Senin, 04 Januari 2021

Bukan soal Bahasa jawa atau indonesia atau Inggris

Mengajarkan bahasa pada anak bukanlah kebanggaan sesaat. Yang terpenting adl kemampuan berkomunikasi pada lingkungan sejak dini. Otak jadi aktif dan cepat memahami orang lain.

Amat senang melihat anak kecil berbicara lancar meski dg tata bahasa yang masih amburadul. Dia bisa bermain dg teman-temannya, berlari dan bernyanyi, menemukan dunianya.


Anak kecil itu bebas dosa. Sengakuake ati bagaimanapun anak-anak tetap harus kita ladeni dengan baik dan benar.

Katakan punya anak banyak bicara. Di tengah usia berlatih bicara maka kita harus senang bila ia ngompyang terus. Saking riwile mungkin sudah pandai ghibah 😂. Alhamdulillah kemampuan bicaranya berkembang siapa tahu mbesok jadi dai atau diplomat atau apapun yang berguna bagi agama dan bangsa.


Sayangnya, kadang ortu belum siap mempunyai anak seaktif ini. Pas ndelalah ortu capek dan mumet, anaknya riwil tanya reko-reko dan ortu ogah menjawab (kadang pancen rak ngerti jawabane. Wkwk). Lha kaya gitu ortu kudu sabar. Piye-piye ya diomongi sing apik. Misal, "Mah, dinosaurus iku kancane erectus porak?"

Jawab wae, "sek yo nang. Mamah lagi memikirkan sesuatu. Tak jawab mengko yo". Atau "Sek yo nang, mamah wetenge mules"


Mungkin itu tidak menyelesaikan masalah. Tapi akan muncul masalah baru bila ortu malah membentak anak, "ameh Dinosaurus, erectus, wedus.. Mamah ora ngurus". Atau, "kowe ket mau nguwomong wae.. Turu porak!!!". Sungguh mamah atau papah ini kurang piknik.


Respon berlebihan utk sebuah curiousity anak yang sangat disayangkan. Hal itu tentu perlahan membunuh semangat anak utk belajar dan ingin tahu. Padal dongane pengen anake pinter. Maka dari itu sahabat yang super mari kita  piknik 🤣. Eh, mari kita lebih banyak bersabar karena anak yang hebat dibesarkan oleh ortu yang hebat pula. Alfatehah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar