjemahkan ke dalam bahaa Arab untuk kemudian diperbanyak dan dipelajari umat Islam.
·         Munculnya tokoh-tokoh pemikir Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, Al-kindi, Al-Farabi, Ibnu Yunus, diiringi dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat.

B.     Analisis
Dinasti Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Terdapat beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti ini. di antaranya adalah: meningkatnya kekecewaan kelompok Mawaali terhadap dinasti bani Umayyah, pecahnya persatuan antarsuku-suku bangsa Arab, dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka memiliki pemimpin kharismatik. [2]

1.      Gambaran pendidikanIslam pada masa daulah Abbasiyah
Selama 22 tahun memimpin dinasti Abbasiyah, Al-Manshur telah menunjukkan prestasi besardalam mengkonsolidasikan situasi politik. Ia adalah pendiri dinasti Abbasiyah yang sesungguhnya. Ia memiliki beberapa karakter yang bertentangan. Sebagai penguasa, ia sangat keras dan kejam terhadap lawan-lawannya (musuh negara). Namun, ia adalah kawan yang setia dan baik hati sebgai seorang muslim, Al-Manshur adalah pribadi yang saleh dan penuh keteladanan. Ia merupakan figur penegak keadilan yang sejati. Ia tidak malu-malu mendatangi sidang pengadilan sebagaimana rakyat biasa atas gugatan seorang pemilik unta. Dan ia menyanjung hakim dan memberinya penghargaan tinggi atas keputusannya yang adil dan tidak memihak, sekalipun keputusan tersebut tidak menguntungkan khalifah.[3]
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan puteranya Al-Makmun (813-833), kekayaan negara dikunakan untuk keperluan rakyat. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada masa ini. Pada masa inilah kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan , dan kebudayaan serta kesusasteraan berada di zaman keemasannya. Al-Makmun, pengganti Al-Rasyid, dikenal sebgai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada maas al-Makmun inilah baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.[4]
Philip K. Hitti mengatrakan bahwa pendidikan tingkat dasar diselenggarakan di masjid dimana al-Qur’an menjadi buku teks wajib. Selain itu terdapat juga kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran di tempat-tempat umum lainnya. Terdapat 3000 lembaga sekolah-masjid yang menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan pada masa Abbasiyah tidak hanya diikuti oleh anak-anak pada tingkat dasar. Tetapi Baitul Hikmah sebagai salah satu cabang pendidikan tingkat tinggi. Madrasah Nizamiyah yang didirikan Nizam Muluk, seorang wazir sultan Seljuk merupakan pusat lembaga pendidikan agama yang terbesar pada maas dinasti Abbasiyah.
Pada masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah dinasti Fatimiyyah, terdapat seorang mahaguru bernama Ibnu Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakimi diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika. Hasan menemukan teori sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
2.      Peran penting Islam sebagai peradaban yang unggul
Masa pemerintahan dinasti Abbasiyah membuka era baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusasteraan. Pada masa awal era Abbasiyah telah tercipta karya-karya kebudayaan yang sangat berpengaruh dalam mendorong lahirnya ilmu dan peradaban sejati. Harun al-Rasyid memajukan langkah pendahulunya dalam bidang kegiatan pendidikan dan pengetahuan. Al-makmun mendatangkan buku-buku dan naskah-naskah dari seluruh penjuru dunia. Ia mengajukan permohonan kepada kaisar Bizantine agar mengirimklan orang-orang terpelajar ke Bagdad untuk ditukar dengan emas.[5]
Kontribusi umat Islam sangat besar dalam bidang kedokteran, filsafat, kimia, matematika, geografi, huku, teologi, dan filologi. Bangsa Eropa sangat berhutang budi terhadap umat Islam. Ilmuwan muslim menerjemahkan karya-karya asing ke dalam bahasa Arab. Dan buahnya mengalir ke Eropa melalui pintu Syria, Spanyol, dan Sicilia. Karya-karya tersebut sungguh sangat berguna bagi perkembangan peradaban manusia. Tanpa jasa ilmuwan Islam, niscaya pemikiran Aristoteles, Galen, Pluto, akan lenyap begitu saja.
Sikap mayoritas khalifah Abbasiyah yang terpelajar dan cinta akan ilmu pengetahuan membuat jalan pendidikan dan peradaban semakin cerah. Sinergitas ini membuat Islam bercahaya dalam kegelapan dunia. Peradaban Islam menjadi peradaan yang dikagumi dan menjadi teladan bagi semua negeri.
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya benyak menghasilkan pemikir.Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (umat Islam yang berasal dari Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkunagn budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol..[6]
a.       Filsafat
Atas inisiatif AL-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari timur dalam jumlah besar. Sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan pemimpin dinasti Umayah Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Selain itu ada ibnu Thufail dari Granada dengan karyanya Hay ibn Yaqzhan. Dan di akhir abad ke-12 tampillah Ibnu Rusyd yang terkenal cermat dan berhati-hati dalam hal filsafat dan agama, seorang pengikut Aristoteles, dengan karya besarnya Bidayah al-Mujtahid.
b.      Sains
Ilmu kedokteran, astronomi, dan kimia berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas masyhur dalam bidang kimia dan astroomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahin ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dengan keahliannya menentukan kapan terjadinya gerhana matahari dan lama peristiwanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menghitung jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Dalam bidang geografi, Islam memiliki Ibn Jubair dari Valencia yang menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Ibn Bathutah dari Tangier yang pernah sampai di Samudera Pasai dan Cina.
c.       Fiqih
Diantara ahli fiqih yang terkenal adalah Munzir ibn Sa’id, Ibn Hazm, Ibn Yahya, Hisyam ibn Abd Al-Rahman, an Abu Bkr Ibn Al-Quthiyah.
d.      Musik dan seni
Dalam bidang musik dan seni suara, spanyol Islam mencapai kecermelangan dengan tokoh Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya ia turunkankepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas
Seni musik mengalami kemajuan pesat pada masa Abbasiyah. Ulaiyah merupakan salah satu perempuan yang tersohor sebagai seorang pakar musik masa itu.[7]
e.       Bahasa dan sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dalam pemerintahan Islam baik di Baghdad maupun di Andalusia. Hal itu diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Banayak ahli bahasa Arab bermunculan seperti Ibn Sayyidih, Abu Ali Al-Isybili, Ibn Khuruf, dan Ibn Malik pengarang Alfiyah.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, banayak juga karya-karya sastra yang terbit seperti Kitab al-Qalaid karya Al-Fath ibn Khaqan, Al-‘Iqd al-Faraid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, dan banyak lagi yang lain.
3.      Pusat-pusat peradaban Islam
Selama tujuh abad Daulah Abbasiyah berkuasa, terdapat kota-kota penting sebagai pusat perdaban Islam. Antara lain adalah Baghdad, Kairo, Isfahan, Samarkand, Bukhoro, dan Andalusia.
a.       Baghdad
Kota baghdad didirikan oleh khalifah abbasiyah kedua, Al-Manshur (754-755) pada tahun 762 M. Setelah mencari-cari daerah strategis untuk ibu kotanya, pilihan jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak di pinggir sungai Tigris. Al-Manshur sangat cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari lokasi. Bahkan, ada beberapa orang di antara mereka yang diperintahkan tinggal beberapa hari di tempat itu pada musim yang berbeda, kemudian para ahli tersebut melaporkan kepadanya tentang keadaan udara, tanah dan lingkungan. Setelah penelitian seksama itulah daerah ini ditetapkan sebagai ibu kota dan pembangunan pun dimulai. Menurut cerita rakyat,  daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan, raja persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad berarti “taman keadilan”. Taman itu lenyap bersama hancurnya kerjaan Persia. Akan tetapi nama itu tetap menjadi kenanagan rakyat.[8]
Kota Baghdad muncul sebagai kota termegah dan terindah di masanya. Kota itu memperlihatkan pemandangan yang elok dan mempesona. Keindahannya diabadikan dalam syair gubahan Anwari, seorang penyair cemerlang.
Selamat, selamatlah kota baghdad, kota ilmu dan seni
Tiada kota lain menandinginya di seluruh dunia.
Kota-kota satelitnya tak kurang indah dari tudung langit yang biru.
Iklimnya sehat menyamai hembusan angin membawa hayat dari langit.
Temboknya kemilau laksana permata dan batu delima
Tanahnya subur berbau ambar
Angin pagi menghembus buni jadi sejuk laksana tuba (pohon surga)
Dan kayunya menyembunyikan dalam airnya kemanisan kautsar.
Tepi-tepi sungai Tigris dengan putri-putri nan cantik melebihi (kota) khullakh.
Taman-taman penuh bidadari manis seperti Kasymir. Dan ribuan gondola di atas air,
Menari kemilau laksana sinar mentari di angkasa.[9]
b.      Kairo (Mesir)
Mesir (Qibthi) ditaklukan pada masa Umar bin Khatab dibawah komando Amru bin Ash tahun 20 H[10]. Sedangkan kota kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti Fatimiyah Jawhar Al-Siqili yang beraliran Syi’ah, atas perintah Al-Mu’izz Lidinillah (953-975), sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Bentuk kota ini hampir segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya.
Al-Muiz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang ekonomi, administrasi, dan toleransi beragama. Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintah lainnya.[11] Dalam bidang administrasi, ia mengangkat wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Sedang dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk madzhab Syiah dan dua untuk madzhab Sunni. Al-Aziz kemudian mengadakan program baru dengan membangun masjid, istana, jembatan, dan kanal-kanal baru.
Kairo menjadi kota penting dan besar. Ketika jayanya, terdapat lebih dari 20.000 toko, penuh dengan barang-barang eksport maupun import. Kafilah-kafilah, tempat pemandian, dan public spacelainnya banyak sekali didirikanoleh pemerintah.
Setelah penaklukan Salahudin Al-Ayubi (Saladin) di Mesir, didirikan pula lembaga-lembaga ilmiah baru seperti tempat belajar teologi dan hukum. Karya-karya ilmiah yang muncul pada masa sesudahnya adalah kamus biografi, kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit. Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.[12]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manshur adalah pribadi yang saleh dan penuh keteladanan. Ia merupakan figur penegak keadilan yang sejati. Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan puteranya Al-Makmun (813-833), kekayaan negara dikunakan untuk keperluan rakyat. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada masa ini.
Salah satu karya besar Al-Makmun adalah pembangunan Baitul Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada maas al-Makmun inilah baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Masa pemerintahan dinasti Abbasiyah membuka era baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusasteraan. Pada masa awal era Abbasiyah telah tercipta karya-karya kebudayaan yang sangat berpengaruh dalam mendorong lahirnya ilmu dan peradaban sejati.
Kontribusi umat Islam sangat besar dalam bidang kedokteran, filsafat, kimia, matematika, geografi, huku, teologi, dan filologi. Bangsa Eropa sangat berhutang budi terhadap umat Islam.
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya benyak menghasilkan kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik.
Selama tujuh abad Daulah Abbasiyah berkuasa, terdapat kota-kota penting sebagai pusat perdaban islam. Antara lain adalah Baghdad, Kairo, Isfahan, Samarkand, Bukhoro, dan Andalusia.
B.     Kritik dan Saran
Kemajuan-kemajuan yang tercapai pada maas lalu hendaknya menjadi cermin bagi kita semua generasi Islam sekarang ini. Bahwasanya tidak ada keberhasilan yang instan, semuanya membutuhkan proses yang panjang, dan usaha keras dari setiap institusi.
Dapat kita lihat di atas, baik pemerintah Andalusia maupun Baghdad sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan. Diperlukan sinergi antara pemerintah dan cendekiawan untuk duduk bersama memikirkan kemajuan apa yang hendak dicapai. Agar bangsa kita maju, kita harus memiliki pemimpin yang terpelajar, cinta akan ilmu pengetahuan dan pendidikan
Terakhir, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Walaupun sekarang ini umat Islam masih tertinggal, masih ada harapan untuk meraih kembali kejayaan Islam yan gdulu pernah kita raih. Mari bekerja keras dan belajar bersungguh-sunguh.

C.    Daftar Pustaka
Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). 2003. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ali,Syed Amir.Api Islam. 1978. Jakarta: Bulan Bintang.
Khalil, Syauqi Abu. Atlas Hadits. 2007. Jakarta: Almahira
Masyhur, Amin M.Sejarah Peradaban Islam. 2004. Bandung:SpiritIndonesiaFoundation
Yatim, Badri. Sejarah Islam di Indonesia.1998. Jakarta: Depag.
___________. Sejarah Peradaban Islam. 2007. Jakarta: RajaGrafindo Persada.



[1]Media Indonesia, 27 Oktober 2005
[2]Ali, K. Sejarah Islam.... hal. 347
[3]Ibid, hal. 362-363
[4]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, hal.63
[5]Ali, K. Sejarah Islam.... hal. 445
[6]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, hal.. 103
[7]Ali, K. Sejarah Islam.... hal. 441
[8]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, hal. 277
[9]Syed Amir Ali, Api Islam, hal. 556-8
[10]Khalil, Syauqi Abu. Atlas Hadits, hal. 339
[11]Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Hal. 282
[12]ibid. Hal. 283

Tidak ada komentar:

Posting Komentar