Minggu, 06 November 2016

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN PKN



PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN PKN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran PKn SD/MI
Dosen : Husni Mubarok, M.Pd.I






Oleh :
Muhammad Abdul Ghofur (1310320005)
Diah Fara Tamia (1310320014)
 




PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Ada tiga faktor yang perlu dipahami oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Tiga faktor ini adalah evaluasi, cara belajar, dan tujuan pembelajaran.[1] Evaluasi harus dilakukan secara sitematis dan kontinyu agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada periode tertentu. Dalam pengembangan intruksional, evaluasi hendaknya dilakukan setiap hari dengan jadwal yang sistematis dan terencana.
Dalam evaluasi, fungsi instrumen (alat) adalah untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi obyek evaluasi dengan hasil seperti keadaan yang sesungguhnya (apa adanya).
Seorang guru perlu memahami metode evaluasi agar memperoleh informasi yang diperlukan. Dari pemahaman bermacam-macam metode evaluasi tersebut, kemudian dipilih yang paling tepat untuk diterapkan kepada para siswa. Di sini penulis akan membahas mengenai pengembangan instrumen evaluasi jenis tes dan non-tes.
B.        Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, masalah yang perlu dipecahkan dan dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengembangan instrumen evaluasi jenis Tes?
2.      Bagaimana pengembangan instrumen evaluasi jenis Non-Tes?

C.        TUJUAN
1.      Mengetahui pengembangan instrumen evaluasi jenis Tes
2.      Mengetahui pengembangan instrumen evaluasi jenis Non-Tes
BAB II
PEMBAHASAN

A.        Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Ada dua jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.[2]

1.      Pengembangan tes uraian (subjektif)
Menurut sejarah, jenis tes yang lebih dahulu muncul adalah tes uraian. Mengingat banyak kelemahannya, antara lain:
a.       Unsur subjektifitas sangat dominan
b.      Reliabilitas sangat rendah
c.       Tidak dapat mencakup semua materi yang telah diajarkan
d.      Membutuhkan waktu lebih lama dalam hal pengooreksian,
Maka para pakar pendidikan kurikulum dan psikologi berusaha untuk menyusunn tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif.[3]
Namun demikian, Prof. Dr. Suharsimi Arikunto menilai justru tes uraian adalah sebuah instrumen penilaian yang lebih baik daripada tes objektif.
Beliau menganggap tes subjektif adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri instrumennya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana bandingkan simpulkan, dan sebagainya.[4]
Tes subjektif digunakan apabila:
a.       Testee berjumlah kecil (sedikit)
b.      Guru ingin mengetahui sikap siswa dari pada hasil yang dicapai
c.       Tester memiliki waktu yang banyak untuk menyusun tes[5]

Dilihat dari luas sempitnya materi yang diujikan, tes uraian dibagai menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas.[6]
a.       Uraian terbatas (Bentuk Uraian Objektif)
Jawaban dari soal uraian objektif bersifat pasti dengan rentang skor penilaian antara 0-1. Nilai 0 untuk jawaban salah dan 1 untuk jawaban benar.
Contoh:
Sebutkan 3 macam bentuk keputusan bersama!
Tabel pedoman penskoran
Langkah
Kriteria jawaban
Skor
1
Musyawarah
1
2
Aklamasi
1
3
Voting
1

Skor maksimum
3

b.      Uraian Bebas (Bentuk Uraian Non Objektif)
Bentuk uraian bebas bersifat lebih kompleks karena berkaitan dengan kemampuan menghailkan ide dan menyusun gagasan. Rentang skor penilaian ditetapkan berdasarkan kompleksitas jawaban, seperti 0-2, 0-4, 0-6, dan lain-lain.
Contoh:
Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsa indonesia!
Tabel pedoman penskoran
Kriteria jawaban
Rentang Skor
Kebanggaan berkaitan dengan kekayaan alam
0 – 2
Kebanggaan berkaitan dengan kekayaan budaya
0 – 2
Kebanggaan berkaitan dengan keramahan masyarakat indonesia
0 – 2
Skor maksimum
6

            Dari penjelasan di atas kelebihan tes uraian antara lain:
a.    Mudah disiapkan dan disusun
b.    Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulai untung-untungan
c.    Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
d.   Memberi keempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
e.    Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan

2.      Pengembangan tes objektif
Setidaknya, ada 4 jenis tes objektif, yaitu: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat.[7]

a.       Benar-Salah
Soal berupa pernyataan-pernyataan (statement) yang mengandung dua kemungkinan, yaitu benar atau salah. Testee diminta memilih salah satu jawaban sesuai instruksi.
Contoh : Lingkari B untuk benar atau S untuk salah dari pernyataan berikut!
Indonesia adalah pendiri tunggal ASEAN                       B  -  S
Drs. Muhammad Hatta adalah Bapak Proklamator          B  -  S

b.      Pilihan ganda
Soal pilihan ganda dapat difunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi.
Soal dapat berupa pertanyaan dan dapat pula berupa pernyataanyang belum sempurna yang disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban disebut option. Option terdiri dari satu kunci dan sisanya adalah pengecoh (distractor).
Beberapa jenis pilihan ganda antara lain:
1)      Distracters
Pada soal jenis ini testee diminta memilih satu jawaban benar dari beberapa jawaban yang salah
Contoh:
ASEAN berdiri pada tanggal …
a.       6 Agutus 1967
b.      6 Agustus 1968
c.       8 Agustus 1967
d.      8 Agustus 1968

2)      Variasi Negatif
Testee diminta memilih satu jawaban yang salah dari beberapa jawaban yang benar.
Contoh:
Berikut adalah negara pendiri ASEAN, kecuali …
a.       Indonesia
b.      Malaysia
c.       Brunei
d.      Singapura

c.       Menjodohkan
Dalam soal model ini, masinng-masing pertanyaan mempunyai satu jawaban. Tugas testee adalah menentukan dan menempatkan jawaban sehingga cocok dengan pertanyaan.
Contoh:
Pasangkan nama tokoh delegasi pendiri ASEAN berikut dengan negara asalnya!
1.      Adam Malik
2.      Rajaratnam
3.      Narisisco Ramos
4.      Abdul Razak
5.      Thanat Koman
a.       Malaysia
b.      Myanmar
c.       Indonesia
d.      Laos
e.       Singapura
f.       Vietnam
g.      Filipina

d.      Jawaban singkat (Tes Isian)
Tes isian disebut juga tes menyempurnakan atau tes melengkapi. Tes ini terdiri dari kalimat rumpang yang harus disempurnakan oleh testee dengan cara mengisi bagian yang kosong.
Contoh :
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1.      ASEAN didirikan di kota …
2.      ASEAN berdiri pada tanggal …
3.      Pertukaran pelajar antar anggota ASEAN adalah contoh kerjasama dalam bidang …

Tes objektif digunakan apabila:
a.       Testee berjumlah banyak
b.      Instrumen soal digunakan berulang-ulang
c.       Mempunyai reliabilitas yang tinggi
d.      Mempunyai waktu yang sempit untuk pengoreksian

Kelebihan tes objektif antara lain:
a.       Instrumen tes dapat mencakup materi lebih luas daripada tes subjektif
b.      Lebih mudah dan cepat dalam hal pengoreksian
c.       Tidak ada unsur subjektifitas yang mempengaruhi

Adapun kelemahannya antara lain:
a.       Persiapan penyusunannya jauh lebih sulit
b.      Peluang untuk berbuat curang lebih tinggi daripada tes subjektif
c.       Peluang untuk bermain untung-untungan terbuka lebar.

3.      Pengembangan Tes Lisan
Tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan lisan. Tes ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:[8]
a.       Dapat digunakan untuk menilai kepribadian, penguasaan pengetahuan, dan kecakapan berbahasa testee karena dilakukan secara face to face.
b.      Apabila testee belum memahami pertanyaan, tester dapat menjelaskan dengan kalimat yang lebih mudah
c.       Tester dapat menggali lebih lanjut jawaban testee
d.      Tester dapat langsung mengetahui dan memberi skor

Adapun kelemahannya, antara lain:
a.       Hubungan emosioanl antara tester dan testee mempengaruhi jalannya tes sehingga obyektifitas tes berkurang.
b.      Membutuhkan waktu yang lama
c.       Kebebasan testee dalam menjawab soal terkekang oleh waktu yang minim

4.      Pengembangan Tes Perbuatan
Tes perbuatan adalah tes dimana respon atau jawaban peserta didik berupa perbuatan, tingkah laku kingkrit. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.[9]
Contoh:
Instrumen observasi praktik membersihkan lingkungan sekitar
Nama : Muhammad Abduliando Syarif              Kelas        : IV
No       : 22                                                            Tanggal    : 21/4/16
No
Keterampilan
Skor
1
2
3
1.
2.
3.
Tekun dalam bekerja
Mampu bekerja sama
Efektif menggunakan waktu
X

x


x
Ket. 1 = Baik, 2 = Sedang, 3 = Buruk
Kelebihan tes ini antara lain:
a)    Tepat untuk mengukur aspek psikomotorik
b)   Tepat untuk mengetahui sikap yang merefleksikan tingkah laku sehari-hari.
c)    Tester dapat mengamati langung jawaban testee dengan jelas sehingga penilaian dilakukan lebih mudah.

Sedangkan kelemahannya antara lain:
a)      Membutuhkan waktu yang lama terutama, untuk penilaian individu
b)      Apabila perintah tidak jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
c)      Tester sering terpengaruh oleh gerakan yang bukan menjadi indikator penilaian.

B.         Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Non-Tes
Instrumen non-tes digunakan untuk mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yag berkenaan dengan domain afektif seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi.[10]

1.      Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sitematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena. Observasi digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar siswa seperti tingkah laku saat diskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Kelebihan observasi antara lain:
a)      Cocok sebagai alat untuk mengamati perilakau siswa maupun guru dalam suatu kegiatan
b)      Sebagai alat ukur alternatif untuk hal yang tidak dapat diukur menggunakan instrumen tes

Adapun kelemahannya antara lain:
a)      Membutuhkan waktu yang lama
b)      Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
c)      Cenderung membosankan

2.      Wawancara (interview) 
Kelebihan wawancara antara lain:
a)      Dapat berkomunikasi langsung dengan peerta didik sehingga informasi dapat didiketahui objektifitasnya
b)      Pelaksanaan dilakukan secara fleksibel, dinamis, dan personal.

Adapun kelemahannya antara lain:
a)      Membutuhkan waktu yang lama
b)      Proses wawancara berpotensi tercampur dengan hal-hal di luar tujuan wawancara
c)      Berpotensi menimbulkan sikap overaction baik dari peserta didik maupun pewawancara.

3.      Skala sikap
Model skala sikap yang biasa digunakan antara lain:[11]
a)      Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkatan dari objek sikap yang dinilai seperti 1, 2, 3, dan seterusnya.
b)      Menggunakan frekuensi terjadinya sikap seperti: selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah.
c)      Menggunakan istilah kualitatif seperti: baik, sedang,  jelek.

Contoh instrumen
No
Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
1.

2.

Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran PKn
Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran PKn
V



V


Ket.  SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TT = Tidak Tahu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

4.      Daftar cek
Daftar cek berfungsi untuk merekam kejadian kecil tapi dianggap penting. Instrumen ini sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Contoh:
Daftar cek keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
Mata Pelajaran PKn
No
Nama Siswa
B
C
K
1.
2.
3.
Sutris Sanusi
Taufiq Tambunan
Fauzus Sondakh
V

v


V
Ket. B = baik, C = Cukup, K = Kurang

5.      Skala penilaian
Pada instrumen ini, penilai dapat menilai banyak fenomena [aspek] dalam tingkatan yang telah ditentukan.
Contoh:
Instrumen penilaian sikap
Nama : Rohmah Latuconsina                              Kelas        : IV
No       : 23                                                            Tanggal    : 21/4/16
No
Aspek
Tinggi
Sedang
Rendah
1
2
3
4
Sopan santun
Tolong menolong
Bersikap ramah
Pemberani
X

X
X
X


6.      Angket
Angket termasuk alat mengumpulkan data atau informasi. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, hanya saja dilakukan secara tertulis. Angket terdiri dari pertanyaan terstruktur yakni disediakan option seperti halnya pilihan ganda dan pertanyaan tak berstruktur yakni memberikan ruang menjawab secara terbuka.

7.      Studi kasus
Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas, atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Misalnya, siswa yang sangat cerdas atau lemban, prestasi belajar yang menurun, hubungan motivasi dan prestasi siswa, dan lainnya.
Untuk menyelidiki kasus, guru harus meneliti tiga hal:
1.      Alasan kemunculan kasus
2.      Perlakuan atas kasus
3.      Pengaruh dari kasus

8.      Catatan insidental
Catatan insidental berisi catatan singkat tentang peristiwa sepintas yang terjadi di kelas secara perseorangan.
Contoh:
Tgl
Peristiwa
Tindak lanjut
Guru
21/4/16
Arinanda Nafisa bertengkar dengan Amalia Safitri karena berebut bangku terdepan
Didamaikan
Dihukum bergendongan bergantian memutari lapangan MI



Diah Fara. T., S.Pd.I

9.      Sosiometri
Sosiometri berguna untuk menghitung pendapat siswa tentang penerimaan teman serta hubungan di antara mereka.
Contoh:
Tabel hasil jajak pendapat siswa mengenai siswa yang paling disukai

A
B
C
D
E
A

X



B


X


C



X

D

X



E

X



Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa B adalah siswa yang paling disukai.
10.  Inventori kepribadian
Inventori kepribadian berupa daftar cek yang lebih kompleks karena mencakup aspek yang komprehensif. Aspek kepribadian yang dapat diketahui meliputi sikap, minat, kepemimpinan, dan dominasi.
11.  Teknik pemberian penghargaan peserta didik
Teknik pemberian penghargaan dinilai banyak menerima respon positif dari siswa. Penghargaan dapat berupa pujian verbal yakni berupa perkataan atau berupa pujian non verbal yakni berupa gestur, kontak badan dan simbol (benda).
BAB III
ANALISIS

Kesuksesan pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari evaluasi. Berbagai teknik dan model evaluasi dimunculkan guna mencapai tujuan pendidikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai tipe baik jenis tes maupun non-tes.
Guru dituntut untuk menguasai kedua jenis tes ini. Tidak ada alat evaluasi yang terbaik dan tidak ada pula yang buruk. Hal itu disebabkan masing-masing instrumen mempunyai karakteristik dan tujuan evaluasi tersendiri. Setiap tes mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Baik atau buruknya evaluasi dipengaruhi juga oleh pemilihan jenis instrumen.
Dalam dunia pendidikan di sekitar kita penilaian masih berjalan secara periodik dan bergantung pada instrumen tes. Instrumen non-tes belum sepenuhnya dimaksimalkan oleh para guru. Padahal, instrumen non-tes sangat membantu guru untuk menggali hal-hal lain yang tidak mampu diukur dengan instrumen tes.
Instrumen non-tes hanya mencakup aspek kognisi siswa. Sedangkan aspek psikomotor dan afeksi hanya dapat dievaluasi dengan instrumen non-tes.  Maka dari itu, evaluasi dengan menggunakan instrumen non-tes perlu digalakkan oleh guru guna mengetahui perkembangan aspek psikomotor dan afeksi siswa yang mana berkaitan dengan sikap, minat, dan motivasi.
Dari sekian banyak bentuk tes dan non-tes, guru harus memilih bentuk yang sesuai dengan ranah yang diukur. Untuk menguji kecakapan berbicara dan berbahasa siswa, guru dapat menggunakan tes lisan dan tes uraian. Namun bila menginginkan tes yang cepat dan reliabel, tes objektif dapat digunakan sebagai acuan. Sementara itu, bila guru ingin mengetahui bakat dan minat siswa, guru dapat menggunakan instrumen non-tes seperti wawancara, angket, skala penilaian, dan skala sikap. Dan bila guru ingin mengetahui perkembangan psikomotor siswa, guru dapat menggunakan observasi, daftar cek, dan inventori kepibadian.


BAB IV
PENUTUP
A.        SIMPULAN
1.      Ada dua jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
2.      Tes subjektif digunakan apabila:
a.       Testee berjumlah kecil (sedikit)
b.      Guru ingin mengetahui sikap siswa dari pada hasil yang dicapai
c.       Tester memiliki waktu yang banyak untuk menyusun tes
3.      Ada 4 jenis tes objektif, yaitu: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat.
Tes objektif digunakan apabila:
a.       Testee berjumlah banyak
b.      Instrumen soal digunakan berulang-ulang
c.       Mempunyai reliabilitas yang tinggi
4.      Tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan lisan.
5.      Tes perbuatan adalah tes dimana respon atau jawaban peserta didik berupa perbuatan, tingkah laku kingkrit. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.
6.      Instrumen non-tes digunakan untuk mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi.
7.      Ada 10 jenis evaluasi jenis non-tes, yaitu: observasi (pengamatan), wawancara (interview), skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, teknik pemberian penghargaan peserta didik
DAFTAR PUSTAKA

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 2012. Jakarta. Bumi Aksara
Sulistyorini. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pedidikan. 2009. Yogyakarta: Teras



[1] Sulistyorini. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pedidikan. 2009. Yogyakarta: Teras. Hal. 65
[2]ZainalArifin. EvaluasiPembelajaran. 2012. Bandung: PT RemajaRodakarya. Hal. 118
[3]Ibid. hal. 125
[4]SuharsimiArikunto. Dasar-dasarEvaluasiPendidikan. 2012. Jakarta. BumiAksara.Hal. 177
[5]Ibid. Hal. 192
[6]ZainalArifin. EvaluasiPembelajaran. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 127
[7]Sulistyorini. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pedidikan. 2009. Yogyakarta: Teras. Hal. 101
[8] Ibid. hal 110
[9]Ibid. hal. 113
[10]ZainalArifin. EvaluasiPembelajaran. 2012. Bandung: PT RemajaRodakarya. Hal.152
[11] Ibid. Hal.160

Tidak ada komentar:

Posting Komentar