Minggu, 06 November 2016

TEORI VAN HIELE DALAM POKOK BAHASAN BANGUN RUANG



TEORI VAN HIELE DALAM POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika SD/MI
Dosen : Nanang Nabhar Fahri Auliya, M.Pd.




Oleh :
Muhammad Abdul Ghofur (1310320005)
Noviana Uchtiya Zulfa (1310320009)

 


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika, karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa geometri merupakan salah satu bidang dalam matematika yang dianggap sulit oleh siswa. Banyak faktor penyebab yang menjadi akar dari permasalahan ini. Bisa saja hal ini  terjadi karena pembelajaran yang dirancang  oleh guru tidak mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti kemampuan siswa, kontent atau materi ajar, metode dan hubungan antara faktor-faktor ini.
Fakta yang sering terjadi, khususnya dalam pembelajaran geometri di Sekolah Dasar, guru lebih mengandalkan buku paket. Misalnya dalam mengajarkan materi tentang bangun datar, siswa hanya sebatas melihat gambar-gambar abstrak dan menghafal sifat-sifat bangun-bangun datar. Tentunya pembelajaran seperti terlalu abstrak dan tidak sesuai dengan kemampuan berpikir siswa.
Rendahnya prestasi geometri siswa juga terjadi di Indonesia. Bukti-bukti empiris di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prestasi geometri siswa SD masih rendah. Sedangkan di SMP ditemukan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami konsep-konsep geometri.
Melihat kenyataan-kenyataan tersebut, salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dapat mengembangkan kemampuan penalaran matematis siswa Sekolah Dasar khususnya dalam Geometri yaitu dengan Model Belajar Van Hiele.
B.        RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, masalah yang perlu dipecahkan dan dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian teori belajar menurut Van Hiele?
2.      Bagaimana tahap pemahaman geometri menurut Van Hiele?
3.      Bagaimana fase – fase pembelajaran geometri?
4.      Apa keunggulan dan manfaat teori Van Hiele dalam pengajaran geometri?

C.        TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian teori belajar menurut Van Hiele
2.      Mengetahui tahap pemahaman geometri menurut Van Hiele
3.      Mengetahui fase – fase pembelajaran geometri
4.      Mengetahui keunggulan dan manfaat teori Van Hiele dalam pengajaran geometri



1.          
BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian Teori Belajar Menurut Van Hiele
Van Hiele mengemukakan dalam belajar geometri perkembangan berfikir siswa terjadi melalui lima level, yaitu, level 0 (visulisasi), level 1 (analisis), level 2 (abstraksi), level 3 (deduktif) dan level 4 (Rigor). Level-level berfikir Van Hiele akan dilalui siswa secara berurutan, dimana siswa harus melewati suatu level dengan matang sebelum menuju level berikutnya dengan lima tahap pembelajaran yaitu, tahap 1 (informasi), tahap 2 (orientasi terarah), tahap 3 (uraian), tahap 4 (orientasi bebas) dan tahap 5 (integrasi). Setiap level menunjukkan karakteristik proses berfikir seseorang dalam belajar geometri dan pemahamannya dalam konteks geometri. Artinya kualitas pengetahuan seseorang tidak ditentukan dari akumulasi pengetahuan orang itu atau seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki orang itu, tetapi lebih ditentukan oleh proses berfikir yang digunakannya. Menurut Fuys dkk, untuk membantu melewati suatu level berfikir ke level berikutnya, pembelajaran matematika khususnya geometri perlu disesuaikan antara pengalaman belajar dengan level berfikir siswa.[1]
Tahap berpikir Van Hiele adalah kecepatan untuk berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas dalam pembelajaran. Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting dalam pembelajaran, selain guru juga memegang peran penting dalam mendorong kecepatan berpikir siswa melalui suatu tahapan.Tahap berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang tepat bukan melalui ceramah semata.Dalam perkembangan berpikir, Van Hiele menekankan pada peran siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara aktif. Siswa tidak akan berhasil jika hanya belajar dengan menghafal fakta-fakta, nama-nama atau aturan-aturan, melainkan siswa harus menentukan sendiri hubungan-hubungan saling Keterkaitan antara konsep-konsep geometri daripada proses-proses geometri.
B.         Tahap Pemahaman Geometri menurut Van Hiele
Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri. Menurut Van Hiele ada tiga unsur dalam pengajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran, jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi.
Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui peserta didik dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele adalah sebagai berikut:
Level 0. Tingkat Visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, peserta didik memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (wholistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini peserta didik sudah mengenal nama sesuatu bangun, peserta didik belum mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini peserta didik tahu suatu bangun bernama persegipanjang, akan tetapi peserta didik belum menyadari ciri-ciri bangun persegipanjang tersebut.
Level 1. Tingkat Analisis
Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini peserta didik sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini peserta didik sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut
Level 2. Tingkat Abstraksi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini, peserta didik sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di samping itu pada tingkat ini siswa sudah memahami perlunya definisi untuk tiap-tiap bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini peserta didik sudah bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegipanjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegipanjang.
Level 3. Tingkat Deduksi Formal
Pada tingkat ini peserta didik sudah memahami perenan pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan terorema-teorema dalam geometri. Pada tingkat ini peserta didik sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini peserta didik sudah memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu menggunakan proses berpikir tersebut.
Level 4. Tingkat Rigor
Tingkat ini disebut juga tingkat metamatis. Pada tingkat ini, peserta didik mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini, peserta didik memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri.
Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga akan berubah. Sehingga, pada tahap ini siswa sudah memahami adanya geometri-geometri yang lain di samping geometri Euclides.
Menurut Van Hiele, semua anak mempelajari geometri dengan melalui tahap-tahap tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Selain itu, menurut Van Hiele, proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.
C.        Fase – Fase Pembelajaran Geometri
Menurut teori Pierre dan Dina Van Hiele (dalam Muharti, 1993) tingkat-tingkat pemikiran geometrik dan fase pembelajaran siswa berkembang atau maju menurut tingkat-tingkat sebagai berikut: dari tingkat visual Gestalt-like melalui tingkat-tingkat sophisticated dari deskripsi, analisis, abstraksi dan bukti.
Van Hiele menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Lagi pula, anak-anak sendiri akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan itu. Fase-fase pembelajaran tersebut adalah:[2]
a.            Fase 1. Informasi
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir siswa.Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan hubungan antar komponen bangun-bangun segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.
Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk menggunakan visualisasinya dalam melihat objek yang dikaitkan dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan (misal, disajikan gambar geometri bangun datar dengan berbagai bentuk). Guru dapat menerapkan metode tanya jawab untuk menggali sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi geometri yang akan diajarkan.
b.            Fase 2: Orientasi
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segi empat. Alat atau pun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.
Orientasi Terpadu (Guided orientation), siswa mengerjakan tugastugas yang melibatkan berbagai hubungan dari bangun datar yang akan dibentuk dengan menggunakan bahan atau media (misal, melipat, menggunting, mengukur panjang, mengukur besar sudut, dsb). Guru menyajikan berbagai bangun datar. Berdasarkan cara tersebut, siswa dapat mengkonstruk pemikirannya sendiri, memanipulasi benda/media belajar yang disediakan oleh guru.
c.             Fase 3: Penjelasan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi.Di samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin.Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai tampak nyata.
Pada tahap ini pemikiran siswa lebih berkembang lagi. Siswa dapat mengkomunikasikan benda yang mereka manipulasi dengan kata-kata mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam menggunakan kosakata yang benar misalnya sisi, sudut, sudut siku-siku, sisi berhadapan, sisi sejajar, sudut berhadapan, sudut dalam bersebrangan. Pada tahap ini, tugas guru adalah membimbing siswa dan memberikan bantuan sedikit mungkin pada siswa dalam menganalisis sifat – sifat bangun datar melalui pembuktian langsung.
d.            Fase 4: Orientasi Bebas
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar objek menjadi jelas.
Pada tahap ini, tugas siswa menjadi semakin kompleks, misalkan siswa tidak hanya diminta untuk menyebutkan sifat- sifat bangun datar tetapi siswa harus dapat membandingkan sifat bangun datar yang satu dengan bangun datar yang lainnya serta menyebutkan keterhubungan bangun melalui bahasanya sendiri.
e.             Fase 5: Integrasi
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.Pada akhir fase kelima ini siswa mencapai tahap berpikir yang baru. Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada tahap sebelumnya.
Pada tahap ini siswa dibimbing dalam menyimpulkan bangun datar berdasarkan sifat-sifatnya, persamaan perbedaannya, dan hubungan bangun.
Setelah selesai fase kelima ini, maka tingkat pemikiran yang baru tentang topik itu dapat tercapai. Pada umumnya, hasil penelitian di Amerika Serikat dan negara lainnya menetapkan bahwa tingkat-tingkat dari Van Hiele berguna untuk menggambarkan perkembangan konsep geometrik siswa dari SD sampai Perguruan Tinggi.
D.        Keunggulan dan Manfaat Teori Van Hiele Dalam Pengajaran Geometri
Ada beberapa keunggulan dari teori Van Hiele yaitu:
1.      Teori Van Hiele memfokuskan pada belajar geometri
2.      Teori Van Hiele menyediakan tingkatan hierarkis pemahaman dalam belajar geometri dimana setiap tingkat menunujukkan proses berpikir yang digunakan seseoarang dalam belajar konsep geometri. Hal ini berarti bahwa sajian pembelajaran akan dapat dirancang berdasarkan tingkat-tingkat berpikir siswa sehingga pembelajarannya akan lebih efektif.
3.      Teori Van Hiele menyediakan deskriptor umum pada setiap tingkatan yang dijabarkan dalam deskriptor yang lebih operasional dan setiap tingkatan dapat dikembangkan tahap-tahap pembelajarannya.
4.      Teori Van Hiele memiliki keakuratan dalam mendeskripsikan berpikir siswa dalam geometri.
Berikut hal-hal yang diambil manfaatnya dari teori yang dikemukakan;
1.      Guru dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukakan Van Hiele, dengan mengetahui mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu merupaka balok, karena anak tersebut tahap berpikirnya masih berada pada tahap analisis ke bawah.
2.      Supaya anak dapat memahami geometri dengan pengertian, bahwa pengajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir anak itu sendiri.
3.      Agar topic-topik pada materi geometri dapat dipahami dengan baik dan anak dapat mempelajari topic-topik tersebut berdasarkan urutan tingkat kesukarannya yang dimulai dari tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.



BAB III
PENUTUP
  1. A.    SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang di urakan di atas, maka dapat diambilbeberapa kesimpulan sebagai berikut :
Menurut Van Hiele, dalam belajar geometri perkembangan berpikir peserta didik terjadi melalui 5 tingkat , yaitu: tingkat 0 (Visualisasi), tingkat 1 (Analisis), tingkat 2 (Abstraksi), tingkat 3 (Deduksi), dan tingkat 4 (Rigor).
Untuk meningkatkan tingkat berpikir dan penguasaan peserta didik dalam geometri Van Hiele mengajukan lima Tahap pembelajaran, yaitu: (1) Tahap Informasi (Information); (2) Tahap Orientasi Terbimbing (Guided Orientation); (3) Tahap Ekplisitasi (Explicitation); (4) Tahap Orientasi Bebas (Free Orientation); dan (5) Tahap Integrasi (Integration), Yang masing-masing memiliki implikasi pada perencanaan pembelajaran yanga harus dipersiapkan oleh guru.
Beberapa keunggulan dari teori Van Hiele yaitu: (1) Teori Van Hiele memfokuskan pada belajar geometri; (2) Teori Van Hiele menyediakan tingkatan hierarkis pemahaman dalam belajar geometri; (3) Teori Van Hiele menyediakan deskriptor umum pada setiap tingkatan; (4) Teori Van Hiele memiliki keakuratan dalam mendeskripsikan berpikir siswa dalam geometri.


DAFTAR PUSTAKA
Miftahul Khoiri.  Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori Van Hiele. Dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika 2014. Vol 1, No 1 tahun 2014

Nurhidayanti dan Yuniarti. Model Belajar Van Hiele untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SD. Dalam Jurnal PGSD Kampus Cibiru. Vol 1, No 3: Oktober 2013.



[1] Miftahul Khoiri.  Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele. Dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika 2014. Vol 1, No 1 tahun 2014

[2] Nurhidayanti dan Yuniarti. Model Belajar Van Hiele untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SD. Dalam Jurnal PGSD Kampus Cibiru. Vol 1, No 3: Oktober 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar