Sabtu, 20 September 2014

TEORI-TEORI ILMU PENDIDIKAN



TEORI-TEORI ILMU PENDIDIKAN


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Zaenal Hafidhin,


Disusun oleh :
           M. Abdul Ghofur    (1310320005)
           Taufiqurrohman     (1310320018)



PROGRAM STUDI PGMI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Banyak di antara kita yang beranggapan bahwa tabiat seseorang itu adalah faktor keturunan dari orang tua atau nenek moyangnya. Kecerdasan maupun kebodohan, kebaikan maupun kejelekan yang seseorang punyai berasal dari ayah maupun ibunya. Sementara itu, di lain pihak beranggapan bahwa tabiat seseorang terasah dari lingkungan tempat ia berada karena di situlah ia mengenyam pendidikan. Lingkungan yang mengajarkan ia nilai-nilai moral, nilai keindahan, norma, dan pengetahuan.
Lain lagi dengan suatu kaum yang bersikap preventif terhadap lingkungan (masyarakat). Kaum ini sangat berhati-hati dalam terjun ke dunia kemasyarakatan. Mereka khawatir jatidirinya akan dirusak oleh tabiat buruk masyarakat tertentu.
Lalu, muncullah titik temu dari ketiga di atas, yakni penyatuan pandangan atas pembentukan tabiat dalam pendidikan manusia.
Alangkah pentingnya kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena pendidikan dalam praktek harus dipertanggungjawabkan. Tanpa teori yang rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika, dan aji mumpung. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya adalah manusia adalah makhluk yang harus mendalami nilai-nilai dan menata perilaku sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu. Sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955). “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”.
Dapat diartikan bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktik dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbutan masing-masing dan bersama-sama dalam pengamalan Pancasila. Pancasila yang baik dan memadai, konsisten antara pengamalan (lahiriah) dan penghayatan (psikologis) dan penataan nilai secara internal. Dalam hal ini kita bukan menyaksikan kegiatan (praktik) pendidikan tanpa dasar teorinya tetapi suatu praktek pendidikan nasional tanpa suatu teori yang baik.

B.     RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah apa pengertian teori ilmu pendidikan? Dan apa jenis-jenis teori ilmu pendidikan?

C.    TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memberikan pemahaman kepada setiap calon tenaga kependidikan, utamanya calon pakar kependidikan tentang aliran-aliran klasik dalam pendidikan (empiris, nativiesme, naturalisme dan konvergensi) agar dapat menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-pemikiran dalam pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
TEORI-TEORI DALAM ILMU PENDIDIKAN

A.    PENGERTIAN
Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pendangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis.
Menurut Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek. Moore (1974) menambahkan bahwa hakekat teori pada dasarnya adalah penjelasan terhadap sesuatu. Dari pengertian tersebut peran teori adalah sebagai penjelasan tentang sejumlah asumsi, sesuatu yang terjadi, telah terjadi, dan akan terjadi. Sejumlah aspek ini merujuk pada pola dari teori sebagai alat untuk penjelasan logis dan membuat prediksi.
Menurut Reda Mudyahardjo (2001:3): secara luas, pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu.[1]
Jika dihubungkan dengan pendidikan maka teori pendidikan merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik  dan memiliki informasi.

B.     JENIS-JENIS ALIRAN PENDIDIKAN
Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu:
1.      Aliran Empirisme
2.      Aliran Nativisme
3.      Aliran Naturalisme
4.      Aliran Konvergensi

1.      Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi ekternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang duperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalahseorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih yang bersih.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal ini tercermind dari pandangan scientific psychology dari BF. Skinner ataupun pandangan behavioralisme lainnya.[2]
Behavioralisme itu menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu sebagai hasil belajar semata-mata. Meskipun demikian, pandangan behavioralisme ini juga masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar.
1)    Pandangan yang menekankan peranan stimulus terhadap perilaku seperti dalam “classicalconditioning” atau “respondent learning” oleh Ivan Pavlov (1836-1936) di Rusia dan Jon B. Watson (1878-1958) di Amerika Serikat.
2)    Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari suatu perilaku seperti dalam “operant conditioning” atau “instrumental learning” dari Edward L. Thorndike (1874-1949) dan Rurrhus F. Skinner (1904) di Amerika Serikat.
3)    Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dari imitasi seperti dalam “observational learning” yang dipelopori oleh NE. Miller dan J. Dollard dengan “sociallearning and imitation (1941) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh A. Bandura dengan “participant modeling” maupun dengan “self efficiancy” (1982)

2.      Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, teramasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tsb ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Seorang filsuf Jerman Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan baik ataupun buruk.[3]
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak seusia dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan jiga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan bebas. Padangan tersebut tampak dalam humanistic psychology dari Carl R. Rogers atau pandangan phenomenology/humanistik lainnya. Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar itu ataupun penerimaan dan persepsi seseorang banyak ditentukan oelh kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar ditentukan oleh “internal frame of reference” yang dimilikinya. Pendekatan ini sangat mementingkan pandangan holistik (menyeluruh, gestals), serta pemahaman perilaku orang dari sudut pandang si empunya perilaku itu. Terdapat variasi pendapat dari pendekatan phenomenology/humanistic tersebut sebagai berikut:
1)    Pendekaran aktualisasi diri atau non direktif (Client centered) dari Carl R. Rogers dan Abraham Maslow
2)    Pendekatan “Personal Constructs” dari george A. Kelly yang menekankan  betapa pentingya memahami  hubungan “ transaksional” diantara manusia dan lingkungannnya sebagai bekal awal memahami perilakunya.
3)    Pendekatan “Gestalt” baik yang klasik  (Max Wertheimer dan Wolgang Kohler) maupun pengembangan selanjutnya (K. Lewin dan F. Perls)
4)    Pendekatan “ Search Of Meaning” dengan aplikasinya sebagai “Logotherapy” dari Viktor Franki yang mengungkapkan betapa pentingnya semangat (Human spririt) untuk mengatasi berbagai tantangan /masalah yang dihadapi.
Pendekatan-pendekatan tersebut diatas menekankan betapa pentingnya “inti” privasi atau jati diri manusia
3.      Aliran Naturalisme
Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh filsuf Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778).Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Karena yang perlu dilakukan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalu proses dan kegiatan pendidikan. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya.
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik.[4]
4.      Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan kedunia ini sudah disertai pembawaah baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu anak dilahirkan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat itu.Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil dari konvergensi. Pada akan manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu setiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya. Misal bahasa jawa, sunda, bahasa inggris, bahasa jerman dan lain sebaginya. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh faktor kualitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, biar pun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama. Willianm Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantug pada pembawan dan lingkungan
Menurut teori konvergensi :
1)      Pendidikan mungkin dilaksanakan.
2)      Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3)      Yang membatasi hasil pendidika  adalah pembawaan dan lingkungan.



BAB III
ANALISA
Pengertian teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu penerapan teori belajar yang terkenal adalah teori dari John Dewey yaitu teori “ learning by doing”. Teori belajar ini merupakan subordinat dari teori pendidikan.
Aliran-aliran pendidikan pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia. Contohnya bahwa aliran konvergensi mencoba mengemukakan pandangan menyeluruh, dan oleh karena itu, diterima luas oleh banyak pihak.
  1. Teori Nativisme.
Menurut teori ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia adalah pembawaan sejak lahir. Para ahli yang menganut teori ini mengklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan dari orangtuanya.
Teori nativisme menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Dengan demikian, faktor lingkungan dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pandangan teori nativisme dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik.
Oleh karena itu, orang-orang yang mengikuti teori ini sangat menekankan pentingnya bagi seseorang untuk mengenali bakat yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkannya secara maksimal.
  1. Teori Empirisme
Teori ini sangat bertentangan dengan teori nativisme yang dikembangkan oleh  Schopenhauer. Jika Schopenhauer meyakini perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor bawaan atau bakat anak sejak lahir, maka John Locke meyakini bahwa faktor lingkungan justru yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. John Locke berpendapat bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan putih bersih, itulah kenapa teori yang dikembangkannya sering disebut sebagai teori tabularasa.
Jika Schopenhauer dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik karena faktor bawaan dari lahir, sebaliknya John Locke meyakini bahwa seseorang bisa menjadi jahat atau baik sangat ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan yang membesarkannya. Disebabkan dalam jiwa anak manusia yang baru saja dilahirkan tidak ada faktor bawaan akan menjadi baik atau jahat.
Disinilah orangtua mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak anaknya; apakah anaknya akan diarahkan menjadi orang yang baik ataukah membiarkan begitu saja anak-anaknya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang buruk.
  1. Teori Naturalisme
Hampir sama dengan teori Nativitas, yakni manusia akan berkembang sesuai dengan pembawaan baik maupun buruk yang ia punya sejak lahir. Uniknya, aliran ini meragukan pendidikan bagi perkembangan anak. Ia beranggapan bahwa seyogyanaya pendidik tidak merusak pembaawan anak. Biarkan anak belajar dari alam sesuai apa yang ia mengerti dan pahami. Bahkan, teori ini menolak pendidikan dengan alasan bahwa pendidikan hanya akan merusak kepribadian anak karena keburukan-keburukan pendidikan dapat mencampuri tabiat anak.
  1. Teori Konvergensi
Menurut teori ini, baik pembawaan dari lahir maupun lingkungan, keduanya mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak manusia. Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan. Teori ini mencoba untuk menggabungkan antara teori nativisme dan empirisme yang bertentangan dalam memandang perkembangan anak manusia. Dua faktor yang sangat menentukan dalam perkembangan seorang anak yakni pembawaan dan lingkungan, keduanya saling mempengaruhi dalam menentukan dan mewarnai perkembangan anak manusia.
Teori ini tampaknya lebih banyak diikuti dalam dunia pendidikan. Lingkungan atau pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak manusia, tetapi seorang anak bukanlah individu tanpa pembawaan atau tidak mempunya potensi sama sekali.
Penyusun lebih condong pada teori konvergensi yang dikembangkan oleh William Stern. Ia berpendapat bahwa hasil pendidikan adalah titik temu antara pembawaan diri dan lingkungan.
Itulah mengapa ia disebut konvergen (titik temu). Pendapat ini sesuai dengan hadits-hadits rasul. Rasul Saw bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa lingkungan juga berperan dalam pendidikan anak. Di lain waktu, Rasul Saw juga bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ وَذَكَرَ حَدِيثَ الْفَزَارِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَلَدَتْ امْرَأَتِي غُلَامًا أَسْوَدَ وَهُوَ حِينَئِذٍ يُعَرِّضُ بِأَنْ يَنْفِيَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَكَ إِبِلٌ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَا أَلْوَانُهَا قَالَ حُمْرٌ قَالَ أَفِيهَا أَوْرَقُ قَالَ نَعَمْ فِيهَا ذَوْدٌ وُرْقٌ قَالَ مِمَّ ذَاكَ تَرَى قَالَ مَا أَدْرِي لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ نَزَعَهَا عِرْقٌ قَالَ وَهَذَا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ نَزَعَهُ عِرْقٌ وَلَمْ يُرَخِّصْ لَهُ فِي الِانْتِفَاءِ مِنْهُ
 Artinya :  Seorang dari Bani Fazarah datang kepada Nabi Saw dan berkata : “Istriku telah melahirkan anak berkulit hitam” ia seakan-akan tidak mengakuinya, Rasulullah Saw bersabda “ apakah engkau memiliki unta? “ lelaki itu menjawab “ya”Rasulullah bertanya ”apa warnanya?” lelaki itu menjawab ”merah”, Rasulullah bertanya lagi ”apakah ada warna hitam pada unta itu?” lelaki itu menjawab “sebenarnya kehitam-hitaman” lelaki itu berkata lagi “entah dari mana datangnya warna hitam itu?” Rasulullah Saw bersabda “mungkin karena faktor keturunan” (HR. Ahmad)

Dari itu dapat kita tarik garis bahwa kemampuan seorang manusia tidak hanya ditentukan oleh lingkungan saja, akantetapi juga dipengaruhi oleh faktor hereditas atau keturunan.

 
BAB IV
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu.
Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep.
Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu: Aliran Empirisme, Aliran Nativisme, Aliran Naturalisme, Aliran Konvergensi
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi ekternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, teramasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tsb ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Aliran Naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan
Aliran Konvergensi berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA


Idris, Zahara. Pengantar Pendidikan. 1992. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Maunah, Binti. Ilmu Pendidikan. 2009. Yogyakarta: Sukses Offset
Tirtarahardja, Umar, dan La Sula. Pengantar Pendidikan. 2000. Jakarta. PT Rineka Cipta.


[1] Maunah, Binti. Ilmu Pendidikan. 2009. Yogyakarta: Sukses Offset. Hal. 1
[2] Ibid., hal. 121
[3] Idris, Zahara. Pengantar Pendidikan. 1992. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Hal. 6
[4] Tirtarahardja, Umar, dan La Sula. Pengantar Pendidikan. 2000. Jakarta. PT Rineka Cipta.. hal 198

1 komentar:

  1. Subhanalalllah benar-benar mas ini telah melakukan sadaqoh amal jariyah karena telah membagikan ilmu yang bermanfaat secara cuma-cuma.

    BalasHapus